Tidak Diinginkan

4 2 0
                                    

Kalian selalu memikirkan dunia hingga lupa bagaimana ke depannya.

_Erick Autervan_

_Oktober_

Happi Reading
.
.

Tidak terasa sebentar lagi Oktober akan berakhir. Meninggalkan kenangan setelah bulan selanjutnya datang, kenangan yang banyak diciptakan umat manusia. Ada yang bahagia, senang, terluka, bahkan berduka. Sedangkan diriku? Entahlah, masih tersisa beberapa hari lagi dan aku tidak tahu hal seperti apa yang akan menghampiriku nanti. Entah itu kebahagiaan, atau kesengsaraan. Tapi jika boleh meminta, aku ingin adanya kebahagian. Sudah banyak luka dan duka yang aku rasakan hingga aku lupa bagaimana caranya tersenyum dengan tulus.

Benar apa yang orang banyak katakan, saat kita dewasa kita bukannya pandai mengurus diri sendiri, tapi kita malah sangat membutuhkan orang tua. Sebagai anak yatim piatu, aku begitu sulit untuk mendapatkannya. Dari kecil, bahkan di umurku yang belum mengerti sakitnya kehilangan, aku telah di tinggalkan.

Kembali aku menemukan fakta baru keluargaku. Fakta yang membuat aku benci dengan kenyataan. Kepergian kedua orang tuaku memang kuketahui, mereka meninggal dunia setelah insiden kecelakan di jalan raya.

Nenek membuka cerita pilu masa lalunya mama, sebuah kenyataan yang juga menyeret nenek pada keterpurukan.

Mama dan papa meninggal setelah nenek memarahi mereka dan menyatakan kekecewaannya karen telah pergi di acara pernikahannya. Entah karena apa, belum sampai rumah, mama dan papa mengalami kecelakan pukul sebelas malam. Meninggalkan aku yang berusia empat tahun yang untungnya tidak ikut pergi saat itu.

Karena insiden itulah nenek merasa bersalah dan merawatku sampai sekarang. Menganggapku cucu kesayangannya. Tidak pernah marah seperti nenek-nenek di sinetron yang pernah kulihat.

Semenjak nenek melarangku untuk pergi malam minggu kurang dari sebulan yang lalu, aku dan Erick benar-benar tidak lagi melakukannya. Tapi entah kenapa, nenek memintaku untuk pergi hari ini. Bukan malam minggu, melainkan hari jum'at. Sepulang sekolah tadi nenek mengatakan boleh untuk pergi berjalan-jalan dengan Erick. Aku tidak tahu kenapa nenek sampai mengatakan itu.

Di sinilah kami, di sebuah mall besar ibu kota. Sedari tadi kami menghabiskan waktu dengan mengelilingi mall, mencoba banyak permainan bahkan berfoto di salah satu jasa fotografer.

Lelah, sudah tiga jam waktu kami habiskan hanya di satu tempat. Jadilah kami istirahat di sebuah kafe yang masih berada di dalam mall.

"Kamu mau apa, Re?"

"Cappuccino dingin aja, deh," jawabku setelah mendudukan salah satu kursi.

Kafe ini tidaklah terlalu mewah dan juga tidak terlalu sederhana. Menurutku kafe ini cukup bagus dan nyaman. Terdapat banyak meja yang disediakan, begitu juga dengan kursinya serta kariawan yang lumayan banyak. Tidak lupa hiasan yang sangat bagus menjadi pelengkap kenyamanannya.

Setelah memanggil seorang pelayan kafe, Erick mulai memesan. Aku hanya menatap sekeliling mall. Ini pertama kalinya aku ke sini, sebelumnya aku tidak pernah di karenakan tidak ada biaya. Bersama Erick, aku merasa semua yang tidak pernah kudatangi sekarang telah bisa kulihat secara dekat.

Sebelumnya tente Vira juga pernah mengajakku, tapi selalu kutolak karena sangat malas. Jadi, aku selalu melewatkan liburan keluaraga karena rasa malasku.

"Kita pulang nanti jam berapa?" melipat tangan pada meja, aku menatap Erick yang memainkan ponselnya dengan kerutan di dahi. Kenapa dia?

"kayaknya kita nggak bisa lama, aku ada urusan sama tim futsal."

OktoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang