Peperangan Tak Seimbang

Zacznij od początku
                                    

"Jangan harap!" Sisi berlari menyerang Liora. Keduanya pun kembali terlarut dalam pertempuran sengit.

Di sisi lain, Pangeran melawan Jordan, Fita dan Stanley. Dikeroyok oleh ayah dan dua anak tersebut membuat Pangeran mendapat pukulan di kedua bahu dan perut yang menyebabkan tubuhnya menjadi limbung. Untungnya Pangeran masih mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya sehingga tak terjatuh.

Pangeran meringis merasakan sakit di bagian yang dipukul seperti menjalar ke seluruh tubuh.

"Masih ada waktu untuk menyerah, Pangeran. Sekarang juga kembalikan jasad Nayla!" perintah Jordan tak dihiraukan oleh Pangeran.

Pangeran sedang berusaha membangkitkan kekuatan macannya. Sialnya, peperangan ini terjadi disaat dirinya belum bisa mengendalikan kekuatan macan. Ia tak tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatan itu.

"Kita habisi saja Pangeran sekarang, Ayah. Selagi dia sedang lemah." usulan Stanley diangguki setuju oleh Jordan. Namun tidak dengan Fita yang justru malah memandangi Pangeran dengan rasa khawatir akan keadaan laki-laki itu.

Pangeran tak ingin menyerah begitu saja. Meski hanya dengan kekuatan serigala, Pangeran yakin dia mampu mengalahkan tiga vampir di hadapannya. Segera dia mengambil ancang-ancang dan mulai menyerang.

Sedangkan di tengah pertempuran dua bangsa itu, ada Galang dan Tristan yang hanya berdiri saling berhadapan. Tatapan keduanya bertemu dengan sorot perkelahian layaknya dua pedang yang saling beradu.

"Lo penyebab dari kebakaran hutan yang terjadi beberapa ratus silam, kan?" tanya Galang yang sebenarnya ia tak membutuhkan jawaban lagi dari lawan bicaranya. Dia hanya ingin mengingatkan Tristan tentang apa yang sudah dia lakukan dan menyebabkan banyak nyawa melayang. Termasuk nyawa Angel.

"Excel dan Vino yang bilang? Mereka beruntung bisa selamat dari peristiwa itu. Kalau nggak, mungkin mereka akan bernasib sama seperti Angel dan anak-anaknya." Tristan tersenyum simpul, tak ada penyesalan sedikitpun dari sorot matanya.

Galang menggelengkan kepala tak percaya jika yang ada di hadapannya saat ini adalah Tristan yang dulu dia kenal. "Lo banyak berubah, Tristan. Ambisi bikin lo terlihat seperti iblis,"

"Kematian Nayla yang membangkitkan iblis di dalam diri gue,"

"Dan lo sendiri penyebab kematian Nayla,"

Tristan mengepalkan tangan mendengar kalimat itu. Batinnya bergemuruh oleh kalimat-kalimat pembelaan yang hampir membuncah dan tercurahkan. Namun, ia pun tak bisa menafikan jika Nayla harus kehilangan nyawa demi memberikan darah suci padanya untuk melawan Digo. Karena tak ingin bergemelut dengan perasaannya sendiri, Tristan akhrinya melampiaskan dengan menyerang Galang secara membabi buta.

Pertempuran bangsa serigala dan bangsa vampir semakin memanas. Beberapa dari mereka mulai berguguran. Bangsa serigala semakin tersudut. Jumlah mereka semakin berkurang dan berakibat pula pada pertahanan bangsa serigala.

Erik menendang satu vampir yang menjadi lawannya. Dia sesaat memerhatikan sekitar. Hatinya terasa sakit saat melihat bangsanya banyak yang gugur.

"Sepertinya peperangan ini harus segera di hentikan," Ali yang baru datang setelah berhasil menghabisi dua lawan, memberikan pendapatnya pada Erik.

"Benar. Kalau peperangan ini terus dilanjutkan, yang ada bangsa serigala benar-benar habis." sahut Erik.

Adhitya muncul dengan dadanya yang naik-turun mengatur napas. "Bagaimana ini, Panglima? Apa sebaiknya kita meminta raja untuk mundur?"

"Mundur bukan pilihan," Vino tiba-tiba bergabung bersama Excel.

"Benar. Lebih baik mati dalam pertempuran dari pada kita mundur mengakui kekalahan," sambung Excel.

"Tapi, jumlah bangsa serigala semakin menipis. Kita gak ada harapan untuk menang," Erik mulai merasa pesimis. Seharusnya jika tahu peperangan besar akan terjadi, mereka mengatur strategi dengan matang. Namun, ia tak menyangka jika peperangan besar benar-benar akan terjadi.

Di sudut lain, pertarungan Sisi dan Liora masih berlangsung. Tidak ada yang ingin mengalah. Jika jatuh, mereka bangkit kembali. Meski hingga titik darah penghabisan, mereka akan terus memperjuangkan bangsanya untuk menang.

Ditengah pertarungan itu, Sisi tiba-tiba menyadari jika bangsanya sudah sangat berkurang. Hal itu memecah fokusnya dalam bertarung dengan Liora sehingga Liora menggunakan kesempatan itu untuk mengakhiri pertarungannya dengan Sisi.

"Sekarang lo gak bakal selamat, Si!" gumam Liora. Dia lantas memukul dada Sisi dengan kekuatan dalam sehingga menyebabkan tubuh Sisi terlempar.

Galang yang tengah bertarung dengan Tristan tak sengaja melihat tubuh Sisi melayang. Ia ingin menyelamatkan wanita itu. Akan tetapi seseorang sudah lebih dulu berhasil menangkap tubuh Sisi.

Galang terdiam. Pandangannya terus tertuju pada pria yang terlihat begitu khawatir karena Sisi tak sadarkan diri. Galang pun seperti terhipnotis pada setiap yang dia lihat. Setiap kali tangan pria itu menyentuh wajah Sisi seperti menyayat-nyayat hatinya.

Tiba-tiba Galang terhenyak kala sebuah pukulan mengenai wajahnya dengan cukup keras. Dia bahkan sampai terjerembap ke tanah.

Suara tawa puas mengalun di telinga Galang. Dia menoleh, mendapati Tristan berdiri dengan dua tangan yang diletakkan di pinggang. Raja vampir itu terlihat begitu pongah karena berhasil memukul Galang dan membuatnya terjerembap.

"Akui kekalahan lo, Lang! Lihat! Bangsa lo hampir habis tak tersisa,"

Galang mencoba bangkit dengan tertatih. Ibu jarinya menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya.

"Seandainya hari ini bangsa serigala benar-benar punah, itu lebih baik!" ucap Galang dengan nada lemah. Tidak. fisik Galang sebenarnya masih kuat untuk melawan Tristan. Kekuatan macan bahkan belum dia keluarkan. Hanya saja pemandangan antara Ali dan Sisi yang dilihat Galang tadi seperti menyerap segala energinya.

"Galang, Galang ... Gue suka sama nyali lo," Puji Tristan sembari tersenyum menyeringai. "Oke. kalau emang itu yang lo mau. Bangsa serigala akan punah malam ini juga. Tapi sebelum itu terjadi, bangsa serigala harus melihat raja mereka mati lebih dulu."

Galang hanya diam. Tatapannya sayu menatap Tristan yang sudah mengangkat tangannya tinggi dan akan dilesatkan pada bagian dada Galang.

"Ayah!" Pangeran berseru di seberang sana. Hatinya was-was melihat sang ayah tampak mematung tak mempersiapkan perlindungan dari serangan Tristan.

"Sekarang lo akan mati, Galang!"

Bersambung

Apa Galang akan selamat dari serangan Tristan?

Haruskah kita menyiapkan ucapan selamat tinggal untuk Galang dari sekarang?

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz