Chapter 6

9 6 3
                                    

Pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sedang duduk mengetik layar komputer mendapati laporan CIA. Ketika itu juga pintunya diketuk, dia berhenti mengerjakan, menyuruhnya masuk. Pemuda itu membawa berkas di tangan dan berkata, "Mengenai markas di Bogota, AP dan Reuters membahas jika itu markas mata-mata," lapornya. "Kedutaan di Kolumbia membantah," lanjutnya.

Pejabat itu berdiri, "Suruh Mendez datangi dan bungkam mereka untuk sementara!" perintahnya. "Juga, hubungi perwakilan CIA untuk pengarahan darurat!" pemuda itu pergi melaksanakan perintahnya. Si pejabat senior mematikan komputer.

Beberapa saat kemudian, pejabat itu melangkah masuk ke ruangan, "Baiklah mari kita mulai." Senior Deplu yang duduk menghadap pimpinan.

Dia memandang ke sekeliling ruang rapatnya. Yang hadir ketika itu ada tiga belas orang termasuk dirinya. Dihadapan pejabat senior Deplu itu adalah CIA.

Samping kanannya adalah rekannya yang lain pejabat senior Deplu. Di sampingnya adalah pejabat analis inteljen NSA, perwira militer JSOC, dan pegawai Keamanan Dalam Negeri AS.

Di kirinya terdapat para staf CIA sampai ujung. Setiap kedua empat kursi itu terdapat juga tempat duduk untuk empat kursi lagi di belakangnya setiap sisi khusus untuk konsultan dan perwakilan negara lain. Sayangnya tidak satupun hadir.

"72 jam yang lalu, T.R.P Industry atau seluruh di ruangan ini sudah tahu, markas operasi di Bogota diserang. Lima jaringan tidur, kontak lama kita dari lembaga inteljen di sana tewas diledakkan oleh bom surat. Sekarang jurnalis AP dan Reuters memberi narasi sebagai sarang CIA untuk pengawasan rezim Maduro. Saya sudah menyuruh Mendez untuk membungkam mereka untuk sementara, melakukan penyangkalan oleh duta besar di Kolombia. Itu-pun tidak berjalan baik sampai-sampai ia meluapkan emosi ke Deplu," jelas pejabat senior Deplu.

"Ronald lanjutkan apa yang berikutnya terjadi!" tunjuk pejabat Deplu kepada rekannya dari Deplu. Ronald berdiri dan memberi arahan melalui layar tancap.

"Seperti yang kita ketahui, tidak hanya Bogota. Berlin, salah satu agen Mossad ditembak dengan pistol dengan peredam. Setelah diteliti sembilan peluru bersarang di tubuhnya buatan Iran. Kemungkinan besar dari Kementerian Inteljen Iran atau Garda Revolusi," papar Ronald si pejabat Deplu.

"Tidak lupa pihak Jerman mencoba menangkapnya. Namun ia sudah berada di pesawat saat GSG 9 meringkus di kediamannya. Mereka mengeledah dan tidak menemukan apapun. Tempat tersebut bersih," sambung analis inteljen dari NSA menunjuk dengan lasernya ke arah wajah tersangka di foto paspor.

"Betul dan pihak Jerman hanya main aman saja semenjak kejadian dugaan penyadapan nomor–you know who it is." Ia berhenti melanjutkan ke halaman berikutnya.

"London." Dia mengeser halaman berikutnya ke sebuah asrama kampus dengan garis polisi. "Tiga mahasiswa asing dari Tiongkok melalukan bunuh diri massal."

"Apa hubungannya dengan kasus pengeboman di Kolombia?" potong si perwira JSOC yang hampir tidak terlihat oleh para hadirin di ruangan.

"Inilah yang menjadi intinya," ucapnya sambil melanjutkan ke halaman berikutnya. "Berkas dan laptop mereka hilang, pihak setempat mengatakan bahwa mereka melakukan ritual setan berdasarkan website yang mereka ikuti dan buat."

Perwira JSOC menggerakkan tangan membentuk tanda salib. "Anak-anak zaman sekarang," pikir ekspresi yang kosong. Dia masih menunggu intinya yang masih belum dimengerti.

"Biarkan seperti itu," katanya, "karena analis kami mendapatkan petunjuk lima warga negara asing Cina dugaan sebagai polisi rahasia. Saat itu pandemi kian parah. Anggap saja otoritas sudah menutup kasus itu dengan motif ritual dan depresi kurang dari 24 jam. Jadi jangan khawatirkan." Dia mengganti halaman berikutnya di latar belakang tempat restoran di Belgia.

"Brussels, bom mobil di terowongan. Baru saja mereka keluar dari restoran yang cukup terkenal di Belgia dengan keamanan begitu ketat. Tidak lupa penjaganya adalah mantan pasukan khusus SAS."

"Apa yang mereka lindungi?" tanya pejabat keamanan dalam negeri.

"Saksi," jawabnya. "Aset kami saat berada di Rusia, perihal informasi atas kerjasama perang sipil di Suriah, diikuti oleh Iran dan Rusia sebagai mediator di Belarusia. Rusia semakin beringas di Suriah, begitupun misil Iran banyak mengudara menargetkan warga sipil."

"Mereka punya penyusup di parkiran dan 100 kilogram peledak tinggi tertanam di dalam. DGSE dan otoritas Belgia membantah serangan, terima kasih pada mereka."

"Jadi intinya adalah aku ingin target dan bagaimana bisa terjadi. Gedung putih hanya main aman saja jika kita beri tahu semenjak pencabutan misil di Yordania." Arahan Deplu membuat seisi ruangan senyap beberapa detik.

"Silahkan Bob melanjutkan arahannya dari pandangan CIA!" pinta senior Deplu itu.

"Terima kasih. Sebelum Bogota, perusahaan asuransi kami di Paris untuk mengumpulkan informasi kerjasama dengan DGSE diserang, data dibobol dan berhasil dicuri. Virus komputer ditanam sampai beberapa jam kemudian Bogota sudah menjadi tanah. Kami berusaha menghubungi langsung ke Langley dan gagal secara menerus. Dua orang tewas dalam serangan.

"Kami juga mencoba melacak sinyal dan rekam digital tersebut. Kami tak pernah menduga akan sebesar ini," jelas pejabat senior inteljen operasi.

Ruangan kembali senyap dan hening tak dapat percaya apa yang telah tak terduga terjadi. "Sekarang telah 48 jam semenjak serangan, beri kami waktu menyelidiki lebih jauh," pinta salah satu staf CIA yang kemungkinan adalah penanggung jawab kasus.

Pejabat Deplu berpikir sejenak. Mereka semua bungkam akan peristiwa tersebut, "Baik kalau begitu. Gunakan seluruh sumber daya yang ada dari semua yang hadir. Dua minggu waktumu."

Neutralized: Operation AfterlifeWhere stories live. Discover now