11| Sebuah kejutan yang menyayat hati

375 40 0
                                    

Daniswara dan Caturangga memutuskan untuk menyembunyikan masalah tadi kepada abangnya, begitupun dengan Endaru. Dia harus menutup rapat mulutnya di hadapan abangnya.

Begitu bel pulang tiba, Caturangga mengajak kedua adiknya untuk makan di cafe namun dengan cepat di Daniswara request untuk pindah tempat ke yang lebih murah.

Kini, mereka ada di kedai mie setan milik Erick temannya. Selain harganya murah, rasanya juga bukan kaleng-kaleng karena kata Erick, ayahnya mantan koki di kapal pesiar yang mahal.

”Bang, Catur. Kira-kira nasib kita bertiga besok gimana ya?” tanya Daniswara yang masing kepikiran. Apakah Bu Gina akan melaporkan yang tidak-tidak usai ia membocorkan semuanya? Duh, gimana ya?

”Udah, lo jangan khawatir. Biar gue yang urus, oh ya, yang soal perselingkuhan itu. Lo tau darimana kalo bokapnya Tyo sama Bu Gina ada hubungan?” tanya Caturangga yang penasaran.

”Gak sengaja denger telponan bapak-bapak gitu, gak taunya, bapaknya bang Tyo lagi telponan sama Bu Gina. Aku sempet rekam, nanti aku bakal kirim ke abang.” Caturangga mengangguk.

Endaru menundukkan kepalanya, dia sendiri masih takut kalau masalahnya akan semakin panjang jika berurusan sama Tyo. Apalagi Tyo itu terkenal nakal dan suka buat perhitungan pada siapa saja yang cari gara-gara dengannya.

”Daru, kenapa diem mulu? Mules lo?” tegur Caturangga yang melihat Endaru hanya memainkan mie nya tanpa di makan.

”Bang, menurut abang, bang Tyo bakal kasih perhitungan ke kita gak ya? Gimana kalau tiba-tiba dia ngeroyok kita bertiga sambil bawa gerombolannya? Kalo bang Abi tau, bisa abis kita.” Suara Endaru terdengar gelisah.

”Bener juga bang, apalagi bang Tyo itu terkenal blangsaknya di kalangan murid-murid sekolah. Dia pasti bakal buat perhitungan sama kita bertiga.” Daniswara angkat bicara.

Caturangga menarik napasnya, pria itu meneguk es tehnya sebelum menenggakan tubuhnya.

”Udah, lo berdua jangan takut. Masalah Tyo, biar jadi urusan gue, kalo sampe dia macem-macem sama lo, langsung lapor gue? Paham?” dengan berat hati, kedua adiknya mengangguk.

”Oh ya, Nis. Jangan lupa kirimin rekamannya, karena itu kartu As kita buat ngelawan Tyo,” perintahnya. Caturangga pun beranjak dari bangku dan memakai jaketnya.

”Mau kemana bang?” tanya Endaru.

”Gue ada urusan, nih buat bayar.” Caturangga meletakan selembar uang berwarna merah di atas meja.

”Habis makan, kalian langsung pulang. Jangan nongkrong kemana-mana lagi,” intruksi Caturangga dan kedua adiknya mengangkat tangannya bersikap hormat.



 Jangan nongkrong kemana-mana lagi,” intruksi Caturangga dan kedua adiknya mengangkat tangannya bersikap hormat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Caturangga berhasil memenangkan negoisasi dengan Tyo perihal rekaman yang di kirim Daniswara. Akhirnya, pria itu mendapatkan keuntungan dari Tyo si anak pengusaha. Well, meskipun terdengar mencari kesempatan dalam kesempitan, tapi Caturangga tak peduli. Selama hal itu menghasilkan uang, maka akan ia lakukan meski nyawa jadi taruhannya.

Kita lihat besok, apakah Bu Gina masih berani menginjakkan kakinya di sekolah usai Tyo mengetahui kebusukannya? Rasanya Caturangga sudah tak sabar menunggu hari esok.

Usai mendapatkan apa yang ia inginkan, Caturangga memutuskan untuk pergi ke tempat latihan seperti biasa. Dia harus berlatih lebih keras agar bisa di ikut sertakan dalam turnamen oleh pelatihnya.

Setibanya di tempat latihan, atensinya langsung teralihkan oleh motor matic  berwarna putih pengantar paket terparkir di depan tempat latihannya.

”Ini kan, motornya——” Caturangga langsung masuk ke dalam usai mendengar kehebohan di dalam.

Ia melihat ada kerumunan di dalam.

”Woi, Sal. Ada apa?” tanya Caturangga yang mencekal tangan temannya yang menawa minyak kayu putih.

”Kurir paket yang kirim barang Kak Arya, pingsan. Hidungnya mimisan banyak banget, sampe sekarang belum sadar,” katanya dan Caturangga langsung menerobos kerumunan tersebut.

Matanya membelalak hebat tatkala dugaannya benar.

Bang Abi?!

”Tur? Gimana nih? Enaknya di tunggu sampe sadar atau bawa ke rumah sakit ya? Kayaknya parah banget, soalnya mimisan mulu.”

Caturangga diam membeku, seketika ia teringat oleh obrolan Daniswara dan Endaru siang tadi. Mereka bilang, kalau akhir-akhir ini abangnya tampak tidak sehat.

”Kak Arya, kira-kira boleh pinjem kamarnya coach Heru gak ya? Cuma sampe dia sadar doang habis itu dia suruh pergi,” pinta Caturangga.

”Lo kenal sama dia?” Caturangga mengatupkan mulutnya saat mendengar pertanyaan tersebut. Pria itu menatap abangnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

”I-iya Kak, dia tetangga gue,” jawabnya terbata. Ia pun berusaha untuk memapah abangnya di bantu beberapa orang di sana untuk di bawa ke kamar coach Heru.

”Gue bikinin teh anget dulu deh.” Arya kemudian pergi keluar begitupun yang lain, membiarkan Abimanyu berbaring di sana sampai sadar.

Melihat abangnya yang tak sadarkan diri dengan wajah pucat pasi, membuat Caturangga seketika uring-uringan. Ia kembali teringat oleh ucapan Endaru siang itu di ruang kelas.

Apa iya abangnya sakit parah? Abangnya sengaja gak bilang apapun sama adik-adiknya supaya mereka gak khawatir. Bisa jadi kan?

Kalau memang abangnya sakit keras, pasti di dalam tasnya ada beberapa obat yang harus rutin di konsumsi dan kemungkinan abangnya memang menyembunyikan surat hasil tesnya di dalam tas kerja agar adik-adiknya tidak dapat melihat.

Akhirnya Caturangga pergi keluar menghampiri motor abangnya. Dia mengambil tas gendong berwarna hitam lalu menggeledah isinya.

Saat tangannya menggeledah, ia menemukan beberapa botol obat di dalam. Dia juga menemukan sebuah amplop dengan stempel rumah sakit.

Dengan cepat Caturangga membaca surat tersebut.

”Pada hari Selasa, 8 Januari 2022 telah menjalani pemeriksaan kanker otak dengan metode menyeluruh dan CT scan, hasilnya adalah positif terkena glioblastoma stadium 4. Dengan memperkirakan hidup pasien tersisa 3 bulan kedepan.” Seketika seluruh tubuh Caturangga melemas, dadanya mendadak sakit dan matanya memanas seolah ingin menitihkan air mata.

Brengsek lo bang, ternyata diem-diem lo mau nyusul papa sama mama

Sibuk sama story satunya, sampe lupa mau update ini belom kesampean

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sibuk sama story satunya, sampe lupa mau update ini belom kesampean. Akhirnya bisa up lagi

Sebenarnya catur tuh dalemnya soft cuma  luarnya aja kayak uler kobra haha

No Time To DieWhere stories live. Discover now