BAB 23

224 31 0
                                    


Seolah bisa merasakan tatapan Emma, Liam mengangkat wajahnya dan balas menatapnya dengan sorot duka yang mendalam. Membuat Emma tidak bisa melepaskan tatapannya dari pria itu.

I'm so sorry, Liam. Emma mencoba mengatakan kalimat itu lewat tatapan matanya. Liam sepertinya mengerti karena kemudian pria itu mengangguk pelan. Emma harus memaksa dirinya berhenti menatap Liam, lalu kembali menatap Carol.

"Saya adalah seorang murid beasiswa, berasal dari sebuah desa kecil di Papua. Saya merasa sangat bersyukur ketika Mrs. Delia memberi saya kesempatan untuk belajar di Harlow. Dan sedari dulu saya bercita-cita untuk membalas semua kebaikan Mrs. Delia dengan mengabdi kepada sekolah ini," tambah Carol, berusaha terlihat tegar. "Saya langsung bekerja di Harlow begitu lulus kuliah. Saya belajar banyak dari Mrs. Delia tentang bagaimana cara menjalankan sebuah sekolah. Tapi tidak pernah terbersit sekali pun dalam benak saya kalau suatu saat saya akan menggantikan Beliau."

Carol berhenti sejenak untuk menarik napas. "Saya tahu saya masih sangat muda dan belum memiliki pengalaman memimpin sebuah sekolah, apalagi sebuah sekolah internasional bergengsi seperti Harlow. Di masa depan saya pasti akan melakukan banyak kesalahan. Untuk itu saya memohon dukungan dari para pengurus sekolah senior saya, para guru, para karyawan sekolah, dan alumni yang terhormat agar kita semua dapat meneruskan semua impian dan cita-cita Mrs. Delia."

Carol menatap para hadirin yang membisu lalu melanjutkan, "Saya yakin di atas sana Mrs. Delia ingin kita semua menikmati acara ini dan jangan terlalu meratapi kepergiannya. Beliau sudah mempersiapkan sesuatu untuk kita semua malam hari ini. Para hadirin sekalian, tertawalah dan menangislah sepuasnya ketika Anda menyaksikan film berikut ini, karena Anda semua ada di dalamnya. Selamat menonton!"

Carol turun dari panggung. Sebuah layar putih besar dan canggih turun dari langit-langit ballroom, dan lampu ballroom kembali meredup.

Air mata Emma mengalir turun ketika wajah tua nan ramah Mrs. Delia muncul di layar. Mrs. Delia berbicara ke arah kamera, "HI, everyone! Ini semua adalah dokumentasi saya tentang kalian selama bertahun-tahun yang saya ambil secara sembunyi-sembunyi. Kalian pasti tidak tahu, kan? Selamat menyaksikan, Anak-anakku tersayang!" seru Mrs. Delia sambil tertawa, lalu meniupkan ciuman ke arah kamera.

Film itu adalah dokumentasi perjalanan sekolah mereka dari awal berdirinya. Isakan-isakan terdengar setiap kali wajah Mrs. Delia muncul di layar. Lalu setiap angkatan memiliki adegan-adegan mereka sendiri. Semua kejadian lucu dan mengharukan, setiap perlombaan, acara camping, Harvest Day, acara kelulusan, pesta prom, bahkan hari-hari normal mereka di dalam kelas, semuanya ada di dalam film itu.

Setiap angkatan menjadi riuh begitu giliran angkatan mereka yang tampil di layar. Para alumnus tampak gembira dan saling menertawakan satu sama lain ketika melihat betapa culun dan jadulnya penampilan mereka dulu.

Tibalah giliran Class of 2010. Meja kelas 12-A dan kelas 12-B langsung riuh. Emma tertawa saat melihat foto-foto teman-temannya, lalu meringis malu saat melihat dirinya sendiri di dalam foto-foto itu. Oh, Tuhan, apa dulu aku benar-benar terlihat sangat kekanakkan seperti itu?

Sebuah tulisan tampil di layar... "CLASS 12-A: LEARN HOW TO DO A WALTZ DANCE: DAY 1... DISASTER!"

Mereka semua tertawa terbahak-bahak begitu rekaman video diputar, diiringi narasi lucu Mrs. Delia. "Benar-benar bencana," gumam Mrs. Delia, mengomentari gerakan dansa murid-murid kelas 12-A angkatan 2010 yang kacau balau. Lalu kamera beralih dan meng-zoom Emma dan Liam yang sedang berdansa. "Yah, kecuali kedua anak itu," gumam Mrs. Delia, dengan nada bangga. "Itu cucu saya, William, dan teman sekelompoknya, Emma. Mereka berdua selalu bertengkar. Tapi mereka berdua saya paksa belajar dansa di ruang tamu saya setiap hari. Lihat kan, mereka bisa berdansa dengan sangat indah. Sambil bertengkar!" tambah Mrs. Delia sambil terkekeh, meng-zoom wajah Emma dan Liam yang saling memelototi satu sama lain.

You're Still The One (COMPLETED)Where stories live. Discover now