11 || Nafkah Batin

Start from the beginning
                                    

"S-sekarang?" tanya Ishara memastikan.

"He'em." angguk Abyan.

"Di mobil?"

"Iya, Isha-kuuu."

"T-tapi, Gus, s-saya belum siap jadi ibu." sarkas Ishara cepat dan mendorong sedikit tubuh Abyan hingga menjauh darinya. Abyan mengernyit bingung, sepertinya ada yang tidak beres.

"Gus mau minta hak Gus 'kan? Maaf, Gus, s-saya belum siap."

Abyan menghela napas panjang lalu menangkup kedua pipi ranum milik istrinya, "Ishaaa, Yaa Habibatii ! Boleh saya kasih paham, hm?"

"Saya salah lagi ya, Gus?" Ishara membuang napas kesal, lagi-lagi dia salah persepsi, kenapa pikirannya malah oleng terus ya? "I'm a stupid girl."  keluhnya.

"No, you are not a stupid woman! Kamu pintar, Ishara. Mungkin kamu cuma salah paham dengan maksud saya,"

"Emangnya salah? Nafkah batin itu 'kan--"

"Bukan itu saja, Nafkah batin bukan sekedar hubungan intim antara suami-istri, dan asal kamu tahu yang dinamakan dengan nafkah batin adalah pemberian suami yang tidak dapat terlihat oleh mata, namun dapat dirasakan, seperti perasaan bahagia, perasaan aman, merasa dicintai, dan lainnya. Yang saya tahu ada 5 perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pemberian nafkah batin,"

Ishara masih terdiam menyimak penjelasan suaminya. "Pertama; Suami menghormati dan memperlakukan istrinya dengan baik. Kedua; Seorang suami memberikan perhatian kepada istrinya. Ketiga; Seorang suami menjaga kesucian pernikahan. Keempat; Seorang suami membimbing istri dan anak-anaknya pada kebenaran. Dan Kelima; Seorang suami menggauli istrinya dengan cara baik. Ada juga perbuatan lain seperti...."

"Mencium kening istri, memeluk istri, menggandeng tangan istri ketika keluar, quality time dengan deep talk atau bisa disebut juga dengan banyakin ngobrol dan yang paling penting suami harus punya kepekaan terhadap istri." perjelas Abyan. Ishara jadi malu, tapi nggak apa-apa, malu-malu juga dapat ilmu. Dulunya ia pikir nafkah batin cuma gitu-gituan aja, ternyata masih banyak nafkah batin yang walaupun sederhana tapi itu sangatlah penting dalam sebuah hubungan suami-istri.

"Isha!"

"Hm?"

"Kamu tahu? Nafkah lahir dan batin memang penting, tapi setiap kadar nafkah itu ada ukurannya masing-masing, dan setiap ukuran itu dilihat melalui kemampuan suami. Ada pendapat dari para ulama kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan Syafi'iyah, mereka memiliki pendapat bahwa ukuran yang menjadi acuan untuk menentukan kadar nafkah yang harus diberikan suami kepada istri ialah keadaan suami itu sendiri. Hal ini didasarkan pada firman Allah Subhanahu Wata'ala dalam Al-Qur'an surat At-Thalaq ayat 7 yang berbunyi:

لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِۦ ۖ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُۥ فَلْيُنفِقْ مِمَّآ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَآ ءَاتَىٰهَا ۚ سَيَجْعَلُ ٱللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

Artinya: "Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."
(Q.S. At-Thalaq: 7).

"Selain itu, dalam surat Al-Baqarah ayat 286 Allah Subhanahu Wata'ala turut berfirman:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

HAZEL : Pemilik Mata Indah Where stories live. Discover now