Notifikasi beruntun terdengar berisik. Dunk kira Pond akhirnya membalas pesannya, tetapi ternyata yang datang justru berita duka.

***

"Bagaimana dia bisa mengalami kejadian tragis seperti ini? Padahal dia baru saja memamerkan telah makan malam bersama Satang malam sebelumnya. Kasihan sekali."

Dunk mendengar beberapa teman seangkatannya berbincang. Suasana duka menyergap setiap jengkal rumah pejabat kota itu. Putranya telah dinyatakan kehilangan nyawa malam tadi, pada sebuah tragedi kecelakaan tunggal.

Alasan kemacetan semalam adalah karena mobil yang ketua angkatan Dunk itu kendarai tiba-tiba menabrak marka jalan. Tidak keras, menurut para saksi, kejadian itu mungkin karena jalanan yang licin. Mobil yang dia kemudikan kabarnya juga tidak mengalami kerusakan yang parah, tetapi ketika ada beberapa pengendara lain yang mencoba memeriksa keadaannya, cowok itu sudah bersimbah darah.

"Dunk, kamu sudah di sini?" Pond berbisik.

Dunk mengangguk. Dia juga mengabari Pond karena takut sahabatnya itu tidak membuka grup angkatan. Buktinya, Pond tetap datang terlambat. Ketua angkatan mereka menyebar duka dan akan disemayamkan sebelum dikremasi oleh keluarganya.

"Joong mengantarmu?" bisik Pond lagi.

Dunk mengangguk sekali lagi. Dia belum menoleh ke arah Pond, karena matanya menatap lurus ke arah peti mati. Dia merasa dibingungkan oleh keadaan. Orang yang terlihat sangat sehat bisa tiba-tiba tidak bernyawa, dengan tubuh terbagi tidak utuh di dalam mobilnya sendiri pula.

"Kematiannya tidak masuk akal. Siapapun yang masih cukup waras pasti akan memiliki anggapan yang sama." Dunk belum berhenti mengutarakan keheranannya atas apa yang dialami ketua angkatan mereka.

"Joong sudah memberi tahu kamu mengenai apa yang kamu tanyakan? Jika sudah, kamu seharusnya tidak perlu merasa kejadian ini seganjil itu!" Pond berbisik.

Dunk akhirnya menoleh. Saat itulah dia akhirnya menyadari bahwa Pond tidak datang sendiri. Di sampingnya, Phuwin duduk dengan tenang, mengenakan kemeja hitam dengan tekstur dan sedikit aksen yang Dunk kenali sebagai salah satu koleksi favorit Pond ketika dia belum bertubuh setinggi dan sebesar sekarang.

Ujung bibir Dunk sedikit tertarik, kemudian dia balas berbisik pada Pond.

"Kamu membaca si kucing salju menginap di rumahmu?" tanyanya lirih.

Pond mengangguk. Ada sedikit rona tanda dia tersipu.

"Keren sekali, dalam semalam kamu membalik keadaan." Dunk berkomentar, ingin menggoda lebih jauh sahabatnya itu tetapi dia sadar sedang berada di tengah suasana duka dan datang ke sana untuk menyampaikan bela sungkawa.

Setelah merasa cukup, Pond dan Dunk memutuskan untuk pulang secara terpisah dari teman-teman kuliahnya. Beberapa sibuk berbisik dan menggoda Pond mengenai Phuwin, aktor terkenal yang diperkenalkan oleh Pond secara pribadi kepada teman-temannya tanpa menyebutkan label apapun.

Karena Dunk datang diantar oleh Joong sebelum cowok itu pergi ke kampusnya sendiri, Pond menanyakan pendapat Phuwin apakah dia bisa mengantarkan Dunk terlebih dahulu atau Phuwin ingin diantar lebih dulu. Dunk tidak ikut ambil suara, dia memahami Pond sedang berusaha keras meraih kepercayaan Phuwin dan menurutnya akan lebih etis jika dia mengikuti keputusan Phuwin.

Sebelum menjawab, Phuwin terlebih dahulu memperhatikan sekitar, seolah sedang memastikan apakah ada seseorang yang perlu untuk dia waspadai.

"Apa boleh jika aku diantar duluan. Kebetulan, aku ada keperluan, tidak terlalu jauh dari sini." Phuwin menjawab.

Pond menyetujui, lalu berjalan selangkah di belakang Dunk dan Phuwin. Dua orang di depan mulai mengobrol, membahas hal-hal kecil. Dunk memuji akting Phuwin dalam film terbarunya yang rilis awal bulan kemarin, di mana pada film bergenre misteri itu membuat Phuwin harus memerankan karakter yang berlawanan dengan karakternya pada series bergenre romantis di jam tayang yang juga dimulai bulan ini.

Phuwin menanggapi pujian Dunk dengan bijak, sementara Pond menjaga keduanya dari belakang.

Mereka sudah masuk ke dalam mobil setelah Dunk dan Phuwin saling mempersilakan untuk duduk di depan. Kali ini, Dunk menunjukkan kemahirannya memberikan dukungan kepada Pond untuk bisa terus dekat dengan Phuwin.

Tok tok tok!

Seseorang mengetuk pintu mobil. Persis di sebelah Dunk yang duduk di belakang Pond.

Laki-laki itu berpenampilan cukup kumal, tetapo tidak kotor. Dunk yang mengira laki-laki itu butuh bantuan menurunkan kaca jendela.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Dunk dengan sopan.

Laki-laki itu menggeleng. Dia mengangkat kedua tangannya, menunjukkan dua buket bunga besar yang dibawanya.

"Saya diminta untuk memberikan bunga ini kepada kalian berdua!" ungkap laki-laki itu.

Dunk membuka matanya lebar-lebar. Reaksinya sama seperti Nicha ketika menerima buket bunga peony merah bersama Dunk waktu itu.

Kali ini, dua buket besar mawar merah dengan aroma yang semerbak.

***

Minggu, 28 Januari 2024
15.37

7 ConcubineWhere stories live. Discover now