16| Harapan menyakitkan

338 31 7
                                    

Abimanyu ambruk di kamarnya setelah mengunci rapat pintu. Kepalanya terasa sangat amat pusing sampai-sampai ingin ia benturkan saja ke dinding.

Abimanyu menahan, dia menggigit bibirnya agar tak menciptakan suara. Dia bahkan harus bersembunyi di bawah kasurnya supaya tak menciptakan suara apapun.

Pria itu menangis, dia meringkuk kesakitan sembari meremas kepalanya yang rasanya ditusuk-tusuk jarum.

Sepertinya, saat ini Abimanyu harus benar-benar bergantung dengan obatnya. Ia pikir, pelan-pelan tak mengkonsumsi obat, penyakitnya akan perlahan hilang. Tapi nyatanya, kondisinya malah semakin parah. Bodohnya, ia masih berpikir kalau ia sakit biasa yang bisa hilang dengan sendirinya.

Abimanyu bego!

Tolol!

Kenapa lo bisa-bisanya sakit parah disaat lo jatuh miskin kayak gini?!

Siapa yang mau bayar pengobatannya bangsat!

Abimanyu menyalahkan dirinya, sesekali dia memukul kepalanya yang rasanya sudah seperti menuju ajal. Dia bahkan tak sadar kalau hidungnya sedari tadi terus mengeluarkan darah cukup banyak.

Dengan cepat pria itu membekap lubang hidungnya dengan lengan bajunya sambil kembali menangis sesenggukan.

Tuhan, kalau ajalku memang sudah dekat, setidaknya jangan hari ini. Berikan aku waktu untuk menyiapkan hari perpisahan yang layak untuk adik-adik ku...

 Berikan aku waktu untuk menyiapkan hari perpisahan yang layak untuk adik-adik ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagaskara bilang, dia akan pulang dan tinggal selama tiga hari di rumahnya. Katanya sih, ketua kelasnya gampang di ajak kompromi makanya Bagaskara nekat pulang ke rumah di saat tugas-tugas berdatangan.

Sebelum abangnya pergi ke rumah sakit, Bagaskara akan menyempatkan diri untuk menengok abangnya yang ternyata sakit parah selama ini.

Rasanya kalau boleh jujur, Bagaskara ingin pindah saja ke Jakarta untuk merawat abangnya beserta adik-adiknya. Bukankah dua orang jauh lebih baik daripada seorang diri? Tapi ya gitu. Bukan Abimanyu namanya kalau suka kerja rodi sendiri.

Kebetulan Bagaskara tiba saat waktu subuh, jadi ia sempat bercengkrama dengan adik-sebelum berangkat sekolah.

Kaget? Jelas. Adik-adiknya itu seolah tak ingin melepaskan pelukan mereka untuk mengobati rasa rindu.

Kini, sarapan mereka full team. Sudah tidak kekurangan member. Semuanya lengkap dan berkumpul menjadi satu di ruang makan.

Jujur, hal itu membuat Abimanyu senang bukan main. Melihat adik-adiknya tertawa lepas dan saling bercanda membuat hatinya sedikit lega. Mereka selalu berusaha tertawa geli di hadapannya. Abimanyu wajar, pasti mereka tidak ingin membuatnya sedih.

Tapi bila mengingat, kesempatan untuk melihat kehangatan keluarganya tak bertahan lama, membuat senyum di wajahnya memudar. Tatapannya langsung berubah sendu.

No Time To DieWhere stories live. Discover now