5. SACI - Nasib Budak Belanda

398 56 30
                                    

Maaf ya, updatenya telat banget. Soalnya lapak sepi, agak rindu sih sama notif MTAL yang baru beberapa menit update langsung ratusan. Tapi gapapa, mungkin karena SACI masih baru? Makanya, ayok share cerita ini ke orang terdekat kalian biar makin banyak yang baca! InsyaAllah walau sepi kayak kuburan, saya akan komitmen untuk terus melanjutkan SACI sampai selesai😁.

Sebelum baca, jangan lupa VOTE & COMMENT! Ramaikan lapak juseo~~~

°°°

Sore harinya, Alaska diajak oleh Ibu Hans untuk minum teh bersama di gazebo taman belakang. Sebenarnya Alaska malas memenuhi undangan tersebut. Ia sedang kesal kepada Ayah Hans yang menurutnya menyelewengkan kekuasaan. Bersikap seenaknya kepada Sarekat Islam dengan menerbitkan surat perintah skros. Mematikan hak-hak pribumi untuk memperjuangkan nasib mereka.

Namun, setelah Alaska berpikir ulang, sepertinya ia harus memenuhi undangan Ibu Hans. Barangkali pesta teh sore hari ini merupakan kebiasaan antara Ibu dan Anak itu. Apabila Alaska menolak, bisa menimbulkan kecurigaan dalam benak Ibu Hans. Ibu lebih mengetahui watak Anak-anaknya. Dan tentu, insting seorang Ibu tak dapat diragukan.

Jadi, di sinilah Alaska. Duduk berhadapan dengan Ibu Hans sembari menikmati teh madu yang Sabina sajikan.

"Ik ben blij dat het goed met je gaat, Hans. (Ibu senang kau baik-baik saja, Hans)"

"Aduh, pakek Bahasa Belanda pulak dia. Ngapa gak Bahasa Indonesia aja sih, kan bisa. Rasa mau tersedak gue, tiap ngomong pakek Bahasa Belanda." rutuk Alaska di batin. Pengucapan Bahasa Belanda yang menyebutkan huruf R dengan di tahan ke dalam tenggorokan seringkali membuat Alaska tersedak. Maka dari itu, Alaska jarang menggunakan Bahasa Ibunya ketika berdialog.

"Toen ik hoorde dat je was neergeschoten, dacht ik ga je verliezen, zoon. Gelukkig ben je nog steeds bij ons teruggekomen. Anders zal mama alleen zijn. Jij bent het enige kind dat moeder heeft. (Mendengar kau ditembak, Ibu pikir, Ibu akan kehilanganmu, Nak. Syukurlah kau masih kembali kepada kami. Kalau tidak, Ibu akan sendirian. Kau Anak yang Ibu punya satu-satunya.)" ujar Catharina lirih sembari mengusap telapak tangan Alaska.

Alaska menatap tangan Ibu Hans yang sedang menggenggamnya.

"Oalah, Hans Anak tunggal toh. Buset! Anak tunggal kaya raya dong?! Giillss kata gue teh!"

Seulas senyuman lantas Alaska torehkan. Alaska tersenyum manis menanggapi dan turut membalas genggaman tangan Ibu Hans. Benar-benar menunjukkan respons alamiah Anak yang menyayangi Ibunya.

"Het gaat nu goed met mij, Moeder. (Aku sekarang sudah baik-baik saja, Bu.)"

"Anjaasss, bagus gak akting gue? Wadoohh, dilanjutin lama-lama gue bisa dicasting Hanung Bramantyo, main Bumi Manusia part dua."

"Moeder heeft je hier uitgenodigd omdat ze vanmiddag de zorgen van je vader over jou hoorde, Hans. (Ibu mengundangmu kemari karena mendengar keresahan Ayahmu kepada kau tadi siang, Hans.)"

Dahi Alaska spontan mengernyit. "Tadi siang? Soal percakapan kami dengan Cokroaminoto kah?"

"Moeder was erg verrast toen ze de bekentenis van je vader hoorde, dat je in dat gesprek de indruk wekte dat je hem onder controle had. Alsof jij de koning bent. Dat moet je niet doen, Hans. (Ibu sangat terkejut mendengar pengakuan Ayahmu, kalau di percakapan itu kau terkesan mengaturnya. Seolah kau itu adalah Raja. Tak sepantasnya kau begitu, Hans.)"

Saksi CintaWhere stories live. Discover now