39 || The Darkness

Start from the beginning
                                    

Alga membuka pintu mobil.

Asya sudah menunduk, ia pasrah jika Alga akan meninggalkannya sendirian. Tapi yang terjadi justru Alga kembali. Asya mendongak, sepasang mata gadis itu masih berair. Satu lagi, perkataan yang lolos dari bibirnya hanyalah. "Maafin aku, Kak Alga. Maaf."

Alga tidak berbicara banyak. Ia meraih lengan Asya mendekat lalu mengangkat pinggang rampingnya hingga terduduk di kap mobil. Alga sedikit menyingkap rok Asya hingga memperlihatkan pahanya yang putih mulus.

Tatapan mereka bertemu, Alga menatapnya dengan sebelah alis naik. Karena itu, Asya mengurungkan niatnya untuk protes.

Alga lalu mengeluarkan sesuatu yang ia ambil dari mobil, ia melepas bungkus plester itu dengan giginya sebelum menempelkannya pada luka di paha Asya. Asya bahkan tidak menyadari jika ada goresan memanjang dan sedikit berdarah di sana. Suster tadi membawa banyak peralatan bekas operasi dan mungkin tidak sengaja menggores kulitnya.

"M-makasih," ucap Asya setelah Alga menurunkan kembali roknya.

Bukannya menjawab, Alga justru bertanya dengan nada datar. "Udah dapat jawabannya?"


"Udah," jawab Asya pelan. "Maaf, Kak."

"No need, Love." Alga menjawab lembut lalu menggendong Asya turun. "Lo nggak salah."

"Aku salah!" kata Asya. "Harusnya aku percaya Kak Alga. Harusnya aku nggak lakuin itu. Harusnya aku---"

"Shttt ... " Alga menempelkan telunjuknya ke depan bibir Asya. "Cukup jangan diulangi."

Tatapan Alga berubah serius. "Atau gue nggak akan maafin lo."

Asya mengangguk patuh.

"Berarti Kak Alga udah nggak marah?"

Alga mengangguk. "Nggak bisa marah lama."

"Beneran?"

"Beneran, sayang," balas Alga sembari menghapus jejak air mata yang memenuhi wajah cantik gadisnya.

Asya baru merasa lega.

"Kak, aku mau ke toilet sebentar," ucap Asya saat mereka hampir memasuki mobil. "Aku mau cuci muka sembab aku sebentar."

"Jangan lama."

Asya mengangguk.

Asya menuju toilet perempuan, hatinya terasa berat. Ia sangat merasa bersalah pada Alga. Asya langsung mencuci wajahnya agar pikirannya juga mendingin.

"Dasar jahat," Asya menatap tajam pantulan wajahnya di cermin dengan benci. "Kamu jahat, Asya!"

Niatan Asya keluar dari toilet diurungkan kala melihat perempuan yang amat ia kenali. Meskipun hanya dari samping, Asya bisa tau jika gadis yang menangis cukup jauh di sebelahnya itu adalah Adila, kakak kelasnya di SMA Langit Abadi.

Tak lama berselang, seseorang memasuki toilet. Ia langsung menuju Adila tanpa menatap sekeliling dan menyadari adanya Asya. Siska segera menenangkan Adila dan mengusap punggungnya. Tangisan Adila kian kuat.

ALGASYA ; STEP BROTHER Where stories live. Discover now