Tuhan, aku milik-Mu seutuhnya.

11 2 0
                                    

Jadi sekarang kau sedang berada di jam dua belas malam.
Yang sedang duduk dipelataran rumah.
Kopi yang dihidangkan kini pekat tanpa kepastian kebahagiaan.
Kopi yang disampingmu memang masih hangat, namun perasaanmu mengigil.
Siulan jangkrik dan gemericik kolam ikan yang bersahutan, dan menusuk kepala tentang ingatan akan kehilangan.
Kau mulai mengecek ponsel, banyak poto masalalu tepat hari ini.

Huft...

Hai, kau inget dia kan?
Orang lama yang dulu membuatmu merasa
"Sial dulu kita sedekat itu, kita yang tak terpisahkan, kita selaras dalam keserasian. Mengapa hari ini rumit sekali?"

Lalu rindu mulai meremas kepalamu.
Menusuk dan menghancurkan ikhlasmu.
Wajahnya mulai terbayang diingatanmu.
Air matanya menggumpal.
Belum sempat terjatuh, kau sudah lebih dulu menyekanya.

"Yaaa.. kau tak pantas kembali kepadanya"
Kau terlalu berengsek untuk mendapatkan kesempatan kedua.

Hhuuffttt...
Lalu kau ingat dengan kehadiran orang-orang baru, mereka yang tak tahu tentang luka yang belum kunjung pulih.
Mereka terekam sebagai nama-nama yang membuatmu bingung, mengapa ketika kau serius mereka menganggap kau tidak serius.
"Kamu gak serius sama aku ki, kamu itu belum siap. kamu cuman mau aku nemenin kamu yang gak tau ujungnya kaya gimana. Beri aku wujud serius yang sesungguhnya."
Setelah berkata, kau pergi riang tanpa dosa.

Sementara itu, suara jangkrik dan gemericik air semakin kencang.
Hujan pun bergemuruh turun keroyokan.
Kabar tunangannya pun terdengar semakin menyesak.
Rindu makin meriang.
Kopi kini bukan lagi sebagai penenang.
Kau pun diam, dan menyudahi hari ini dengan...

"Tuhan... Aku milikmu seutuhnya kan? Bisa kau tolong aku?"

Hai ini akuWhere stories live. Discover now