19| Akhirnya mereka tahu

Start from the beginning
                                    

Bahkan mereka pun terkejut saat melihat kepala abangnya yang sudah botak pelontos.

Saat ini mereka benar-benar bertanya di dalam hati masing-masing, sebenarnya apa yang menimpa Abimanyu hingga berakhir seperti ini. Sungguh, ini bukan pemandangan yang menyenangkan melainkan menyedihkan. Abimanyu yang mereka kenal dia bertumbuh kekar dan sehat, rambutnya hitam lebat dan kulitnya sedikit gelap karena pekerjaannya yang mengharuskan ia panas-panasan.

Tapi Abimanyu yang ada di hadapan mereka, benar-benar berbeda dari versi terkuatnya. Atau jangan-jangan, ini adalah versi terlemah abangnya?

”Bang Abi, gak baik-baik aja kan?” tanya Daniswara dan si balas senyuman sang Abang.

”Bahkan di saat kayak gini, Abang masih bisa senyum?” celetuk Endaru yang terkekeh geli melihat abangnya.

”Bang Abi, kenapa baru sekarang?” tanya Gentala yang membuat Abimanyu mengerutkan dahi bingung.

”Kenapa versi terlemah itu baru Abang tunjukin sekarang?” ungkap Gentala yang membuat semuanya terdiam. Suasana menjadi serius, semua orang tertunduk lesu.

”Kita ini manusia bang, kita punya rasa capek dan rasa sakit. Maka untuk meredakan rasa itu, kita perlu di dengar, agar kita gak memikul semuanya sendirian.” Gentala menahan air matanya, dia kemudian berdiri dan menghampiri abangnya.

”Dunia kita sempat hancur satu kali waktu Papa dan Mama meninggal, terus sekarang Abang mau buat hancur dunia kita untuk yang kedua kalinya?” penuturan Gentala berhasil membuat hati Abimanyu merasa teriris.

Tangis Gentala pecah begitupun kakak-kakaknya yang lain. Sulit di percaya bahwa Gentala yang biasanya tak cerewet yang dan banyak omong akhirnya menumpahkan semua perasaan yang ia pendam selama ini.

”Abang kalau sakit ngomong, nanti kita berobat. Kalau Abang capek, kita bisa pijitin, kalau Abang lagi pengen dada ayam dan gak mau bagi-bagi, Abang bisa makan sendirian tanpa ngerasa gak enak. Abang kalau udah ngantuk, harusnya Abang tidur. Bukannya nyetrika baju kita. Dan kalau Abang mau nangis, Abang gak perlu diam-diam ke kamar mandi. Tapi kenapa bang? Kenapa Abang gak pernah ngomong sama kita? Kenapa Abang harus mikul bebannya sendiri?” Gentala kembali menangis, dia benar-benar tak sanggup untuk melanjutkan kembali. Begitupun kakak-kakaknya yang mendadak stagnan saat mendengar sang bontot mengoceh pada kakak pertamanya.

”Gentala, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba sensitif gini sama bang Abi? Padahal kamu paling gak sabar nunggu bang Abi pulang.” Febriantara membuka percakapan, dia kemudian menghampiri Gentala dan berusaha untuk menenangkan saudaranya.

”Bang Abi sakit kanker otak stadium 4. Umurnya udah gak lama, jadi kemungkinan sisa waktu kita sama bang Abi cuma sedikit sebelum akhirnya bang Abi nyusul Papa sama Mama,” jelas Gentala yang membuat semua orang terkejut begitupun Abimanyu dan Caturangga.

Padahal Abimanyu sudah berusaha untuk menyembunyikan perihal penyakitnya rapat-rapat tapi kenapa malah adiknya tahu duluan sebelum ia memberitahunya sendiri?  Benar-benar menyedihkan sekali. Gentala pasti sangat sedih sekarang.

”Bener bang yang dibilang Gentala?” tanya Daniswara memastikan.

”Jadi kecurigaan kita bener ya?” tanya Endaru.

”Jadi lo bolos 2 hari itu bukan ngikutin bang Catur diam-diam?” bisik Febriantara dan Gentala mengangguk.

”Jadi lo ngikutin gue?” tanya Caturangga yang terkejut.

”Yang kita takutkan ternyata beneran kejadian ya?” Endaru menundukkan kepalanya lesu.

”Dari awal kita berempat udah curiga sama Bang Abi, kenapa bisa rambut Abang rontok sebanyak itu. Kenapa Abang selalu ngunci kamar, dan Gentala yang paling sering denger bang Abi nangis tengah malam di kamar diam-diam. Jadi bener ya?” Daniswara mengembuskan napas beratnya. Dia benar-benar tak menyangka jika kecurigaan nya berakhir menjadi kenyataan. Padahal awalnya dia masih berusaha untuk berpikir positif kalau abangnya hanya sakit biasa karena kelelahan. Namun siapa sangka jika abangnya sakit keras seperti ini?

”Dan bang Catur yang selama ini tau sengaja nyembunyiin penyakit bang Abi?” Gentala kini menatap Caturangga tajam.

”Abang minta maaf, Abang gak punya pilihan. Semuanya itu permintaan Bang Abi, di sisi lain Abang mau bang Abi sembuh tapi di sisi lain Abang gak mau buat kalian khawatir,” jelas Caturangga yang membuat adik-adiknya lesu.

”Dengar, disini gak ada yang salah sama sekali. Kalaupun ada, itu Abang. Itu makanya Abang mau minta maaf sama kalian. Maaf Abang belum bisa jadi Abang yang terbaik buat kalian, maaf karena Abang kalian harus dewasa karena keadaan.” Abimanyu membeku saat Gentala memeluknya erat. Di susul dengan Febriantara.

”Penyesalan emang datengnya di akhir, tapi paling enggak kita bisa perbaiki semuanya kan sebelum terlambat? Kan kita keluarga.” ucap Gentala yang membuat hati Abimanyu terenyuh.

Febriantara pun ikut memeluk Abimanyu dengan erat.

Melihat kedua adiknya memeluk kakaknya, Daniswara dan Endaru menghampiri Abimanyu dan memeluknya erat.

”Tenang aja bang, kita bisa lewatin semuanya sama-sama. Abang gak perlu sendirian lagi menghadapi semuanya sendiri,” ungkap Daniswara di lanjut dengan Caturangga yang memeluknya paling terakhir.

”Jangan benci Abang ya.” Mereka semua menggelengkan kepalanya.

Finally ini cerita muncul kembali ke peradaban

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Finally ini cerita muncul kembali ke peradaban. Sebenernya sempet lupa karena gak pernah buka lagi, tapi sayang juga kalau gak di lanjutin. Soalnya kangen bang Abi. Abang yang paling effortless buat adik-adiknya. Sayang banyak-banyak buat bang Abi💕✨

Jangan lupa vote dan komennya manteman

Follow : @sugartea__

No Time To DieWhere stories live. Discover now