6. SACI - Nyai

367 54 21
                                    

Pengumuman bentar gaes. Mulai besok saya sudah masuk kuliah. Jadi, saya mohon dimaklumkan apabila SACI lama update, karena saya sudah semester 6. Huhu, malah dosen PA saya sudah minta dikasih judul dan semester 7 awal saya mesti sudah SEMPRO. Tolong doain yang terbaik ya, untuk saya. Intinya, saya tetap akan melanjutkan cerita ini sampai selesai. Sama halnya kayak MTAL, jadi jangan khawatir.

Jangan lupa VOTE & RAMAIKAN LAPAK DENGAN KOMENTAR KALIAN. Tolong jangan buat lapak ini sepi🥺. Bisa jadikan SACI lebih ramai dari MTAL?

°°°

Perjodohan dadakan itu amat mengguncang Arabella dan Alaska. Arabella terkejut karena tiba-tiba akan dinikahkan dengan orang masa lalu yang tidak ia kenal. Pasalnya yang Arabella tahu, tujuan kedatangan keluarga itu berniat memberinya pekerjaan bukan untuk perjodohan. Sementara Alaska terkejut karena ingin dinikahkan dengan perempuan yang di masa depan kelak menjadi Mamanya. Dia adalah Anak perempuan itu.

Merasa perlu ada yang diluruskan, ia pun minta izin untuk bicara berdua saja dengan Alaska. Tahu kedua orang yang berniat dijodohkan itu hendak bicara secara empat mata, dengan senang hati para orangtua mengizinkan. Mereka menganggap bicara berdua dapat memperat kedekatan.

Alaska mengulum senyum melihat tangan Mamanya kini menarik erat pergelangan tangannya. Saat ini Mamanya itu mencari tempat sepi untuk mereka bicara. Tak ada penolakan ataupun protes dari Alaska. Raganya pasrah, mengikuti saja ke mana Mamanya mengarah.

"Apa harus sejauh ini bicaranya?" celetuk Alaska pada akhirnya.

Langkah Arabella seketika berhenti. Ia menoleh tajam ke Alaska, lalu berpindah menatap tangannya yang masih menggenggam lengan lelaki tersebut. Menyadari itu, Arabella segera melepaskan genggamannya dengan sentakan kasar.

"Dengar, aku tidak sudi menikah denganmu!"

"Ouh, langsung ditolak?" Alaska terhenyak. Cukup kaget karena Mamanya tidak basa-basi dulu.

"Kak Ana kayaknya bukan Anak pungut deh. Kasarnya dia mirip banget sama Mama waktu muda." batin Alaska, beberapa saat teringat sifat Kakaknya.

"Tentu, karena aku tak mencintaimu!"

"Tapi kita teman kecil."

"Apa hubungannya?!"

Alaska berdehem, "Karena kita sudah kenal lama, jadi mudah saja komunikasi antara kita berdua. Dari komunikasi, kita bisa lebih dekat, dan perasaan cinta pun bisa muncul."

"TIIDAAKK!"

Mata Alaska menutup spontan. Kupingnya berdenging hebat karena Mamanya berteriak tiba-tiba. Walau demikian, reaksi Mamanya itu justru menjadi alasan Alaska tersenyum.

"Mama lucu banget sih pas muda. Kikuk gitu orangnya. Seru juga jahilin Mama. Jahilin lagi ah,"

"Kamu bukan Arabella kan?" cetus Alaska tanpa basa-basi. Mulai menjalankan rencananya.

"Ha--h? Ka--kau tau dari mana?" tanya Arabella gagap. Respons gugup dan gelagapan yang Mamanya tunjukkan nampak lucu di mata Alaska. Mati-matian Alaska berusaha menahan diri agar tidak tertawa.

"Arabella yang asli sudah mencintaiku sejak kecil." tambah Alaska, semakin meneruskan aksinya.

"Serius? Kau bohong!"

"Melihat kau yang gugup dan ketidaktahuan-mu barusan sudah menguatkan pradugaku, bahwa kau bukan Arabella."

Alaska melangkah mendekat, membuat Mamanya spontan ikut mundur ke belakang. Saat ini Alaska berusaha menyudutkan Mamanya ke meja kayu di seberang sana. Ketika Mamanya tak lagi dapat mundur karena terhalang oleh meja, Alaska lantas melanjutkan.

Saksi CintaWhere stories live. Discover now