17

28 4 0
                                    


Beberapa kali Aira mengeratkan genggaman tangannya pada sang pria yang sejak tadi terus berusaha meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.
Sang pria yang sejak tadi terus tersenyum sembari terus menuntun langkahnya beriringan memasuki tempat acara yang tengah berlangsung.

Rasanya keadaannya terbalik, seharusnya Aira yang menuntun Jimin. Toh yang akan di temui adalah keluarganya.
Seharusnya Jimin yang gugup bertemu dengan keluarganya.

Tapi mungkin tak perlu bertanya ataupun menjelaskan kembali alasan di balik semua itu.
Jikapun Jimin tak bersedia menemani mungkin Aira akan memilih urung.

Keduanya sama-sama melangkah untuk menyaksikan proses pemberkatan yang sebentar lagi berlangsung.
Tanpa Aira duga, sang pria justru menyeretnya untuk bertemu dengan keluarganya. Satu hal yang tak pernah Aira kura sebelumnya.

Sementara kedua orang tua Aira saling pandang sejenak, saat sang pria mendekat dengan menggandeng tangan putri bungsu mereka.

"Selamat pagi tuan." Sang pria menyapa dengan ramah mengabaikan kegugupan yang semakin di rasa Aira. Jimin hanya terus mengeratkan genggamannya.

"Ah saya park Jimin."  Hingga senyum tak lagi di sembunyikan dari keduanya. Tentu saja sekarang mereka tahu siapa lelaki yang bersama putrinya. Siapa yang tak tahu dengan penerus tunggal keluarga park.

"Ah Aira, kenapa kau tak bilang akan mengajak tuan muda park." Aira tercengang.
Tak ada panggilan buruk pun dengan perlakuan yang ia dapat.

"Bagaimana kabar anda tuan muda ?" Pertanyaan itu kemudian beralih kembali pada sang pria.

"Tidak perlu memanggil saya seperti itu, cukup Jimin saja. Kabar saya baik. Maaf sebelumnya, saya sudah lancang datang ke pesta pernikahan putri anda tanpa di undang." Ucap Jimin kemudian.

"Ah tidak perlu minta maaf, justru ini merupakan satu kehormatan bagi kami. Ah Aira, ajak Jimin duduk  di meja VIP di sana." Ucap nyonya park yang kini bersuara.

"Kalau begitu saya permisi." Ucap Jimin kembali sementara Aira masih bungkam tanpa kata.
Masih dengan perasaan asing, Aira melangkah bersama Jimin mendekat pada deretan meja paling depan.

"Sudah aku katakan kan semua akan baik-baik saja." Ucap Jimin setelah keduanya sama-sama terduduk.

Aira tak dapat menyembunyikan senyum manisnya, lagi-lagi Jimin membuat dirinya semakin bergantung pada dirinya.

🌸

Ada bagian hati yang teriris perih, saat melihat yang di cinta bisa tersenyum tapi bukan ia penyebab senyum itu tercipta.
Raganya memang berdiri di atas pelaminan tapi jiwanya terus mengikuti kemana sang wanita melangkah.

Ia pernah bermimpi bisa berdiri di tempat ini, tapi bukan bersama wanita yang kini menjadi istrinya melainkan dengan wanita yang sedari tadi memenuhi atensinya.

Park Aira, bolehkah saat ini Hoseok berlari untuk memeluk tubuhnya dan mengatakan pada dunia bahwa dialah yang ia cinta.

Pun saat sang wanita mendekat dengan lelaki yang senantiasa mendampinginya, ada sedih pun bercampur bahagia saat ia bisa melihat bahwa Aira baik-baik saja.
Sekilas ia lirik tangan sang gadis, masih ia ingat cerita Jimin yang mengatakan bahwa Aira telah berulang kali melakukan percobaan bunuh diri hingga membuat ia kian meradang.

Senyum indah yang tercipta ternyata tak cukup kuat menyembunyikan luka pada hatinya.

"Maafkan aku, ku harap kau selalu bahagia." Bisik kalimat yang Hoseok ucapkan mampu membuat Aira stagna sejenak. Mengingat kilas balik kisah keduanya hingga berakhir seperti ini.

Aira tak menunjukkan ekspresi apapun selain memilih acuh, takut pertahanan yang selama ini tercipta goyah kembali.
.
🌸🌸🌸
Satu hal yang amat Aira sukai selama ini dan mungkin selamanya akan tetap seperti itu.
Ia mampu berdiri berjam-jam tanpa melakukan apapun hanya untuk melihat tetesan air yang jatuh membasahi bumi.

Love Me Again (Park Jimin)Where stories live. Discover now