XI. Ocean Cafe

190 70 350
                                    

Dari kecil, Ganendra memang terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Dari kecil, Ganendra memang terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan. Tapi itu tidak membuatnya menjadi anak yang apa-apa serba mengharapkan harta orang tua. Dia selalu diajarkan untuk mengelola uangnya dengan baik sejak dini. Diajarkan untuk tidak bergantung dengan harta yang orang tuanya miliki.

Dia biasa-biasa saja. Tidak pernah menyombongkan diri, karena pikirnya dia bukan apa-apa tanpa orang tuanya. Meskipun pada akhirnya semua harta yang dimiliki orang tuanya akan diwariskan kepadanya, mengingat dia anak tunggal.

Dia manja. Tapi dia tahu di mana dia bisa berlaku manja kepada orang tuanya. Apalagi sekarang dia sudah dewasa, sudah harus apa-apa sendiri. Tidak mungkin dia berlama-lama bergantung kepada orang tuanya.

Beberapa minggu yang lalu, dia memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan. Mengisi waktunya yang kosong selepas kuliah. Katanya supaya waktuya tidak terbuang percuma. Cari pengalaman juga supaya terbiasa.

Nasib orang tidak ada yang tahu. Sekarang memang semuanya serba ada, tapi bagaimana kalau Tuhan ingin mencabut itu semua dari Ganendra dan keluarganya? Maka dari itu, dia mulai mengumpulkan uang. Selain untuk biaya kebutuhan sendiri, katanya itu juga untuk bekal menikahi Clara-nya.

Haha... Maafkan Ganendra yang terlalu bucin, ya?

Dia diterima bekerja di sebuah kafe. Biasa, tempat kumpul-kumpul anak muda. Untuk mengerjakan tugas kuliahnya sambil menikmati secangkir kopi, atau untuk tempat kerja kelompok anak-anak SMA yang mungkin bosan setiap ada jadwal kerja kelompok selalu di rumah teman-temannya, bisa juga untuk sekedar brsantai dengan teman-teman se circle. Membahas apa saja yang penting tidak menyinggung lawan bicara. Bisa juga membahas tentang politik, karena sekarang sedang marak-maraknya.

Sebenarnya Ganendra hanya iseng-iseng saja. Kebetulan hari itu dia mampir ke kafe itu, yang memang jaraknya cukup dekat dengan kampus. Memesan segelas frappuccino. Sedikit berbincang dengan manager kafe yang terbilang cukup muda. Kisaran tiga puluh tahunan. Namanya Samudera, mungkin dari sana nama ocean cafe itu diambil. Ocean artinya samudera, kan?

Hari itu Ganendra mampir cukup larut. Sekitar jam setengah sebelas. Kafe sudah close order, Ganendra lah pelanggan terakhir. Makanya dia bertemu dengan Bang Samudera. Begitu Ganendra memanggilnya. Berbincang tentang banyak hal seperti teman lama yang baru bertemu setelah berpisah beberapa tahun.

Ocean Cafe ini baru dibuka tiga bulan yang lalu. Cukup ramai didatangi remaja-remaja berbagai usia, karena memang diperuntukkan bagi anak muda. Tempatnya juga terbilang strategis. Memberikan kesan nyaman untuk siapa saja yang berkunjung ke kafe cantik ini. Itu yang terpenting.

Berbekal tekad dan doa orang tua, kata Bang Samudera. Kafe ini jadi juga. Sesuai harapan, karena semua orang tertarik untuk berkunjung. Pelayanannya bagus. Siapa yang bisa menolak kalau seperti itu? Selain itu, Bang Samudera selaku managernya mempergunakan media sosial yang dia miliki dengan baik. Mempromosikan kafe yang baru dibukanya itu di setiap akun media sosial yang dia miliki. Bukan untuk menyebar ujaran kebencan maupun untuk memfitnah orang. Dan beginilah hasilnya. Hasil kerja keras dan doa ibu sebagai pelurus jalannya.

GanendraWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu