AI-49. Buah Dari Ego

78 11 13
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Menelan mentah-mentah sesuatu yang belum pasti dapat menimbulkan rugi. Selain dapat mengundang prasangka yang dilarang karena dihukumi dosa, potensi kecewa saat praduga tidak sesuai dengan fakta juga tentunya dominan lebih besar."

~Assalamu'alaikum, Islam~

☪️☪️☪️

Mas Arzan

[Saya tidak jadi pulang.]

[Maaf.]

[Oh, Mas Arzan pulangnya mau kayak biasa, Mas? Nunggu sore? Nggak papa, Mas. Aku tunggu kamu seperti biasa di rumah, ya.]


[Tidak perlu, Zai. Hari ini saya tidak akan pulang. Saya akan menginap di rumah Ibu.]


[Lho, Ibu kenapa, Mas? Ibu sakit?]


[Alhamdulillah Ibu sehat.]

[Alhamdulillah. Tapi kalo boleh tahu, kenapa Mas tiba-tiba menginap di rumah Ibu? Mas nggak mau ngajak aku juga?]


[Maaf, Zai.]

[Eh, kok jadi minta maaf? Aku nanya aja kok, Mas. Nggak niat nyalahin kamu.]

[🤭🤭🤭]


[Maaf.]

[Mas, kenapa? Ada hal lain yang sedang menganggu pikiran kamu? Aku nyusul kamu ke rumah Ibu, ya?]


[Jangan. Beri saya waktu untuk sendiri dulu, ya? Saya mohon.]

[Maksudnya apa, Mas? Kamu nggak mau ketemu sama aku?]


[Sekali lagi saya minta maaf.]

[Mas, minimal jelasin dulu kenapa kamu tiba-tiba ngebatasin diri kayak gini?]

Setelah itu tak lagi ia dapati balasan. Entah Arzan yang kehabisan kuota, atau memang sengaja mematikan data seluler agar pesan darinya tak lagi di dapat. Yang jelas, bahkan sampai menjelang maghrib pun pesan darinya masih centang satu.

Seraya meremat ponsel, Zainab menyandarkan punggung pada pintu belakang kamar yang tertutup. Harapan bisa bahagia bersama atas kabar akan datangnya seorang anak di tengah-tengah mereka kini pupus sudah. Digantikan lara yang hadir tanpa alasan yang jelas.

"Kamu sebenarnya kenapa, Mas? Masalah apa yang sedang kamu alami sampai-sampai untuk ketemu sama aku pun kamu nggak mau?" ratapnya lalu perlahan terduduk lesu di atas lantai.

Bagi seorang istri yang paham bahwa rida allah terletak pada rida suami, sikap apatis yang ditunjukan Arzan secara tiba-tiba sungguh menyiksa batin. Ia takut sudah berbuat salah entah dalam sikap maupun kata yang menjadi penyebab suaminya bersikap demikian. Lalu saat kasih dan rida dari suami tak ada, betapa menakutkannya jika hal tersebut mengundang ketidakridaan pula dari-Nya.

Sempat terpikir untuk menyusul Arzan yang mungkin sedang berada di rumah Fatin. Namun saat pernyataan bahwa Arzan ingin mempunyai waktu untuk sendiri dulu, membuat niatnya urung.

Dia memutuskan untuk menanyakan tentang Arzan pada mertuanya. Namun sayang, pada profil whatsapp Fatin pun tertera tulisan terakhir dilihat satu hari yang lalu.

Assalamu'alaikum, IslamWhere stories live. Discover now