"Aku nggak sakit kok, siapa yang bilang sih Yang?" ucap Zayn dengan bibir melengkung ke bawah.

"Kalo aja kamu nggak kerja pas masih sakit gini, dia nggak akan sok bijak nyalah-nyalahin aku segala," kesal Adifa.

Mendengar perkataan Adifa membuat Zayn menyadari kalau istrinya tidak akan bersikap seperti ini kalau tidak ada penyebabnya. Ia segera membalik tubuh Adifa untuk menghadapnya.

"Kamu ketemu siapa tadi Yang?" tanya Zayn lembut.

Adifa tidak menjawabnya dan hanya menghela napas. Ia segera menghampiri kotak yang ia bawa. Mengeluarkan isinya dan menyajikan makanan untuk suaminya.

"Yang, bilang dong sama aku. Kamu ketemu sama siapa sih sampe marah-marah gini? Padahal kan aku mau dimanjain kamu biar cepet sembuh, malah kamunya marah," ucap Zayn mengeluh.

Mendengar ucapan Zayn membuat Adifa tercenung. Benar. Untuk apa ia repot-repot memikirkan perkataan tidak penting Maharani? Lihat sekarang suaminya yang tampan jadi terabaikan. Padahal Zayn tidak salah apapun, justru pria itu sedang sangat membutuhkan kasih sayang darinya.

Adifa langsung menarik Zayn agar duduk di kursinya. Menangkup wajah tampan suaminya, mengelus pelan kepala Zayn. Membuat laki-laki itu memejamkan kedua matanya, menikmati elusan istrinya.

"Maafin aku ya," ucap Adifa lembut. Ia mengecup pelan kening Zayn. Suhu tubuh Zayn sudah normal kembali. Hanya saja tubuhnya masih perlu istirahat.

"Jangan marah-marah lagi," pinta Zayn pelan. Ia menyandarkan kepalanya di dada kenyal istrinya.

"Nggak Sayang, nggak akan pernah," jawab Adifa terkekeh pelan mendapati tingkah manja suaminya.

"Kamu ketemu siapa tadi?" tanya Zayn masih penasaran.

"Nggak penting, udahlah nggak usah dibahas. Sekarang makan yuk, abis itu minum obat," jawab Adifa tenang.

"Yang," protes Zayn. Ia tidak ingin masalah ini menggantung dan muncul lagi ke depannya. Harus diselesaikan hari ini juga.

"Biasa, cewek gatel anaknya bos kamu," jawab Adifa yang menyerah karena melihat wajah memelas suaminya.

"Oh ya? Dia bilang apa sama kamu?" tanya Zayn.

"Cuma cewek iri yang sok bijak. Dia cemburu karena aku yang jadi istri kamu, makanya dia nyalahin aku karna kamu sampe ujan-ujanan kayak gini," jawab Adifa tenang.

Zayn langsung mencelos mendengar ucapan Adifa. Bahkan tidak seujung kuku pun ia menyalahkan Adifa untuk apa yang terjadi padanya. Semua murni atas keinginannya memenuhi keinginan istrinya yang sedang ngidam. Mendengar orang lain menyalahkan istrinya membuat hati Zayn sakit.

"Jangan dengerin dia Sayang, kamu sama sekali nggak salah kok," ucap Zayn sedih.

"Nggak akan. Semua omongan dia ngawur kok. Buktinya kamu baik-baik aja di sini," balas Adifa kembali mengelus kepala Zayn menenangkan suaminya. Ia tidak ingin melihat Zayn bersedih.

Ucapan Maharani benar-benar valid bohongnya. Zayn terlihat sehat meskipun memang butuh istirahat. Dan lagi sampai kapanpun Adifa tidak akan menyerahkan Zayn pada wanita kuno seperti Maharani.

***

Adifa tidak langsung pulang setelah memberi makan dan obat untuk suaminya. Ia tetap di sana menemani suaminya agar pekerjaan Zayn lebih ringan karena bantuannya. Namun setelah beberapa lama mengerjakan pekerjaan, Adifa menyadari kalau Maharani sedang mencuri pandang ke dalam ruangan ini. Tentu saja karena kali ini pintu ruangan dibiarkan tetap terbuka.

Maharani duduk di depan ruangan kerja Zayn sembari memegang alat rajut di tangannya. Ia tidak duduk di sini tanpa maksud tertentu. Biasanya ia akan merajut di halaman rumah, tapi sekarang melihat kedatangan Adifa membuat jiwa perempuannya bergejolak. Rasa iri menggerogotinya membayangkan dua anak manusia itu akan kembali melakukan hal seperti yang pernah didengarnya.

Baby Project (COMPLETED)Where stories live. Discover now