24. Pesta Pasti Berakhir

17.5K 2.3K 681
                                    

Sepertinya banyak yang salah nangkep bab kemarin

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Sepertinya banyak yang salah nangkep bab kemarin. Salah aku juga sih, gak menjelaskan dengan detail.

Jadi pertemuan di warung pecel lele kemarin itu tuh, sebenarnya Delilah kasih kesempatan bagi Sam untuk memilih sendiri, kalau misalnya Sam pergi ke Kelana, berarti cowok itu milih Kelana, kalau Sam tetep di minimarket sama dia, berarti Sam milih dia. Jadi Delilah sebenernya udah berniat baik. Gicyuuu....

***

Selesai membersihkan sisa pelepasan dirinya di atas perut Kelana, Samudra membuang tisu itu di kamar mandi—sekilas, ia mencermati sekelilingnya, sadar bahwa ruangan satu ini pun masih minim barang dan berbau aroma ruangan baru.

Samudra kembali ke atas tempat tidur, berusaha mengabaikan denyut-denyut nyeri dari semua cedera di tubuhnya. Dihampirinya Kelana, menindih separuh tubuh itu dengan perlahan dan mengusap wajahnya dengan lembut.

Seprai putih yang menutupi ranjang kini tak lagi rapi, sama berantakannya dengan rambut sebahu Kelana yang terburai tidak beraturan, atau tarikan napas Kelana yang tersengal tidak karuan. Tuan Putri kacau balau di bawahnya, menatapnya dengan tarikan napas lelah dan mata sayu.

Samudra mencuri waktu sejenak untuk mengagumi pemandangan di bawahnya. Tuan Putrinya selalu memesona tanpa sedikit pun berusaha.

"Masih sakit?" Samudra membungkuk, mencium pipinya dengan hati-hati. "Mau dilap badannya?" Jemarinya mengusap perut rata Kelana yang sangat lembab akibat ulahnya. "Maaf."

Kelana berpaling menempelkan pipi mereka dengan napas tersendat.

"Elo mau mandi? Kalau masih sakit, gue bisa gendong ke kamar mandi."

Kelana memejamkan mata dan menggeleng menahan senyum.

"Mau pakai baju?" Samudra bertanya lagi. "Gue bisa pakein—"

Dan Kelana menggeleng lagi, menahan senyum lagi. Entah apa yang lucu.

"Sayang." Samudra mencium bibir itu agar berhenti tersenyum. Kemudian, tiba-tiba saja ia tersentak bangkit. Ia tahu apa yang bisa membuat Tuan Putrinya semakin tersenyum. "Sebentar."

Ditinggalkannya tubuh dan tempat tidur itu, lalu berjalan cepat meninggalkan kamar untuk kembali pada kumpulan pakaian mereka yang tertinggal di ruang depan.

Samudra membungkuk untuk mengenakan celana dalamnya. Tapi mengabaikan pakaian yang lain, karena ia harus buru-buru merogoh dompetnya di saku belakang jins. Dibukanya lipatan dompet itu dan dikeluarkannya dua lembar kecil sticker yang sudah tersimpan lama di sana.

14Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz