15. Hukuman Menjadi Skandal

6.8K 609 122
                                    


ASING

Happy Reading
.
.

🎶 HYBS - Tip Toe Speed Up Version

Bunyi alarm yang menggema dalam ruangan bernuansa putih ungu itu tak membuat sang empu terganggu dalam tidurnya. Ia nampak nyenyak di bawah selimut tebal. Hingga gedoran pintu dari luar mampu menginterupsi dirinya. Kening gadis itu mengerut kesal. Merasa terganggu dengan suara berisik dari luar.

"Non! Non Geya udah jam setengah 7! Nanti non telat ke sekolahnya!!"

Mata Geya seketika terbuka lebar. Menyingkap selimut lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi. 10 menit kemudian Geya keluar dan langsung mengenakan seragam beserta keperluan lain untuk ke sekolah. Tidak lupa memasukkan buku-buku tugasnya ke dalam tas.

"Bi! Pak Malik mana?" seru Geya menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Aduh non pelan-pelan nanti jatuh. Pak Malik udah siap di depan dari tadi."

"Milo sama pisang aku, Bi?"

"Udah bibi siapin non, sekalian sama bekal buat non sarapan di jalan. Bibi masukin ke tas, ya," ucap Bi Ratri berjalan tergopoh-gopoh mengantar Geya ke depan serta membukakan pintu mobil untuk anak majikannya itu.

Mobil melaju cepat meninggalkan kawasan kediaman Ranawijaya. Geya menyempatkan diri memakan bekal dari Bi Ratri untuk sekedar mengisi perutnya. Baginya makan di pagi hari adalah rutinitas yang tidak boleh dilewatkan apapun alasannya.

"Gimana non, gerbangnya udah ditutup. Mau saya telepon kepala sekolah aja suruh bukain?"

Geya berpikir sebentar kemudian menggeleng cepat, "Gak usah, Pak. Saya turun di sini aja."

"Yakin non gak apa-apa?"

"Gak apa-apa. Ini kotak bekalnya tolong balikin ke Bi Ratri, ya."

"Siap non!"

Geya pun turun dari mobil sambil menenteng tasnya. Ia melirik arloji di tangan kiri, menunjukkan pukul 7.05. Kalo masuk sekarang kemungkinan besar belum ada guru. Geya harus cepat melewati gerbang tinggi itu.

Dia melihat ke sekitar lalu mendapati satpam yang berjaga tengah fokus menonton televisi di dalam pos. Kesempatan bagus. Geya melempar tasnya lebih dulu kemudian dengan lincah memanjat gerbang setinggi hampir 10 meter tersebut. Setelah berhasil mendarat dengan sempurna dia bergegas pergi tanpa ketahuan.

"Sekolah doang elit. Penjagaan longgar selonggar ikat rambut gue," cibir Geya setengah berlari menyusuri koridor. Beberapa kelas yang ia lewati masih terdengar gaduh dari luar. Termasuk kelasnya sendiri. Berarti benar dugaannya belum ada guru yang memulai kegiatan belajar. Dia berjalan santai menuju bangkunya lalu menggantung tasnya pada kait di samping meja.

"Lo telat, Ge?" tanya Cakra dari bangkunya.

Geya mengangguk kecil, "Belum ada guru yang masuk 'kan?"

"Udah. Cuman gak lama Miss Trisha keluar lagi. Sampe sekarang belum balik," jelas Cakra.

"Tapi belum absen 'kan?" tanya Geya diangguki oleh cowok itu, "Gue mau ke toilet dulu. Ntar kalo Miss ngabsen pang bilangin gue izin bentar, ya."

"Oke."

Geya berjalan menuju toilet. Bukan untuk buang air kecil. Dia cuma mau menata kembali kuncir rambutnya yang dirasa belum rapi. Tidak lupa memoles tipis liptint agar wajahnya tidak pucat-pucat amat. Setelah itu baru kembali ke kelas.

"Shaka berhenti di sana!!!"

Geya menoleh ke belakang tanpa menghentikan langkahnya. Sontak membulatkan mata ketika Shaka berlari cepat ke arahnya. Cowok itu pun sama kagetnya dengan Geya. Vishaka tidak bisa berhenti mendadak pun menubruk Geya sehingga tubuh keduanya terjatuh bersama dengan posisi Vishaka berada di atas.

Transmigrasi | Asing Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum