THP-01

30 6 0
                                    

"Toilet mana, toilet?" tanya Fawwaz sambil berjalan menjauhi kamar Ilzam setelah menitipkan Ilzam pada Savian. Langkahnya tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit menuju lift yang tidak jauh dari kamar Ilzam, dengan langkah yang sedikit cepat.

Sepanjang perjalanan, matanya selalu menangkap sosok bayangan hitam dari berbagai bentuk dan ukuran, bahkan ada yang hitam pekat atau sedikit transparan. Ia menarik sesuatu dari dalam sakunya, ternyata itu adalah sebuah benda pipih canggih yang membuatnya terfokus padanya agar ia bisa mengabaikan bayangan-bayangan itu. Meski begitu, sesekali Fawwaz juga memperhatikan langkahnya agar tidak menabrak orang yang lewat.

Tak terasa beberapa menit berlalu yang Fawwaz gunakan untuk berjalan menuju lift, hingga akhirnya ia tiba di depan pintu yang ia tuju.

Saat ini, Fawwaz berdiri sejenak menunggu sebelum akhirnya pintu lift terbuka. Fawwaz masih menatap benda pipihnya itu, namun sedetik kemudian bunyi dentingan mengalihkan perhatiannya.

Pintu lift terbuka lebar, hendak melangkah masuk, namun seseorang menyerobot duluan dan menyenggolnya sedikit keras, hampir membuatnya kehilangan keseimbangan. Untungnya, kakinya dengan segera bergerak menyesuaikan agar dapat menopang tubuhnya yang terhuyung.

"Eh, maaf mas," ucap seorang gadis yang menyerobot tadi. Dia terlihat lebih muda dari Fawwaz dengan rambut panjang yang dikuncir kuda serta pakaian casual atasan cream dan celana sport sepanjang mata kaki berwarna hitam. Terukir jelas di wajahnya bahwa ia sedang buru-buru dan tak ingin berdebat. Fawwaz hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak apa-apa."

Lantas, Fawwaz melanjutkan niatnya. Ia melangkah masuk ke lift dan menekan tombol lantai 1. Sebenarnya, ia bisa saja turun lewat tangga, hanya saja ia terlalu malas untuk melakukannya karena bayangan-bayangan seperti yang ia lihat saat di kamar Ilzam dan di sekitar koridor tadi juga terdapat di sana, layaknya mereka penghuni asli. Saking banyaknya, mereka tersebar di area rumah sakit.

Hanya butuh beberapa menit, dentingan yang berasal dari lift kembali berbunyi, dan pintu perlahan terbuka. Fawwaz segera keluar lebih dahulu, meninggalkan gadis itu sendirian.

Bahkan di lantai dasar pun, bayangan hitam itu juga banyak berkeliaran. Fawwaz berjalan menuju lobi, mengabaikan penglihatannya yang memiliki kelebihan dari mata normal orang lain. Ia bisa melihat dan merasakan makhluk yang berbeda dengannya, meski hanya sebatas bayangan hitam yang samar, tidak bisa ia lihat wujud aslinya. Walau bentuk, ukuran, serta kepekatan warnanya berbeda, tapi mereka tetap sama di mata Fawwaz.

Kini, Fawwaz berada di toilet umum setelah dirinya bertanya pada petugas rumah sakit. Terlihat toiletnya biasa-biasa saja, hanya sedikit noda pada lantai yang nampak seperti jejak orang-orang yang habis melakukan hajatnya.

Fawwaz masuk ke dalam toilet, harum semerbak menyeruak di hidungnya.

"Buset, bau amat. Gak mati kan gue kalau masuk." monolog Fawwaz. Pada akhirnya, ia juga masuk dengan tangan menutup hidungnya agar bisa menahan bau khas toilet. Meski sesekali, ia juga mengambil nafas lantaran tak bisa menahan sesak.

Tak sampai beberapa menit, ia langsung keluar dari dalam, menghirup nafas dengan rakus. "Ya Allah-" Fawwaz tak menyelesaikan perkataannya dan langsung membekap mulutnya. "Eh, gue di toilet." ucapnya dalam hati.

Ia langsung berjalan menuju tempat wastafel untuk mencuci tangannya. Bayangan dirinya terpantul dari cermin, memperlihatkan pahatan wajahnya yang terlihat tirus memakai kacamata untuk membantu penglihatannya agar lebih baik.

Tak lupa pula bayangan-bayangan yang selalu mewarnai pandangan Fawwaz, berada di setiap sudut toilet.

———***———

THE HIDDEN PUZZLEWhere stories live. Discover now