Chapter 35: The Red Umbrella

3.2K 134 1
                                    

By: cijechan


"Apa kau percaya hantu?"


"Apa kau percaya hantu?"


"Apa kau percaya hantu?"

Menjengkelkan sekali temanku ini. Selalu bertanya hal seperti itu.
Entah berapa kali sudah kukatakan kalau aku tidak percaya adanya hantu atau hal semacamnya. Tapi aku tahu apa maksudnya. Pada akhirnya dia akan selalu menggolokku yang jomblo ini. Betapa menyebalkan dirinya, sungguh.

"Jangan sedih gitu dong!" Ejeknya. "Nenekku pernah berkata, jika kamu berjalan ditengah hujan sambil membawa payung merah, maka kamu akan menemukan jodohmu yang juga menggunakan payung berwarna merah."

"Memangnya kamu pikir batu kerikil gitu?" ujarku sembari bercanda. Aku jelas ragu dengan ucapannya. Bagaimanapun itu hanyalah mitos belaka.

Waktu berganti sore. Sialnya, hujan turun dengan derasnya.

Aku yang setiap pulang menggunakan bus kota, terpaksa harus menerobos hujan. Kulihat hanya tersisa satu payung berwarna merah.

Kuambil, kubuka dan kemudian berjalan pergi menuju halte. Uh, udaranya dingin sekali, batinku.

Aku menggunakan tanganku yang satu lagi memeluk tubuhku yang kedinginan. Melewati lorong-lorong kecil di antara bangunan tinggi, ini adalah jalan pintas. Entah kenapa hatiku terasa tenang dan tentram sekali saat ini. Mungkin pengaruh dari hujan ini, walaupun suaranya deras menderu. Sesekali angin dingin berhembus hingga membuatku terdiam sejenak.

'Cplak ... cplak ... cplak ...'

Aku terus berjalan melewati genangan genangan air, hingga kemudian berhenti sesaat. Sepertinya terdengar sesuatu yang lain di antara suara rintik air yang jatuh dengan bebas dari langit. Hingga sebuah tubrukan dari atas membuat mataku terbelalak.

Sesuatu jatuh dari atas sana, membuat cetakan yang jelas di atas permukaan payungku-wajah manusia. Aku kaget, jantungku berirama tak karuan.

Segera kulempar payung itu dan tubuhku mundur ke belakang. Tapi tak kudapati apapun selain hujan dan kesendirian di tempat ini. Apa-paan itu tadi?

Sekarang aku berhenti di halte menunggu kendaraanku tiba. Tubuhku basah semuanya garagara kulempar payungku tadi. Semakin menambah rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang, terlebih saat angin melewati diriku.

Halte ini sungguh tidak terawat, tempatnya hampir bisa dikatakan sudah bobrok. Atapnya pun sudah tidak ada.

Dalam penantianku, terlihat seorang wanita berjalan menujuku dan berhenti disampingku. Aku tak terlalu memperhatikannya, hingga teringat sesuatu yang dikatakan temanku. Kulirik wanita itu juga menggunakan payung berwarna merah. Apa dia jodohku? Pikiranku mulai aneh. Aku lupa kalau tak memakai jam tangan, jadi kucoba tanyakan pada wanita di sebelahku. Setelah itu, kami mulai terlibat beberapa percakapan ringan. Terdengar tawa kecil dari balik payungnya. Payung merah yang diangkatnya terlalu rendah. Membuatku tak dapat melihat wajahnya sedikitpun.

"Apa Anda barusan menunggu di sini?" tanya wanita itu kembali meneruskan.

"Aku sudah menunggu cukup lama di sini, sepertinya akan ada yang menggantikanku."

Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapannya-aneh sekali. Bukankah dia baru saja datang?

Mendadak angin kencang berhembus, membuat sapu tangannya terbang ke arah jalan. Entah karena refleks atau apa, tubuhku tiba-tiba berlari mengejar untuk menggapai sapu tangan yang sudah basah itu.


Aku berbalik. Di saat itulah tubuhku kaku tak bisa kugerakkan. Jantungku berdetak lebih kencang, memompa darah lebih cepat membuatku sekujur tubuhku panas dan nafasku tersengal.


Wanita itu menggangkat tinggi payungnya, memperlihatkan kepalanya yang ternyata buntung.

Beberapa detik setelah itu, sebuah sorotan cahaya mencuri perhatianku. Aku berusaha melihat lebih jelas, dan cahaya tersebut rupanya berasal dari sebuah bus yang melaju kencang ke arahku.

Refleks aku berniat menghindar dari bus tersebut. Sialnya aspal yang licin membuatku terpeleset, jatuh dan ban besar itu tepat melindas dan menghancurkan kepalaku.

Sekarang ... aku menggantikan tempat wanita itu. Menunggu ... di sini, dengan payung merah ... yang menjadi kutukan. Mencari penggantiku dalam sebuah penantian panjang.



gak ada kata kata nih buat ucapan trimakasih buaanyakkk

buat para readers, untuk yg comment and vote my storyyy{}

salam aku cinta paadaamuu:*


greetings nightmare~

Creepypasta (horror)Where stories live. Discover now