BAB 7

225 32 2
                                    

"Sudah sebulan lebih dan kalian belum berdiskusi sama sekali? Dia benar-benar jahat!" seru Carol kesal.

Seperti yang sudah Emma duga, Liam benar-benar tidak memedulikan tugas Bahasa Indonesia mereka. Ia memberanikan diri berbicara dengan Liam di setiap kesempatan. Tidak hanya di kelas Bahasa Indonesia, tapi juga di kelas General English dan Maths. Namun cowok itu selalu tidak mengacuhkannya dan berjalan pergi begitu saja.

Sekarang sepertinya kesabaran Emma sudah habis. Pokoknya hari ini! tekad Emma dalam hati. Hari ini ia akan mencari Liam, lalu memaksa cowok itu berdiskusi mengenai tugas Bahasa Indonesia mereka. Ia tidak takut lagi jika cowok itu ingin membalas dendam kepadanya. Ia lebih takut tidak bisa menyelesaikan tugas novel mereka tepat pada waktunya.

"Kalian pulang duluan saja," kata Emma kepada Carol, Sophie, dan Kadek, ketika mereka berempat sedang berjalan dari gedung sekolah menuju gedung asrama mereka.

"Cari Liam lagi? Hati-hati, Em," kata Sophie khawatir.

Emma mengangguk, lalu mulai berjalan ke arah perkebunan teh, menuju rumah Liam. Namun di tengah perjalanan, Emma merasakan firasat aneh itu lagi. Firasat yang mirip seperti yang dirasakannya di hari pertama ia bertemu dengan Liam. Ia langsung berbelok dan berjalan mendaki melewati area perkebunan teh, dan mulai memasuki area hutan. Langkah Emma terhenti ketika ia mendengar seseorang berteriak.

"Kenapa kalian masih masuk ke tanah orang seenaknya?!" teriak sebuah suara bernada marah.

"Emang ini tanah siapa, hah?! Ini tanah penduduk sekitar! Bukan punya situ!" jawab sebuah suara bernada serak.

Emma mengintip dari balik sebuah pohon, dan bergidik ketakutan ketika melihat Liam sedang berdiri berhadapan dengan kelompok berandalan yang sama, yang mengeroyok cowok itu dua bulan yang lalu.

Apa mereka akan berkelahi lagi? pikir Emma ketakutan. Kenapa Liam masih berani menghadapi mereka sendirian? Emma menghitung jumlah berandalan desa itu. Semuanya berjumlah lima orang.

"Hutan ini masih milik sekolah ini. Pergi dari sini!" usir Liam marah, sambil mendorong salah seorang berandalan.

Itu tanda dimulainya perkelahian. Emma menatap ngeri ketika berandalan-berandalan itu dengan penuh semangat bergantian mendorong dan memukul Liam. Liam tidak kalah beringas dan balas memukul mereka. Seorang berandalan berhasil mendorong Liam dengan keras, sampai dia tersungkur jatuh ke tanah.

Ini tidak bisa dibiarkan! Cowok itu bahkan baru sembuh dari luka-lukanya, pikir Emma marah, tanpa sadar mengepalkan kedua tangan kuat-kuat.

Ini bukan deja-vu. Emma benar-benar mengulang tindakannya dua bulan yang lalu, melompat dari balik pohon. Bedanya sekarang, ia langsung menghambur ke arah Liam sambil memutar-mutarkan tas Hello Kitty-nya ala Wonder Woman ke arah berandalan-barandalan itu.

"BERHENTI!!! PERGI KALIAN!! Bisa-bisanya kalian mengeroyok satu orang!" teriak Emma marah, terus memutar-mutar tasnya yang berat agar gerombolan itu menjauhi Liam.

Sejenak mereka semua berhenti berkelahi dan hanya memandang ke arahnya bingung. Mungkin bertanya-tanya apa yang harus mereka lakukan terhadap gadis kecil imut-imut serba pink yang sedang marah itu.

Seseorang dari kelompok berandalan itu berhasil menangkap tas Hello Kitty Emma, lalu menariknya mendekat. Ia sempat melihat tato harimau di lengan berandalan jelek itu. "Aduh, imut sekali. Mau main sama Aa, ya?" tanyanya terkekeh.

"Lepasin dia!" geram Liam sambil maju mendekati berandalan itu.

Namun sebelum Liam sempat memukul, Emma sudah menendang tulang kering berandalan itu dengan sekuat tenaga.

You're Still The One (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang