9 || Peluk

329K 18.5K 1.9K
                                    


Siapa yang nunggu?! Absen biar aku hafal!

Ini ngetik sambil garuk-garuk, ga tega ih ternyata udah tembus lama😭 Berasa ngutang kalau ga buru-buru update😭🙏

*****

"HUA!" Asya bangun dari tidurnya dengan wajah shock. Gadis itu melihat tubuhnya yang sudah berganti mengenakan piyama tidur merah muda. Siapa yang menggantikan? Padahal Asya yakin sekali tadinya dia masih mengenakan gaun pemberian Darren.

"Dasar otak pea!" Asya memukul keningnya dengan kepalan tangan. "Mimpi ciuman mulu! Mana di mobil!"

"Haus," gumam Asya.

Asya menurunkan kakinya dari ranjang kemudian memakai sendal bulu kesayangannya. Kepala Asya pusing, dia butuh minuman dingin di kulkas.

Sekarang pukul satu pagi, Asya harus kembali tidur segera jika tidak mau terlambat dan kembali di aniaya oleh Renata di sekolah. Ini adalah hari terakhir Masa Orientasi, sehari sebelum Asya menjadi murid resmi SMA Langit Abadi.

Asya menutup pintu kulkas dan menegak botol air dingin dengan rakus. Otaknya beku sesaat karena rasa dingin yang berlebihan, Asya memejamkan mata lalu menaruh kembali botol itu ke dalam. Asya sangat menyukai minuman dingin.

"Aw," Asya meringis pelan, memegang kepalanya. "Kok pusing?"

"Itu efek alkohol," suara berat terdengar di depannya, Asya meluruskan tatapan lalu melihat Alga yang berdiri di dekat pintu menuju kolam renang. Laki-laki itu menghembuskan asap dari mulutnya, di tangannya terselip sebatang rokok yang hampir habis dihisapnya.

Alga menatap Asya tajam sambil menurunkan rokok dari bibirnya. Ekspresinya keras, dia membuat Asya merinding meski hanya di tatap.

"Aku penasaran, jadi cobain. Ternyata enak, kayak di cekek gitu abis minumnya," ucap Asya sambil menyengir. "Kak Alga sering minum itu juga kan? Aku boleh juga, dong?"

Alga menghela nafas kecil. "Terus kalau gue sering makan racun tikus, lo boleh juga?" tanyanya tajam. "Kalau gue terjun dari atap, lo juga mau ikut? Gak semua yang gue lakuin boleh lo ikutin Asyakilla," tekan Alga.

Alga membuang asal puntung rokoknya lalu mendekati Asya dengan langkahnya yang panjang, suara langkah Alga bahkan terdengar karena hening dan sepinya rumah mereka. Alga berhenti, tepat selangkah di depan Asya, menatap gadis itu lekat-lekat.

"Jangan pernah coba lakuin hal-hal kayak gitu lagi, gue bebasin lo, tapi lo tetap punya batasan. Lo gak bodoh, lo cuma gak tau. Tanya gue dan izin sebelum lakuin apapun, paham?" tanya Alga dingin.

Asya pelan-pelan menundukkan kepalanya sambil memilin jari. Dia belum pernah menghadapi Alga yang marah dengan mengerikan seperti ini.

Selama mengenalnya, ini kali pertama Asya benar-benar merasa merinding dan ngeri berhadapan dengan raut seriusnya.

"Kalau di ajak ngomong itu liat orangnya, ngerti gak?" ucap Alga. "Gue mau liat penyesalan lo, bukan muka sedih lo!"

"Iya, janji," ucap Asya pelan.

"Janji apa?" balas Alga datar. "Gue tanya sekarang, lo paham gak kesalahan lo apa?"

"Aku minum hal yang gak boleh, aku juga keluar tanpa izin, terus aku ... " Asya mengangkat kepala. Menatap Alga tidak yakin. "Cium Kak Alga?"

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang