Surat anak tunggal

8 1 0
                                    

Hai, anak tunggal.
Bagaimana dengan bahumu yang memar dan lebam-lebam?
Sekarang kamu sadar kan, bahwa waktu itu terus melaju tanpa terhenti.
Kamu bisa kalah jika kamu tidak segera bangkit dan meraihnya.
Meskipun hanya satu persatu.
Si tunggal yang tetap berjalan sendirian, dengan pundak yang kian berat.
Ada do'a ibu dan ayah yang menguatkan dan ia pikul sendiri.
Terlebih, menjadi luka hebatnya adalah menjadi anak tunggal yang broken home.
Kamu memang benar-benar sendiri, merajut asa dan mimpi seorang diri.
Kamu kehilangan rumah.
Tempat yang menurut banyak orang itu indah.
Rumah yang seharusnya kamu bisa pulang kesana, bercerita dengan "aku gini loh tadi tuh, gila ternyata ngomong didepan banyak orang itu seru juga ya". Sesederhana itu.
Rumah yang seharusnya tempat dimana kamu bisa merebahkan resah dan gelisah tentang hari yang cukup memilukan.
Rumah yang seharusnya bisa membantu menyeka air matamu.
Aku tahu, kamu tidak lemah.
Dipundakmu ada banyak tumpangan ya...
Dipunggungmu banyak sekali caci maki yang menusuk.
Semuanya masih bisa terlihat dengan baik.
Ternyata yang kamu sebut saudara adalah orang yang membuatmu terluka cukup parah kedua.
Lucunya, justru teman dan sahabatmu yang mengajakmu tetap bangkit dan bergerak.
Nahas, kisah kasihnya selalu berakhir karna ketidak sempurnaan dari raga pemilik diri.
Dan juga raganya yang selalu dihantam dinginnya angin malam.
Nampaknya malam dan sepi adalah sahabatmu sejah 14 tahun terakhir.
Berada di fase dewasa adalah masa senja dan kelamnya sebuah cerita.
Dari jatuh dan tersungkurnya oleh kenyataan. Lalu tangis pilu dengan gumam "bagaimana ini? Mengapa seperti ini? Lalu aku harus bagaimana?"
Persetan dengan kata-kata mutiara dari pujangga yang tidak mengalaminya.
Menguatkan tanpa melibatkan adalah kemunafikan.
Cerita si tunggal dan kisah perjalanannya yang tidak seindah cerita orang lain.
Namun orang lain sering menganggap kita adalah manusia yang tidak pernah bertemu dengan masalah yang rumit.
Bahkan kata mereka, si tunggal itu baik-baik saja dengan dalih badannya tetap gendut katanya.

Hhhuuufffftt....
Dunia ini memang aneh, namun benar juga ya ternyata kehidupan itu berputar seperti roda.
Terkadang semesta bisa menerbangkan kita setinggi langit. Tanpa terasa semesta dengan tiba-tiba menjatuhkan kita dengan luka yang seperih ini.
Dan juga kita ga tau harus gimana dan tidak tau tujuannyanharus kemana senjutnya kita melaju.
Dulu situnggal adalah pangeran kecil dari kedua malaikatnya, Juga menjadi malaikat kecilnya orang tua.
Tapi sekarang situnggal sendirian, ia berjalan menyusuri keyakinan yang ia simpan tanpa ragu sedikitpun.
Ia selalu ingat, bahwa waktu kecil ia selalu berharap untuk segera menjadi dewasa.
Namun ketika sudah menjalani fase dewasa ternyata masa kecil lebih bahagia kan ya?
Kita berbicara tentang doa dan terkabulnya do'a kepada Tuhan.
Ketika kamu meminta kekuatan, tuhan memberimu banyak ujian sulit untuk menjadikanmu lebih kuat.
Ketika kamu berdoa meminta disabarkan, tuhan menghadirkan banyak ujian yang mengujimu begitu hebat agar rasa sabarmu tumbuh tangguh.
Ketika kamu berdoa meminta keberanian, tuhan mengabulkan doa mu, dengan memberikan bahaya untuk kamu atasi keadaannya.
Ketika kamu meminta kebijaksaan, tuhan mengabulkan doa mu dengan menghadirkan banyak masalah untuk kamu selesaikan.
Dan terakhir, ketika kamu berdoa meminta cinta.
Tuhan mengabulkan doa mu, dengan menghadirkan orang-orang bermasalah untuk dibantu olehmu.
Dan doamu, terjawab.
Wahai anak tunggal yang malang.
Doamu malang melintang ditengah gelap gulita langit dunia.
Tetap tangguh, tetap kuat, tetap bijaksana.
Laksanakan, tuntaskan, jangan mundur!
Mimpimu adalah mimpiku
Kau adalah aku.
Aku adalah kamu.
Kepalkan tanganmu anak tunggal.
Layaknya seorang pria, bertempurlah sehancur-hancurnya. Ingat!
"Sehancur-Hancurnya"
Kelak hancurmu menjadi arti bahwa dirimu berarti dan telah berjuang dengan hati dan keyakinanmu.
Jangan gadaikan keyakinan demi kefanaan.
Cintai dirimu selebih lebihnya, bahwa yang mencintaimu adalah kamu.
Kelak ayahmu, ibumu, istrimu, dan anakmu...
Mengagumimu layaknya hormat prajurit kepada sang raja.
Tumbuhlah, fokus.
Kau adalah aku.

-surat anak tunggal.
Mochammad Rizki Nugraha
Sumedang 24-02-2024.

Hai ini akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang