RL | 23

660 12 0
                                    

Setelah dari rumah sakit, jenazah kedua orang tua Aluna dibawa ke rumah.

Aluna sengaja berada di kamarnya, agar ia tidak menangis di depan jenazah kedua orang tuanya. Ia juga tidak sendiri, Aluna di temani Alice, Jeya, dan Dhea.

Besok pagi jenazah akan di makam kan, masih belum terungkap awal mula kecelakaan itu terjadi.

Sellia memasuki kamar Aluna, melihat gadis itu terdiam melamun dengan air matanya yang terus menetes membasahi kedua pipinya.

"Aluna sayang?"

Aluna menoleh ke arah Sellia, Sellia duduk di samping Aluna. Mengusap punggung gadis itu, pasti sangat sulit baginya.

"Mama, ayah sama bunda lebih milih tinggalin Aluna. Katanya ayah bunda sayang Aluna, kenapa Aluna di tinggal mah? Aluna mau ikut bunda sama ayah." Ucap Aluna

"Stt, anak mama tidak boleh ngomong seperti itu. Sayang dengar mama, tuhan lebih sayang Ayah dan Bunda. Disinikan ada mama, ada mama salsa dan yang lainnya." Tutur Sellia, sambil menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah gadis itu.

"Besok setelah pemakaman, Aluna tinggal sama mama ya sayang? Nanti juga gantian tinggal di rumah mama salsa, ya?" Tanya Sellia

Aluna mengangguk, ia benar - benar sangat beruntung, bahkan di hari yang ia takuti, hari dimana kedua orang tuanya meninggalkan nya sendirian.

Ia masih di kelilingi orang yang sangat menyayangi nya.

"Besok Aluna ulang tahun mah, padahal Aluna mau ngerayain nya bareng Ayah sama Bunda."

Mendengar ucapan itu, ketiga temannya Aluna tak tahan menahan nangis. Begitu juga sellia yang berada di samping gadis itu.

"Nanti, kita rayain nya bareng mama, bareng papa. Ya sayang." Ucap Sellia dengan suara yang bergetar.

Sakit rasanya mendengar pernyataan itu, Sellia tahu pasti aluna sangat kehilangan.

Galang yang tidak sengaja mendengar ucapan itu, ia bersandar di dinding. Ingin rasanya pria itu membawa Aluna kedalam pelukannya.

Sangat sulit menjadi Aluna, ia harus menghadapi sikap Gilang, kehilangan kedua orang tuanya.

Tak sadar, air mata Galang menetes, ia mengingat bagaimana Aluna bercerita tentang hubungannya dengan Gilang, itu saja sudah membuat Galang merasa sedih.

Gavin menepuk Bahu Galang, Galang menoleh ke samping.

"Mama mana?" Tanya Gilang

"Di kamar sama Aluna, kenapa?"

Gilang sedikit melihat kerabat Aluna, yang sedang berada di ruang tamu. Keduanya tahu jika kerabatnya Aluna hanya memanfaatkan Aluna dan kedua orang tuanya saja.

"Itu, kerabatnya datang. Nyari Aluna."

"Coba lu bilang ke mama." Jawab Galang

Gilang mengangguk, lalu ia masuk ke kamar Aluna. Ia juga mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Mah,  ada keluarga Aluna." Ucap Gilang

Sellia menatap Aluna, aluna menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin bertemu dengan keluarganya.

Bagaimana pun mereka sudah jahat kepadanya dan juga kedua orang tuanya.

"Biar mama ya? Kamu disini."

Aluna mengangguk, sellia berjalan menuruni tangga dan benar saja, disana sudah ada keluarga aluna yang lainya.

Sellia duduk di samping salsa, yang sedang berbincang dengan keluarga aluna.

"Saya benar - benar terpukul dengan kabar duka ini, boleh saya bertemu dengan keponakan saya?" Tanya seorang wanita paruh Baya.

Sellia dan salsa saling menatap, aluna pasti menolak untuk bertemu dengan keluarga nya yang lain. Keduanya juga tahu bagaimana sikap keluarga nya ini.

"Saya hanya ingin bertemu dengan aluna, saya mohon."

"Baik, saya akan panggilkan Aluna nya sebentar."

Wanita itu yang Tak lain adalah Bibi dari Aluna, tersenyum setelah mendengar jawaban dari sellia.

"Biar saya aja mba, mba disini saja." Ucap salsa

Sellia mengangguk, "tolong ya sal."

Salsa mengangguk, kemudian ia menaiki tangga untuk ke kamar Aluna. Ia masuk kedalam kamar Aluna.

Menghampiri aluna yang sedang terdiam, hidung nya sudah memerah dan matanya sembab karena terus menangis.

"Aluna sayang, ayo ke bawah dulu sebentar." Ajak salsa

"Aku gak mau mah." Tolak Aluna

Salsa menghampiri aluna, "sayang mama tahu, kamu pasti punya rasa kesal tapi ayo temuin dulu. Mama dan mama sellia bersama kamu sayang, ayo."

Akhirnya dengan terpaksa Aluna bangkit dari duduknya, dan berjalan sambil di tuntun oleh salsa.

Ia menatap dari atas, adik - adik dari bundanya sudah berkumpul disana, dengan terpaksa ia harus menemui keluarganya.

Bukan karena aluna tidak mempunyai sopan santun, ia hanya merasa jengkel kepada adik dari bundanya itu.

Mengapa saat bundanya sudah tiada, baru ingat. Selama bundanya itu masih ada tidak pernah sekalipun ada yang mau bertemu dengan Vania, dan bahkan menitip kan aluna saja tidak mau.

Maka dari itu aluna lebih dekat dengan keluarga ayahnya, di banding dengan keluarga nya sendiri, karena hanya keluarga ayahnya lah yang mengurusnya meskipun tidak sering, dan di terima dengan baik.

Aluna berjalan ia duduk di samping sellia dan salsa yang duduk di samping aluna.

"Aluna, Bibi benar - benar minta maaf. Selama ini Bibi gak pernah perhatiin kamu, maafkan Bibi Aluna, Bibi menyesal."

Aluna hanya terdiam dengan tatapan kosongnya, "Bibi baru menemui bunda saat bunda udah meninggal, kemana selama ini? Bahkan gak ada yang peduli sama sekali kepada bunda dan ayah."

"Maafkan Bibi Aluna." Ucap wanita itu

"Mah aku mau istirahat." Kata aluna sambil menatap salsa

Salsa menatap sellia ia bingung harus bagaimana, karena ada keluarga aluna. Ia merasa tidak enak.

Namun setelah melihat anggukan sellia, untuk meyakinkan salsa. Ia membawa aluna kembali masuk ke dalam kamar, seperti tadi ia menuntun Aluna sampai kamarnya.

Aluna sangat beruntung karena di kelilingi orang - orang baik, namun tidak dengan keluarga dari bundanya.

Ia lebih beruntung berada di sisi gilang, dan keluarganya serta teman - temannya.

REAL LOVEWhere stories live. Discover now