Februari yang telah pergi

15 3 0
                                    

Aku juga pernah kok punya februari yang manis
Februari yang didambakan oleh semua orang
Februari termanis dengan dirinya yang telah pergi.
Aku pernah memiliki seseorang yang pandai membuatku terbang melayang tinggi
Mengajakku berimajinasi, berangan angan tentang mimpi yang menyentuh bulan dan hari suci sebuah ikatan.
Sampai akhirnya jatuh tersungkur , terkapar dan berdarah darah.
Entah berapa lama air mata yang mengalir waktu itu
Disetiap harinya yang kini hanya ada dia, dengan semua kesenangannya dan tidak disini lagi.
Yaa betul, ia sudah pergi.
Entah tergapai atau tidak denganku lagi.
Yang pasti mimpi mengingatkanku tentang ia yang memacuku untuk terus berlari, terbang dan melampaui kapasitas diri.
Lalu hari-hariku kini masih sibuk tentang semua kenangan dia.
Masih berbekas bahkan hingga aku sempat berpikir bahwa dari setiap titik air mata yang jatuh, disitukah titik kebodohanku berasal.
Bodoh, sangat bodoh bahkan.
Aku bodoh pernah menganggap dia adalah februari termanisku.
Yang seharusnya aku tidak perlu menjadi salah satu manusia yang menderita dibumi.
Yang seharusnya aku tidak perlu juga repot repot melupakan dia.
Toh dia sendiri sudah pergi
Dia tidak ingin kembali juga.
Meskipun dia memang pernah membuat februariku manis.
Sampai sekarangpun sebenarnya aku tidak pernah kok melupakan dia.
Dia sebenarnya abadi didalam ingatan, melekat dalam sebuah kisah, merekat dalam sebuah kenangan.
Karna dia, aku dewasa.
Menyikapi problematika hidup ,merakit sebuah perahuku untuk aku bisa berlayar sendiri.
Bahkan semuanya bisa aku lakukan sendiri, bahkan tanpa harus ada dia.
Karna dia, aku menjadi manusia lebih menghargai sebuah hubungan. Meskipun diluar sana masih ada saja menganggap bahwa aku adalah seekor buaya. Ironis bukan?
Dan setelah itu, meski aku merasa sakit karenanya, jauh dari hati yang pernah ia singgahi. Tidak ada sedikitpun aku ingin memarahinya apa lagi jika harus mencaci makinya.
Setelah aku jatuh, terkapar lalu aku berdarah
Aku perlahan bangkit dan menata hidupku lagi.
Menyusun mimpi-mimpi yang sekarang aku bisa raih. Meski berawal dari mimpi paling sederhana sekalipun.
Lalu aku simpan mimpi-mimpi itu , aku bingkai dengan pita hitam yang aku simpan semuanya di ruangan favoritku.
Biar dia juga tahu, aku tidak butuh dia untuk berhasil. Aku hanya butuh ibu dan ayah!
Lagipula memangnya dia siapa ya?
Hanya kenangan indah dibulan februari yang berdarah, dia adalah februari yang telah pergi.
Aku sebut dia adalah februari terpahit dalam sejarah kehidupan.
Ternyata dunia berputar lebih cepat dari yang pernah aku kira.
Yang tadinya aku itu adalah malam yang gelap, malam yang suram , malam tanpa bintang tanpa bulan.
Hey hey hey, lihat sini.
Sekarang aku adalah pagi yang cerah meskipun dengan jiwa sepi. Tapi aku bahagia karena itu.
Dengan pagi yang bisa bercengkrama dengan matahari terbit, yang siap menusuk dan menelisik tiap tiap isi rumah.
Rumahku tidak seberantakan saat kau pergi.
Sekarang sudah rapih, meskipun penghuninya hanya aku.
Didepan teras rumah, langitku pun indah.
Bahkan sering terlihat pelangi.
Walaupun aku buta warna, tapi aku tau itu indah.
Seberapa banyak aku mengatakan tentang keindahan, aku sudah tidak butuh dia lagi.
Aku sudah sembuh.
Maaf, memang benar pilihanmu pergi.
Meski pergimu membuat langitku mendung dan datangnya badai dikehidupanku.
Namun akhirnya, aku mengerti bahwa jawaban tuhan tentang inginku.
Ya inginku memang ingin menjalani hari dan mendapatkan kehidupan yang lebih cerah. Dan bayarannya adalah sengan kepergianmu.
Aku tidak menyesali kamu pergi.
Bahkan, jika boleh meminta. Jangan kembali ya!
Apa kamu mau bertanya tentang kabarku?
Seperti yang kamu lihat kan, aku lebih baik dibanding saat denganmu.

#februari yang telah pergi
#mochammad rizki nugraha
#hai ini aku
#kamis-29februari2024.

Hai ini akuWhere stories live. Discover now