“Cemen lo, banci!” ejek Lovela kepada Haikal, lalu tersenyum miring.

Jendra yang melihat aksi Lovela pun sempat terpana, tetapi pukulan keras Galangga di rahangnya membuat kesadarannya kembali. Jendra mendesis geram, kemudian ia membalas pukulan lelaki itu dengan beringas. Namun, karena lawannya ada tiga, membuatnya sedikit kesulitan. Apalagi anak-anak ZEUSAGOS juga tak kalah ahli bela dirinya dari anak-anak VICTOR. Bisa dibilang perbandingannya tidak terlalu jauh.

“Apa alasan lo ngusik gue dan anak-anak VICTOR, hah?” tanya Jendra di sela-sela ia memiting leher Dion dan menendang perut Dimas yang merupakan anak buah Galangga.

Galangga terkekeh sinis. “Itu karena lo udah bunuh seseorang yang berarti di hidup sepupu gue! Gue engga terima, sialan!”

Lovela menendang kuat bagian junior Arsean, sampai-sampai lelaki itu jatuh terlentang di atas tanah merintih kesakitan seraya memegang bagian juniornya itu.

“Anjing, lo! Cewek sialan!” umpat Arsean.

Lovela tertawa keras melihat Arsean yang kesakitan karena ulahnya. “Itu jurus gue yang paling ampuh! Gimana? Enak kan?”

Lovela menatap tajam Haikal yang hendak melayangkan bogemannya kepadanya. “Apa lo? Mau gue buat junior lo itu hilang? Kalau mau, sini lawan gue!”

Haikal meneguk ludahnya susah payah. Ia memandang Arsean yang masih mengadu kesakitan sambil memegang juniornya. Pasti rasanya sangat ngilu. Tiba-tiba nyalinya terhadap Lovela jadi menciut. Ia tidak mau sampai juniornya juga menjadi sasaran empuk tendangan gadis itu.

“Enggak berani kan lo? Bagus! Selamatin dulu masa depan lo itu!” ujar Lovela, lalu tertawa mengejek membuat raut Haikal memerah karena malu.

Jendra memikirkan perkataan Galangga tadi sambil terus membalas serangan-serangan mereka. Ketika ia berhasil menumbangkan Dion, dan Dimas, ia melayangkan pukulan keras ke rahang Galangga. Sebelum lelaki itu membalasnya, ia sudah lebih dulu memberikan bogeman mentah lainnya ke beberapa tubuh bagian lelaki itu. Terakhir ia membanting tubuh Galangga ke atas tanah, lalu ia menginjak dada lelaki itu.

“Siapa sepupu lo?” tanya Jendra dengan nada yang ditekan dalam setiap katanya.

“Lo enggak perlu tahu dia itu siapa. Yang jelas, orang berharga bagi sepupu gue itu udah lo bunuh!” sahut Galangga dengan raut serius, “pikirin aja, siapa aja yang udah lo bunuh!”

Mendengar itu membuat emosi Jendra memuncak. Ia kembali menendang rahang Galangga hingga lelaki itu mengeluarkan darah dari dalam mulutnya. Lalu terbatuk-batuk keras.

“Gue enggak pernah bunuh siapapun, anjing!” tegas Jendra, lalu kakinya ia  turunkan dari atas dada Galangga. Merubah posisinya menjadi berjongkok di sisi tubuh lelaki itu.

“Gue enggak tahu siapa sepupu lo. Tapi, gue enggak pernah bunuh siapapun! Termasuk orang berharga bagi sepupu lo itu!” tandas Jendra.

Galangga menatap sinis kepada Jendra. “Mana ada pembunuh yang mau ngaku?”

“Sialan! Cari mati lo?!” seru Jendra penuh emosi.

Lovela yang mendengar bentakan Jendra segera menatap lelaki itu. Sepertinya lelaki itu sudah dikuasai oleh emosi. Bahaya jika ia tidak menghentikan aksi lelaki itu. Bisa-bisa lelaki itu hilang kendali dan melakukan tindakan di luar nalar. Buru-buru kedua kakinya melangkah cepat mendekati Jendra.

Namun, kurang lima langkah lagi, Lovela mendapati Dion yang bangkit berdiri sambil memegang balok kayu ditangannya untuk memukul tubuh bagian belakang Jendra yang masih berseteru dengan Galangga. Hal itu membuat kedua mata Lovela melotot sempurna. Dengan segera Lovela berlari ke arah Dion, dan menghajarnya sebelum lelaki itu sempat melancarkan aksinya.

AL JENDRAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें