XII. Arsen

196 78 296
                                    

"ALLAHU AKBAR!!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"ALLAHU AKBAR!!"

Itu adalah kata pertama yang diucapkan Arsen ketika matanya melirik jam di atas nakas. Sudah jam setengah delapan dan dia baru bangun. Padahal hari ini kelasnya ada kuis sebagai tambahan nilai. Buru-buru bangkit, menggigil karena pakaiannya yang basah. Tapi bocah itu belum sadar, karena sepertinya dia masih sangat mengantuk.

Langkahnya terhenti ketika menyadari satu hal yang sedikit janggal? Berbalik, hampir menangis ketika melihat ranjangnya yang basah.

"Astagfirullahal adzim... Ini apalagi Tuhan? Jangan bilang gue ngompol? Atau gue... Seingat gue, gue nggak ada mimpi aneh-aneh deh barusan. Kenapa bisa basah coba."

Sepertinya bocah itu belum menyadari kalau kasurnya yang basah itu karena tadi pagi mamanya datang dengan seember air untuk diguyurkan ke tubuhnya. Malah berpikir kalau dia mengompol. Dasar bocah gendeng!

Ujung sepreinya ditarik. Hendak diganti dengan yang baru, tapi urung karena suara mamanya yang menginterupsi.

"Tinggalin aja. Biar Mama yang gantiin!"

Arsen buru-buru menggeleng. Yang benar saja? Masa mamanya yang akan menggantikan seprei basahnya?

Mama tergelak. Gemas melihat wajah nelangsa anaknya. Berjalan mendekat, ujung seprei itu diambil alih. "Ini cuma air biasa. Mama yang nyiram kamu. Lagian dibangunin susah banget!"

Kali ini dia benar-benar menangis. Anak itu memang cengeng, sebenarnya karena hatinya terlalu lembut. Dia juga baru menyadari pakaian basahnya. Pantas saja dia kedinginan.

"Mama kenapa nggak ngasih tau Ar dari tadi sih?" Wajahnya yang merah ditutup. Buat Mama semakin gemas. Berakhir menarik anak bungsunya itu lalu dipeluk.

"Maaf ya... Anak Mama kenapa cengeng banget? Udah gede juga." Kekehan lembut Mama terdengar.

Bocah bongsor itu menggeleng. "Ar kaget.. udah bangunnya telat, kasur basah lagi.. makanya Ar nangis. Ar kalut, Ma.."

Polos sekali. Padahal anak ini sudah kepala dua, tapi tingkahnya masih sama seperti anak kecil. Masih suka menangis kalau terlalu bingung dengan perasaannya, masih minta disuapi, masih suka bermanja-manja kepada mamanya. Dan tentu saja hanya mamanya yang tahu sifat manja dan cengeng ini.

Arsen terlampau menutupi segala perasaannya. Ingin menjadi yang selalu dibutuhkan-In a good way, tentunya. Dia ingin menjadi rumah yang mampu memberikan kenyamanan. Ingin menjadi hutan yang bisa memberikan perlindungan. Ingin menjadi laut, yang meskipun berisik tapi mampu memberikan ketenangan.

Arsen ingin orang lain tetap berada di sisinya. Dia takut ditinggalkan, takut dibenci. Dia tidak seperti Ganendra yang terlalu tidak peduli dengan persepsi orang lain terhadap dirinya.

☘️☘️☘️

Sudah bersiap-siap, meskipun tidak mandi. Arsen kembali merengek. Sekarang mengenai kendaraan apa yang akan dia pakai untuk pergi kuliah. Mama memijat pelipisnya. Anaknya yang satu ini benar-benar menyusahkan.

GanendraWhere stories live. Discover now