AI-6. Pertemuan Di Bawah Rembulan

128 22 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Keteguhan iman seseorang bisa dilihat saat ia diujikan pada sesuatu yang ia sukai. Seperti halnya seorang manusia yang dipertemukan dengan kekasih hatinya yang belum halal. Saat berada dalam keadaan tersebut. Apakah ia bisa menahan mengendalikan diri? Atau justru malah diperbudak dan dikalahkan oleh hawa nafsu berahi."


-Happy reading!-

☪️☪️☪️

"Semuanya jadi berapa, Pak?"

"Tiga puluh ribu aja, Neng."

"Oh, baik, Pak. Tunggu sebentar, ya." Tiga lembar uang sepuluh ribuan yang menjadi penghuni terakhir dari dompet kecilnya, sudah Zainab keluarkan untuk membayar. Kini, dua bungkus nasi goreng yang ia belikan untuk kedua orang tuanya sudah berada dalam genggaman.

Zainab hendak kembali ke rumah sakit. Namun saat ingat dirinya masih mempunyai sisa uang tabungan di ATM yang dikumpulkan saat ia masih  bekerja di konveksi, membuat kaki terbalut selop hitam pun melangkah ke arah selatan.

Ia hendak mengambilnya terlebih dahulu di mesin ATM yang terletak sekitar 400 meter dari jarak rumah sakit saat ini.

Untuk berjaga-jaga.

Meskipun biaya pengobatan Indah memakai kartu BPJS, tapi keperluan yang mengharuskannya untuk mengeluarkan uang pun mesti diantisipasi. Maka dari itu, langkah ini Zainab ambil.

Tiga lembar uang seratus ribuan berhasil ditariknya dari mesin ATM. Masih tersisa saldo sekitar dua ratus ribu. Semoga saja uang tersebut cukup hingga batas waktu gajian bulan depan tiba.

Melangkahkan kaki keluar ruangan, Zainab melihat ke sekeliling di mana ruas jalan raya terlihat begitu sepi.

Hanya ada beberapa kendaraan yang masih hilir mudik. Itupun kendaraan berupa mobil pribadi dan mobil muatan. Untuk motor hanya terlihat satu atau dua saja yang melintas. Zainab melirik jam di pergelangan tangan. Sudah dini hari.

Menembus dingin, kakinya mulai melangkah dengan tergesa. Namun usai berjalan sekitar lima puluh meter, Zainab merasa seseorang mengikutinya dari belakang. Perempuan itu memilih abai. Sembari mempercepat tempo langkahnya berharap bisa segera sampai ke tempat tujuan dengan selamat.

Namun, seiring langkah kakinya yang dipercepat, derap langkah orang yang seperti tengah berlari pun terdengar semakin dekat. Zainab mulai gelagapan. Hingga akhirnya, hal yang tak diinginkan pun terjadi.

"Copet!" teriaknya tiba-tiba saat sling bag yang ia tenteng berhasil diambil dengan paksa oleh seorang pria berjaket kulit. Perempuan itu turut berlari. Berusaha mengejar. Meski jarak antara Zainab dengan si pencuri semakin terbentang jauh nyaris tak terkejar.

Di pertengahan, perempuan bergamis mocca merasa sangat kewalahan. Kedua tangan yang tak pernah absen memakai handshock untuk menutupi aurat tangan dengan sempurna menumpu di atas lutut.

Napasnya terengah. Semua kartu-kartu penting ada di tas. Maka dari itu, meskipun lelah, Zainab tetap memaksakan diri untuk melanjutkan mengejar barang miliknya berharap kedua tungkai kakinya itu masih kuat.

Dan qadarullah, aksi kejar-kejaran di trotoar itu tertangkap oleh indra penglihatan seorang pengendara mobil jeep berwarna silver.

Dari dalam mobil, nampak keningnya berkerut heran.

Ada aksi pencuriankah?

Tengah malam seperti ini?

Lalu, dugaannya diperkuat saat terdengar dari luar suara teriakan. "Kembalikan tas saya, Pak!"

Assalamu'alaikum, IslamWhere stories live. Discover now