bab 28 (end)

33 2 0
                                    


"Hah." Kembali Jimin membuang nafasnya gusar. Sudah lewat tengah malam tapi matanya masih enggan untuk terpejam saat insomnia kembali menyerangnya.
Padahal tubuhnya begitu lelah, sejak dari kantor ia sudah membayangkan bahwa ia akan tidur nyenyak setelah sampai di rumah.
Sudah berkali-kali pria park itu mencari posisi nyaman tapi matanya masih enggan untuk terpejam.

Klik
Ia mematikan lampu tidurnya dan berjalan menuju jendela untuk menyibak gorden agar cahaya rembulan masuk kedalam kamarnya.
Di tatap gugusan bintang yang berpendar menghias langit malam, terlihat indah selaras dengan rembulan yang bersinar dengan bentuk bundar yang sempurna.

Puas mengagumi keindahan yang tercipta ia kembali melangkah menuju ranjang untuk kemudian kembali membawa tubuhnya untuk terbaring.

Hampir matanya terpejam, sebelum sebuah elusan lembut pada surai hitam miliknya kembali menarik ia pada kesadaran.

"Ra." Gumamnya sembari menatap wajah cantik wanita yang ia rindu.
Jimin tahu, wanita yang ia tatap itu telah pergi beberapa bulan lalu.
Entah mimpi atau bukan, tapi Jimin tak peduli. Ia rindu, sangat rindu pada wanitanya.

Sang dicinta tersenyum manis sembari menuntun kepala sang pria untuk merebah pada paha miliknya.
Jimin menurut, ia merebahkan kepalanya pada paha Aira.

Hatinya menghangat, ia larut dalam kenyamanan yang diciptakan sang wanita.
Saat jari jemari lentik milik Aira terus membelai lembut helaian rambutnya.

"Ra." Lirihnya.

"Hem." Sang wanita bergumam.

"Aku rindu." Jimin mendongak kembali menatap wajah sang wanita yang terlihat cantik diantara temaramnya cahaya.

Sang wanita kian melebarkan senyum manisnya tanpa menghentikan belain pada surai sang pria.

"Jangan pergi lagi ya." Ucap Jimin kembali.

"Kau lelah?" Tanya sang wanita yang dijawab dengan anggukan sang pria.

"Tidurlah."

Lelaki itu lekas menggeleng, ia tak ingin melewatkan waktu sedikitpun untuk bersama sang wanita.

Aira memberikan sebuah kecupan pada kening sang pria dengan lembut, hingga ajaibnya langsung memberikan efek ketenangan yang Jimin rasakan.

Matanya terasa memberat, hingga perlahan ia tertidur dengan masih dalam lahunan yang dicinta.
.
.
.
.

Sinar mentari menerobos masuk melalui celah jendela yang semalam sengaja dibuka. Hingga mengusik tidur nyenyak sang pria.

Tubuhnya perlahan menggeliat, ia raba sisi kosong ranjangnya seolah mencari sesuatu.
Matanya perlahan terbuka saat tak menemukan apa yang ia cari.

Kembali ia terpejam kecewa, lagi-lagi semalam ia hanya bermimpi.
Tapi semua terasa nyata saat tangan yang di cinta membelai rambutnya lembut dan wangi tubuh sang wanita terasa masih sama dengan terakhir kali ia mendekapnya.

Tapi ia bahagia, setidaknya Aira kembali menyambangi meski hanya sebatas dalam mimpi.
Mungkin ini kali ketiga sang wanita datang pada mimpinya.
.
.
.
.
Sang pria berjongkok menghadap pusara yang sudah mulai menghijau di tumbuhi rumput yang sengaja di tanam.
Ia letakan sebuket bunga lili yang sengaja ia bawa. Berdamping dengan bunga lain yang nampaknya masih segar. Mungkin ada orang lain sebelum Jimin.

"Selamat pagi Ra." Sapanya pada gundukan tanah berisi jasad yang di cinta.

"Sudah tiga bulan kamu pergi Ra, terkadang aku tak percaya kau telah pergi begitu jauh dariku. Aku merindukanmu Ra." Air mata kembali menggenang diantara pelupuk mata, melepas yang di cinta tak semudah kenyataannya.

Love Me Again (Park Jimin)Where stories live. Discover now