THP-03

19 6 0
                                    

Tuan Surya yang tak segan-segan menyebarkan sinarnya pada dunia kembali terbit. Semua orang memulai rutinitas paginya, tak terkecuali dua anak kembar ini yang sedang bersiap-siap untuk menuju bangunan tempat para anak remaja menuntut ilmu.

Setelah semalam melalui keributan yang berakhir dengan membuat Fawwaz begadang, dan Ilzam yang merasa tubuhnya sudah fit memutuskan untuk masuk sekolah hari ini. Fawwaz sebenarnya ingin melarang Ilzam masuk karena ia baru saja keluar rumah sakit, tapi karena ia merasa lelah, Fawwaz memutuskan untuk tidak berbicara apapun karena akan menimbulkan perdebatan lagi.

Hari itu hari Selasa, dan karena ketentuan sekolah mereka, Fawwaz dan Ilzam memakai baju batik dibalut almamater abu basah. Serta pin bertuliskan nama "Fawwaz Ilzam" dan "Fawwaz Alzam" dengan gambar lambang sekolah menancap sempurna di sisi kiri seragam mereka sebagai identitas.

Dua anak kembar ini berangkat sekitar pukul 07.10 dan hanya tinggal 40 menit lagi sebelum gerbang sekolah akan ditutup. Tidak ada orang di rumah setelah mereka berangkat. Ilham sudah pergi lebih dulu tanpa menyapa anak-anaknya, dan hal itu ia lakukan bahkan sebelum Ilzam tahu apa-apa.

"Fa, semalam lo begadang? Mata lo item soalnya," kata Ilzam yang sejak tadi memperhatikan adiknya yang melamun, bahkan sesekali menguap. Mereka tidak naik motor, apalagi naik mobil. Mereka berjalan berdampingan karena jarak rumah mereka dari sekolah hanya berjarak 245 meter jauhnya

"Gak usah nanya kalau udah tahu," timpal Fawwaz, kemudian kembali menguap. Pandangannya kabur karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Ilzam terdiam, memilih untuk memperhatikan sekitarnya. Banyak anak sekolah SD hingga anak seusianya sedang berlalu-lalang, menenteng tas berbagai ukuran dan warna. Tak jarang ada juga orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah menggunakan kendaraan roda dua hingga roda empat.

Mereka berhenti di depan jalan raya yang membatasi posisi mereka dengan bangunan mewah bernuansa abu, dipadukan dengan warna putih. Banyak pepohonan di halaman sekolah itu, tapi tak sebanyak siswa yang ditampung oleh sekolah tersebut.

Setelah dirasa aman, Fawwaz dan Ilzam berjalan menyeberangi jalanan besar itu, lalu langsung melewati gerbang sekolah yang dijaga oleh dua orang satpam yang berada di kanan dan kiri. Ada juga anak PKS dengan pakaian serba putihnya serta anak OSIS yang bertugas memeriksa kelengkapan masyarakat Scintilla Wings School atau SWS sebelum mereka melangkah lebih jauh ke dalam pekarangan sekolah.

Saat mereka melangkah masuk, Ilzam sama sekali tidak merasa asing dengan pemandangan yang baru saja ia lihat. Hanya saja, ia tercengang melihat betapa rapinya setiap barisan yang dibuat oleh 1450 siswa dari 3 angkatan yang dibagi dua yakni siswa laki-laki di kanan dan siswi perempuan di kiri. Mereka tengah duduk memegang masing-masing Al-Qur'an di tangan mereka.

Setelah kedua anak kembar ini diperiksa, Ilzam diseret oleh Fawwaz menuju barisan kelas 12 IPS 2, setelah memastikan papan nama kelas yang diletakkan tepat di depan barisan masing-masing kelas sebagai pertanda bahwa kelas tersebut mengikuti rehat pagi.

Rehat pagi sendiri merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan 2 kali seminggu di SWS, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit di lapangan sekolah, dipandu oleh 2 orang laki-laki yang duduk di depan menggunakan mikrofon agar semua peserta didik dapat mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an dari suara merdu mereka. Kegiatan ini ditutup dengan ceramah singkat yang dibawakan oleh salah satu guru di sana.

Tiba saatnya bel berbunyi sebagai pertanda dimulainya pelajaran jam pertama. Semua orang yang semula duduk rapi kini berhamburan seperti semut yang diganggu saat berkerumun, menuju kelas masing-masing.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE HIDDEN PUZZLEWhere stories live. Discover now