RL | 14

737 14 0
                                    

"aku liat postingan nya Galang, dia itu punya cewe ya?" Tanya Aluna

Gilang yang mengelus kepala Aluna ia menatap Aluna, "Ohh itu Alice."

"Kamu kenal?"

"Kenal, gak deket dia deket sama Galang. Kenapa emang?"

Aluna menggelengkan kepalanya, "Enggak"

Gilang tersenyum, "Yaudah, sekarang mau kemana lagi?"

"Kayak nya mau pulang aja deh, bunda sama ayah juga ada di rumah." Jawab Aluna

"Bener gak mau apa - apa lagi, yang?"

Aluna menggeleng, keduanya berdiri dari duduknya. Gilang menggandeng Aluna dengan erat seakan takut jika gadis itu akan hilang.

Aluna melihat ke bawah, lalu ia tersenyum. Ia juga mengeratkan gandengan tangannya pada Gilang.

Gilang banyak berubah, ia lebih terlihat menyayangi Aluna, Aluna tidak melihat sisi buruk yang di tunjukan Gilang lagi.

Namun aluna tidak tahu jika pria itu sudah mempermainkan nya kembali, Gilang kembali kepada kaira.

Motor Gilang melaju melewati jalanan, pelukan erat dan senderan Bahu Gilang yang menjadi tempat ternyaman Aluna, Aluna hanya berharap ia dan Gilang akan seperti ini selalu.

Setelah beberapa menit waktu yang di tempuh kini motor Gilang sudah berada di pekarangan rumah Aluna.

Aluna turun dari motor Gilang, menunggu pria itu membuka helm lalu turun dari motornya.

"Ayo masuk." Ajak Aluna

"Iya, ayo sayang." Jawab Gilang

Keduanya masuk ke dalam rumah Aluna, tentunya kedua orang tua Aluna juga sudah tahu jika Gilang adalah kekasihnya.

Gilang menyalami kedua tangan orang tua Aluna.

"Nak Gilang, sudah lama sekali tidak berkunjung kesini." Ucap Vania

"Kapan - kapan main kesini bun."

Vania tersenyum, "Harus dong."

Kedua orang tua Aluna sama sekali belum mengetahui jika anak tunggal nya itu di sakiti oleh Gilang.

Mungkin jika keduanya tahu pasti Gilang tidak akan di terima keluarga Aluna, terutama Aiden. Ayah dari Aluna itu tidak ingin anak nya jatuh karena disakiti, siapa saja yang menyakiti nya Aiden tidak akan terima dengan hal itu.

Siapa yang terima jika anak perempuan satu - satunya di sakiti oleh laki - laki, bahkan Aluna tidak pernah mendapatkan kekerasan dari Aiden.

"Apa kabar, Gilang?"

"Baik yah."

"Syukurlah."

Gilang tersenyum, "Kalau gitu Gilang pamit pulang dulu."

"Cepat sekali, kapan - kapan main ya? Hati - hati ya nak Gilang." Ucap Vania

Gilang mengangguk, kemudian ia menatap gadis cantik yang ada di sampingnya.

"Aku pulang ya?"

Aluna mengangguk, "hati - hati."

Setelah bersalaman kepada kedua orang tua Aluna, Gilang berjalan keluar dari rumah Aluna.

••••

Sedangkan disisi lain seorang pria sedang menatap suasana malam di London, pria itu bisa dilihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia memikirkan Aluna, gadis yang selama ini mencuri hatinya.

Namun pandangannya kini mengarah ke belakang saat mendengar beberapa suara laki - laki yang sepertinya memasuki kamarnya.

Benar saja, kedua temannya itu datang, Steve juga Damian.

"Ngapain bro?" Tanya Steve

"Kira - kira gua lagi ngapain?"

"Kalo kata gua lagi mikirin seseorang."

Galang terkekeh ia membuang putung rokok itu lalu menginjaknya, "Mana ada."

Hening tidak ada ucapan yang keluar dari ketiga pria itu, semuanya membungkam erat bibirnya.

Galang yang tetap dengan pikiran nya terhadap Aluna, namun entah apa yang di pikirkan kedua temannya ini, sepertinya mereka memikirkan beban hidupnya.

"Minum yuk." Ajak Damian

Galang dan Steve menatap pria itu, tidak biasanya Damian mengajak minum, dan Damian juga lebih cenderung mengikuti saja dari pada mengajak.

"Why? Ada salah gue ngomong gitu?"

Masih dengan menatap Damian, Steve membuka suara.

"Tiba - tiba?"

Damian mengangguk, membuat kedua pria itu mengerutkan keningnya.

"Ada masalah?" Tanya Galang

"Gua putus sama cewe gua." Jawab Damian sambil menunduk

Steve hanya membuang muka pria itu kembali menatap ke depan, sudah biasa pria itu mengatakan jika ia putus dengan kekasihnya namun keesokan harinya pasti ia akan terlihat baik-baik saja bahkan mereka bisa bucin di depan Steve.

Namun biasanya, Damian tidak pernah mengajak minum meski karena masalah itu. Tapi mengapa kali ini pria itu mengajak keduanya.

"Tunggu gue siap - siap." Ucap Galang

Keduanya mengangguk lalu berjalan keluar dari kamar Galang.

Galang bukan tipe pria yang suka minum, terkadang pria itu hanya sesekali minum. Namun sepertinya ajakan Damian tadi menarik perhatiannya.

Setelah merasa cukup Galang turun dari kamarnya, menyusul Steve dan Damian yang ada di parkiran.

Namun saat ketiganya mau memasuki mobil, tiba - tiba gadis cantik datang menghampiri ketiganya.

"Mau kemana?" Tanya Alice.

Galang mendekat pada gadis itu, "Mau minum bentar." Jawabnya

Alice tahu Galang itu tidak terlalu suka berminum, ia mengerutkan keningnya.

"Ikutt."

"Jangan lice, udah ya gue berangkat." Ucap Galang

Galang terkekeh saat gadis itu cemberut, tidak Galang tidak menyukai gadis itu. Galang sudah menganggap gadis itu sebagai adiknya, Alice juga yang paling dekat dengan Sellia ibu kandung Galang begitu juga dengan Andika.

Sebelum keduanya bercerai, alice suka mengunjungi kedua orang tua Galang disana, karena saat alice kecil Alice pernah di asuh oleh keduanya. Karena saat itu kedua orang tua alice sibuk dengan pekerjaan masing - masing.

"Kenapa lo minum?"

"Lagi mau lice, pulang sana."

Alice menggeleng, "Mau ke apart Amber."

Galang mengangguk, "gue berangkat ya." Ucapnya seraya mengusap kepala gadis itu.

Alice mengangguk, tidak ingin menunggu ketiganya pergi. Alice segera menaiki lift.

Galang memang seperti itu jika bersama alice itu juga karena Galang menganggap gadis itu adalah adiknya.

Bukan karena ia menyukai gadis itu.

REAL LOVEWhere stories live. Discover now