TST 20| After Satu Minggu

29 4 0
                                    

Haiii

Happy Reading!


"Satu minggu adalah waktu yang singkat untuk memutar balikkan keadaan,"

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Hari-hari berikutnya hingga genap satu minggu Laut lakoni dengan berat, lelaki itu dipaksa kuat oleh keadaan dan ditendang habis-habisan oleh kenyataan.

Selama terkurung dalam  ruangan sempit tersebut, Laut hanya mendapat jatah makan satu kali dalam sehari dan itupun hanya makanan sisa. Terkadang, makanan yang diberikan oleh Mamanya sudah tidak layak disebut makanan, entah itu karena baunya atau wujudnya. Namun, tidak ada pilihan lain selain Laut melahapnya secara paksa lalu menahan agar makanan yang telah masuk ke dalam lambung tak lagi dikeluarkan semua.

Karena Laut tahu, jika ia tidak memaksakan diri untuk makan dia bisa mati kelaparan di dalam kamarnya sendiri. Laut tidak mau itu! Meskipun sebenarnya, ia tidak ingin melanjutkan hidup.

Tepat di hari ini, hukuman yang diberikan oleh Darmono sudah tak berlaku lagi. Pagi hari, tepat setelah adzan subuh, kunci pintu kamar Laut dibuka. Pintu terbuka setengah, memasukkan cahaya lampu dari ruang tamu, tak hanya itu, Laut juga menangkap sesosok Aldan dengan senyum kemenangannya.

"Yah masih hidup, pada gue berharap kalo lo udah mati kelaparan," ujar Aldan dengan nada dibuat sesedih mungkin.

Laut membuang mukanya, kemana saja asal bukan pada Aldan, dirinya kemudian berdecih pelan. Hanya berdecih, tak ada kata lain ataupun emosi lainnya.

Masa hukuman satu minggu cukup untuk menguras seluruh air mata Laut. Hati nuraninya pun terasa mati sejak kejadian tujuh hari lalu.

"Oh, jadi bisu, ya? Kasiann," ujar Aldan, lagi-lagi dengan nada mengejek.

Hening.

Laut masih bungkam enggan menjawab. Jari tangannya mengepal secara diam-diam untuk menyalurkan kemarahan yang tertahan. Kemudian, Laut menghela napas panjang sebelum akhirnya bangkit berdiri menuju kamar mandi.

Sedangkan Aldan hanya tertawa remeh sembari melihat tingkah adiknya, ah lebih tepatnya babu-nya.

ʕ≧ᴥ≦ʔ

"Gue nggak nyangka lo se-bajingan ini Ta! Gue kira lo cowok tegas yang nggak pernah lari dari masalah, tapi nyatanya? Lo pengecut, brengsek!" sarkas Rajaegan. Ini adalah kali pertama Jae menunjukkan sisi sangarnya. Ini juga kali pertama Jae semarah itu pada Semesta. Jelas, kesalahan yang Semesta lakukan sangat fatal.

Sedangkan Semesta diam, mengunci rapat rapat bibirnya. Pandangan maniknya pun ia buang kesembarang arah. Untuk kali ini, dia mengaku jika dia takut, takut akan tatapan benci orang-orang disekitarnya. Takut akan mengayuh kehidupan selanjutnya di dalam sel.

"Nunduk lo? Mana Semesta yang sangar? Mana Semesta yang bertanggungjawab? Dan mana Semesta yang selalu jujur?! MANA! BRENGSEK!" Pekik Jaegan di akhir katanya.

Sedangkan Udin, lelaki itu mencoba menengahi keduanya. Dia tau Semesta salah, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan tindakan Jaegan yang kesal pada Semesta.

"Udah, Jae, gue tau dia salah tapi nggak ada salahnya kasih kesempatan kedua buat Asta," ujar Udin memberi usul. Udin tidak mau kemarahan Jaegan membuat persahabatan mereka hancur, apalagi jika Jaegan mengajak Semesta untuk adu jotos. Udin tidak mau itu!

Thallasophile|Senja TerakhirOn viuen les histories. Descobreix ara