Chapter. 16

Mulai dari awal
                                    

"Tasya."

Orang yang di panggil Zahra mengernyitkan keningnya heran kenapa perempuan menghalangi jalanya mengenalinya, namun sedetik kemudian orang itu mengenali siapa orang yang memanggilnya.

"Lo Zahra kan?" tanya perempuan yang Zahra panggil Tasya tadi.

"Iya aku Zahra."

"Sya, gimana kabar kamu?" tanya Zahra ramah sambil tersenyum, namun sayang ucapan Zahra tidak di tanggapi oleh perempuan bernama Tasya itu.

Zayyan yang melihat kedua perempuan itu mengerutkan keningnya heran, namun setelah beberapa detik ia dapat menyimpulkan bahwa perempuan yang tidak sengaja menabrak istrinya adalah temannya. Terlihat ketika Zahra menyapa perempuan itu, namun Zayyan merasa geram saat ucapan istrinya tidak di tanggapi.

"Maaf Mbak, istri saya bertanya. Tidak baik jika orang yang bertanya tidak di jawab." ucap Zayyan sambil menahan kesalnya.

"Ck! Seperti yang lo liat sekarang, kabar gue baik-baik aja." ucap Tasya dengan ketus. Sedangkan Zahra hanya membalasnya dengan senyuman.

Tasya melihat penampilan Zahra dari atas sampai bahwa, dan ia juga melihat Zayyan yang berada di samping Zahra.

"Kabar lo sendiri gimana?"

"Alhamdulillah kabar aku baik," sahut Zahra.

"Oh bagus deh, terus laki-laki yang di samping lo siapa?" tanya Tasya lagi.

"Ini suami aku, namanya Zayyan." ucap Zahra memperkenalkan suaminya itu.

"Oh jadi lo udah nikah, gue nggak nyangka perempuan kayak lo yang masa lalunya buruk bisa nikah juga." sahut Tasya dengan senyum mengejek nya.

"Masnya ko mau sih nerima perempuan kayak si Zahra, oh atau jangan-jangan Masnya di jodohkan ya makanya itu bisa nikah sama Zahra. Kalo Mas nya emang bener di jodohkan ko mau-mau aja sih, harus nya Masnya nyari tau dulu masa lalunya pasangan Mas seperti apa, baru Masnya terima." ucap Tasya membuat Zayyan mengerutkan keningnya sedangkan Zahra menahan gejolak amarah di dalam dirinya.

"Sya maksud kamu apa?" tanya Zahra.

"Za, semua temen-temen kampus semua pada tau kali masa lalu lo gimana. Bahkan semua laki-laki jijik deket-deket sama lo." jawab Tasya.

"Gue harap suami lo nggak nyesel nikahin lo, saat tau masa lalu lo yang buruk itu." bisik Tasya membuat Zahra mematung.

"Gue masih ada urusan, gue duluan ya. Semoga pernikahan lo sama suami lo langgeng." ucap Tasya lagi sambil menepuk lengan Zahra kemudian beranjak pergi dari hadapan Zahra dan Zayyan.

***

Hening.

Itulah susana mobil yang di kendari oleh Zayyan. Setelah pulang dari Mall dan bertemu seorang perempuan yang ternyata adalah teman istrinya, dan sedikit berdebat, Zahra menjadi banyak diam.

Zayyan melihat istrinya yang melamun dengan pandangan mengarah ke arah luar jendela mobil, ia menghela nafas beratnya kemudian sebelah tangannya memegang tangan Zahra.

Zahra melamun dengan pandangan ke kuar jendela mobil, ucapan temanya tadi sewaktu di Mall terus terngiang di telinga dan pikirannya.

Lamunan Zahra buyar saat sebuah tangan kekar yang menggenggam tangannya dan mengusapnya lembut, dan sedetik kemudian Zahra menoleh ke samping. Ia melihat Zayyan yang sedang fokus menyetir dan tangannya menggenggam tangan miliknya dan sesekali menciumnya.

"Istrinya Mas kenapa hm? Kok dari tadi ngelamun mulu." tanya Zayyan melirik istrinya.

"Gapapa Mas," sahut Zahra tersenyum tipis yang terlihat sendu.

"Biasanya kalau perempuan bilang gapapa, berati mereka lagi nggak gapapa. Istrinya Mas ini kenapa hm? Coba cerita jangan di pendem sendiri sayang nggak baik." tanya Zayyan lagi sambil mengecup tangan istrinya.

