1. Menjadi Bungsu Ranawijaya

14K 648 6
                                    

ASING

Happy Reading
.
.

Kedua mata itu terbuka perlahan, sedikit mengerjap menyesuaikan cahaya dari atas yang masuk. Keningnya mengernyit heran melihat ruangan dirinya berada sekarang.

Luna beranjak dari posisi tidurnya bersandar di kepala ranjang dan mengamati sekelilingnya. Ruangan bercat putih-ungu itu terlihat mewah dan luas. Interior dan furniture di sana juga tertata dengan rapi.

"Jadi gue Geya sekarang?"

Luna mengangguk samar sambil mengulas senyum kecil. Ia melirik buah-buahan di atas nakas, mengambil satu buah pisang dan memakannya. Merasa kurang, Luna mengambil lagi hingga satu sisir pisang itu habis tak tersisa. Luna itu tipikal yang kalau banyak pikiran harus makan banyak biar otaknya encer. Apalagi jika itu buah pisang favorit Luna.

"Kaluna Geya Ranawijaya, si bungsu ansos yang terkenal cupu." ucapnya menyebut nama si pemilik tubuh. Ia menatap dirinya penuh minat lewat cermin full body. Tinggi cewek ini kira-kira sekitar 162 cm, hampir sama dengan tinggi badan Luna dulu. Badan Geya juga cukup berisi di bagian-bagian tertentu, berbeda dengan tubuhnya dulu.

Luna pun mendengus geli, "Akhirnya impian lo punya badan montok terkabul juga, Lun."

Ia memutuskan untuk mandi serta melakukan sedikit perawatan diri seperti creambath, lulur, waxing dan sebagainya. Beruntung Geya mempunyai semua perlengkapan yang ia butuhkan. Ternyata cewek itu juga suka perawatan. Tapi anehnya malah ditutupi oleh penampilan norak. Luna tidak habis thinking!

Setelah menghabiskan waktu hampir dua jam di kamar mandi, Luna keluar dan masuk kembali ke dalam walk in closet. Ia meringis ngeri begitu melihat motif-motif bunga pada dress dan rok panjang di dalam lemari Geya. Luna beralih ke lemari lain, sedikit mengacak-acak isinya dan berhasil menemukan beberapa pakaian layak dipakai.

"Sorry Geya, tapi gue bakal ganti seluruh isi lemari lo dengan baju-baju pilihan gue."

Luna sudah selesai berpakaian. Dia juga sudah mengeringkan rambut serta menyisirnya dengan rapi. Sekarang Luna tengah berbaring di atas kasur sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Luna juga memikirkan bagaimana keadaan keluarganya. Keadaan Elnara kakaknya. Serta bagaimana ibunya menghadapi kematian putri bungsunya ini?

Bukannya apa. Walaupun Luna bandel dan sulit diatur, dia tetap si bungsu kesayangan sang ibu. Luna benar-benar kepikiran nasib ibu dan Elnara. Mereka pasti sedih dengan kematiannya. Luna juga takut Elnara menyalahkan diri sendiri atas kematiannya. Padahal itu sepenuhnya salah Luna karena tidak memasang seatbelt dengan benar.

Ceklek!

Kepala Luna terangkat pada pintu yang dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Wanita itu tampak terkejut saat melihatnya. Dia menatap Luna cukup lama sebelum tersenyum lebar.

"Siapa njir," gumam Luna pelan sebelum bangkit dan duduk di pinggir ranjang.

"Ya ampun non Geya bikin bibi kaget aja, kirain ada orang asing masuk ke sini."

Luna menggali ingatan Geya seraya menyipitkan mata, "Bi Ratri.. ya?"

"Iya non ini bi Ratri. Non Geya gimana keadaannya? Masih pusing? Mau bibi panggilin dokter lagi aja?" Wanita bernama bi Ratri itu mendekat, salah satu art yang bekerja di kediaman Ranawijaya.

Luna a.k.a Geya tersenyum kikuk, "Gak usah bi. Saya gak apa-apa."

"Ya udah kalo gitu, ayo non ke bawah. Yang lain udah nunggu buat makan malam."

Transmigrasi | Asing Where stories live. Discover now