42 || Hukuman

144K 9.4K 8.5K
                                    

DUARR!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUARR!!!

"AHHHH!" Asya menutup kedua telinganya.

Gadis itu berteduh di bawah sebuah halte yang usang, atapnya bahkan bocor membuat pakainya terciprat dan setengah basah. Asya memeluk lengannya kedinginan. Hujan turun semakin deras. Petir juga terus bersahutan.

DUARR!!!

Asya menutup telinganya kembali, menggigil ketakutan saat melihat kilat mengerikan yang menyambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asya menutup telinganya kembali, menggigil ketakutan saat melihat kilat mengerikan yang menyambar.

Sekitarnya begitu sepi, tidak ada seorang pun. Asya juga tidak tau dia berada di mana sekarang, tempat ini sangat asing. Hujan dan petir turut membuat hawa dingin yang menakutkan.

Gadis itu kembali menjerit ketika listrik tiba-tiba padam bersamaan dengan terdengarnya guntur yang sangat besar.

Asya benar-benar ketakutan seluruh tubuhnya menggigil, dingin seakan menembus kulitnya. Gelap total yang menyapa membuat Asya hampir menangis. Gadis itu takut akan gelap.

Asya bisa menahan kedinginan, tapi ia tidak bisa menahan kegelapan. Rasanya tidak bisa bernafas, sesak, Asya tersiksa.

"Kak Alga," lirih gadis itu dengan bibir bergetar.

Ia mengambil ponselnya ingin menghubungi Alga. Tetapi tangannya meleset, membuat benda itu jatuh dengan keras ke bawah.

Layar ponselnya mati, benda itu retak dan tidak bisa digunakan.

Asya berusaha menghidupkannya berkali-kali namun tetap tidak berhasil. Gadis itu mulai menangis, air matanya tumpah karena putus asa. Ia menutup kedua telinganya saat mendengar suara petir yang semakin kencang.

Seluruh tubuhnya mulai gemetaran, Asya ketakutan saat menutup matanya. Saat membuka mata pun hanya ada gelap, ia tidak bisa melihat apapun selain kilat mengerikan di langit.

"Siapapun tolong aku," gumamnya gemetaran.

Asya berusaha menyeret kakinya untuk beranjak dan meninggalkan tempat itu. Ia menyusuri kegelapan dengan susah payah. Pipinya sudah basah karena air mata.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang