9. SACI - Bekerjasama Dengan Tjokroaminoto

383 46 39
                                    

Selamat menenuaikan ibadah puasa! Marhaban ya Ramadhan 1445 H. Sebelum baca part ini jangan lupa tekan VOTE dan ramaikan lapak dengan komentar positif. Maaf kalau SACI sering lambat update. Maklum, penulisnya udah masuk semester 6. Udah mulai nyusun skripsweet. Doain semester 7 sudah sempro yak. Aamiin🤍.

°°°

Byur!

Bunyi gemercik yang keras sontak saja menarik perhatian semua orang. Sabina adalah orang pertama yang sadar jika riak air tadi tercipta karena Tuannya baru saja lompat.

"Meneer!"

Sabina berteriak histeris, langsung berlari menuju jembatan. Mendengar Sabina meneriaki Tuannya, mata Arabella spontan membulat. Ia dan semua orang lantas menyusul Sabina, tak terkecuali Nasution. Pria itu memang ikut berjalan ke jembatan, tapi dengan langka santai. Wajahnya pun tak sama dengan semua orang di sana yang sudah panik bukan main. Justru ekspresi Nasution datar.

"Hans kenapa?!" tanya Arabella panik setelah sampai di jembatan.

"Meneer jatuh ke sungai!" jawab Sabina tak kalah panik.

"Mustahil dia jatuh. Hans sengaja menjatuhkan diri." Arabella menoleh ke dua fotografer dan Nasution yang berdiri sejajar. "Kalian, cepat tolong Hans!"

"Ma--maaf Mevrouw, kami tidak bisa berenang. Sungai ini sangat dalam." tolak si fotografer yang diangguki rekannya.

Mendengar jawaban mereka, Arabella melongo tak percaya. Bisa-bisanya dua orang pria mengaku tak bisa berenang. Pandangannya lantas beralih ke Nasution.

"Nas, kau bisa berenang kan? Pasti bisa, kau prajurit! Kau tolong---"

"Bajuku bisa basah." potong Nasution dengan wajah datarnya yang terselubung penolakan.

Mulut Arabella terbuka. Ia semakin dibuat melongo tak percaya setelah mendengar alasan Nasution. Arabella mengusap wajah frustasi. Tatapannya kembali menatap dua fotografer.

"Daripada kalian berdiri di sana seperti orang bodoh, lebih baik kalian cari bantuan sana! CEPAT!"

"Baik, Mevrouw!"

Mereka berlari pontang-panting segera mencari bantuan. Tersisa Sabina, Arabella dan Nasution di sana. Sabina sudah menangis hebat. Matanya terus menelusuri permukaan air, berharap Alaska muncul. Sementara itu, Arabella dengan wajah memelas mendekat ke Nasution.

"Nas, tolonglah! Dia bisa mati!"

"Dia laki-laki dewasa, sudah pasti dia bisa berenang."

"Tapi sampai sekarang dia tidak muncul ke permukaan, Nasution! Hans tenggelam!"

Nasution diam, tak melakukan tindakan apapun. Permohonan Arabella tak berhasil membuat Nasution tergerak. Melihat itu, Arabella membuang napas gusar kemudian tertawa miris.

"Yasudah, kalau kau tak mau menyelamatkannya, biar aku saja."

Arabella berbalik hendak menuntaskan niatnya, namun dengan cepat Nasution cegah. Nasution mencengkeram lengan Arabella erat.

"Jangan macam-macam!" bentak Nasution, melotot memperingati Arabella. "Dia menenggelamkan diri, mati, itu sudah jadi pilihannya, kau jangan sok-sokan ikut campur!"

"Pikiranmu terlalu pendek! Kau selalu begini, menggampangkan segala keadaan bahkan rasa kemanusiaan. Aku ingin menyelamatkan karena rasa kemanusiaanku!"

"Aku tidak punya urusan dengan manusia di sini, Arabella. Urusanku hanya padamu dan itu pun sudah membuat repot, jadi jangan tambah masalahku dengan kau melompat ke sana!"

Mata Arabella menatap nyalang ke Nasution. Arabella menarik tangannya, coba melepaskan diri dari Nasution, tapi cengkeram pria itu terlampau kuat. Di saat pertengkaran mereka terjadi, tiba-tiba saja terik matahari bertambah terang. Perubahan mendadak ini tentu menarik perhatian Arabella dan Nasution. Mereka serentak mendongak.

Saksi CintaWhere stories live. Discover now