"Mas, kalau suatu saat kamu tau tentang masa lalu yang nggak baik apa kamu bakalan ninggalin aku?" tanya Zahra menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu ngomong kayak gitu hm, dengerin  Mas. Semua orang pasti memiliki masa lalu dalam hidup yang tersimpan pada dirinya sendiri  begitu pula dengan kamu dan Mas. Terkadang, memang sulit untuk menerima masa lalu pasangan apabila kita sudah menggali masa lalunya. Ketika mencintai seseorang, maka kamu juga harus memiliki pilihan untuk menerima atau menolak masa lalunya." jawab Zayyan.

"Terus kalo misalnya Mas tau masa lalu aku yang nggak baik, Mas bakalan pilih yang mana?" tanya Zahara lagi.

"Ketika Mas memilih untuk menjadikan kamu pasangan hidup Mas, berarti Mas sudah seharusnya untuk menerima baik buruknya kamu, termasuk masa lalu kamu. Jadi Mas memilih untuk menerima, Mas mencintai kamu apa adanya Za. Mas tidak perduli dengan masa lalu kamu dulu, karena Mas mencintai kamu karena Allah Ta'ala. " jawab Zayyan.

Zahra memandang wajah Zayyan dari samping dengan mata yang berkaca-kaca, dan satu tetes bulir bening itu meluncur dari pelupuk mata indah.

'Ya allah, Ya rabb. Terima kasih telah telah menghadirkan malaikat tidak bersayap sepertinya untuk ku, terima kasih engkau telah menciptakan cinta yang tulus pada hatinya untuk ku.' batin Zahra berucap lirih.

Zahra merasa bersyukur bisa di cintai oleh laki-laki seperti Zayyan.

Zayyan melirik ke arah samping ia menatap istrinya yang juga sedang menatapnya. Ia melihat istrinya yang menatap nya dengan mata yang berkaca-kaca.

Zayyan menepikan mobilnya.

"Hey kenapa hm? Ko nangis?" ucap Zayyan sambil memeluk tubuh Zahra walaupun dengan sedikit kesulitan.

Zayyan memeluk istrinya serat sambil mengusap punggung sangat istri tidak lupa juga memberikan kecupan di puncak kepalanya, ia menyalurkan rasa nyaman dan tenang.

"Sutt, udah ya jangan nangis." ucap Zayyan
Sambil melepaskan pelukannya kemudian menangkup wajah Zahra. Setelahnya menghapus air mata dan mengecup lama kening sang istri.

"Udah tenang sekarang?" tanya Zayyan yang di balas anggukan oleh Zahra.

"Kalo udah tenang, kita lanjut jalan lagi" ucap Zayyan kemudian ia menyalakan kembali mesin mobilnya, mulai melanjutkan perjalanannya menuju pesantren.

Setelah sekitar 1 jam perjalanan akhirnya Zayyan dan Zahra sudah sampai di pesantren, ia memarkirkan mobilnya di depan ndalem. Zayyan melirik ke arah istrinya yang ternyata tertidur, nampaknya istrinya itu kelelahan.

Zayyan turun dari mobilnya dan berjalan mengelilingi bagian depan mobil ke kursi Zahra. Zayyan membuka pintu mobil, kemudian menggendong istrinya dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Zayyan membawa Zahra masuk ke dalam ndalem.

Tingkah Zayyan tak sengaja terlihat oleh ustazah Amira.

"Siapa perempuan yang di gendong Gus Zayyan?" gumam ustazah Amira, kemudian ia pergi entah kemana.

Disisi lain Zayyan mengendong istri nya ke dalam kamar. Ia meletakan tubuh Zahra ke atas kasur dengan hati-hati agar tidak membangunkannya.

Zayyan membuka hijab dan cadar Zahra agar istrinya itu tidur dengan lebih nyaman, setelah itu Zayyan pergi ke luar kamar untuk membawa belanjaan yang belum sempat di bawa masuk kedalam ndalem.

Setelah selesai menaruh semua barang belanjaan Zayyan kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia tersenyum saat melihat istrinya yang nampak tertidur nyenyak, sedetik kemudian Zayyan menguap. Sepertinya ia mengantuk, sebelum tidur Zayyan terlebih dahulu pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil sekaligus mengambil wudhu.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandinya, kemudian Zayyan naik ke atas kasur membaringkan badanya di samping Zahra. Tapi sebelum itu ia mengangkat kepala sang istri agar tertidur di lengannya.

Cup!

Zayyan mengecup singkat kening sang istri, kemudian ia memejamkan matanya untuk tidur.

TBC.
Gimana hari ini puasanya?
Jangan sampe bocor ya, sayang soalnya kalo bocor.
Segitu dulu updatean hari ini..

Papay 👋
See you next part.

DICINTAI PUTRA KYAI [ END-REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang