03 || Gara-Gara Typo

Mulai dari awal
                                    

Abyan menggigit bibirnya kesal, gadis itu cuma bikin emosinya ingin bergejolak saja. Untung juga dia itu wanita dan Abyan juga bukanlah tipe pria yang suka menyakiti perasaan wanita, memarahi Afra saja Abyan tidak pernah, kalau ingin menegurnya pun Abyan harus merangkai kata-kata sebijak dan selembut mungkin agar tidak menggores luka di hati adiknya. Apalagi dengan perempuan yang bukan keluarganya. Soal menyakiti hati perempuan, jujur, Abyan kalah telak.

"Hei, kok saya ditinggalin sih? Saya nggak dibolehin tinggal di dalam ya? Ya udah kalau gitu saya balik lagi ke jembatan, tidur di kolong jembatan lagi enak daripada tidur di rumah orang sombong!" cibir Ishara. Abyan yang mendengarnya tentu saja hanya bisa menghela napas pasrah.

"Ayo masuk!"

"Nah, gitu dong, 'kan sesuai dengan wajah tampannya, hihi...."

Ishara mulai berjalan membuntuti Abyan dari belakang. Sampai di pintu seperti biasa Abyan mengetuknya dan mengucapkan salam. Terdengar sahutan dari dalam, itu adalah suara Afra yang sedang mendekati pintu untuk membukanya.

"Wa'alaikumussalam ... my handsome brother and...." perkataan Afra menggantung ketika melihat seorang wanita cantik di belakang Abyan, "Kakak Ipar?"

Glep!

"Apaan sih? Orang belum kenal main kakak iparan aja!" kesal Abyan, sementara Ishara tersenyum malu-malu.

"Ishara, silakan masuk! Ini rumah saya."

"Hmhh, Ipiin cih?! Iring bilim kinil miin kikik ipirin iji? Katanya belum kenaaall? Kok udah tau namanya sih?!" ejek Afra.

"Ayah sama Bunda mana?" tanya Abyan mengalihkan percakapan.

"Ada, AYAH, BUNDA! NIH BANG ABY UDAH PULANG! SAMA KAKAK IPAR!!" teriak Afra frontal.

"Ada apa sih Nak? Kok teriak-teriak?!" Ayah Malik dan Bunda Ayra muncul detik itu juga dan sama-sama terheran dengan kehadiran wanita asing dalam rumah mereka. Ishara langsung menunduk dengan perasaan tidak nyaman, ia menatap Abyan mengisyaratkan ketidaknyamanan itu kepada Abyan. Abyan tersenyum tipis sebagai tanda bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Dia siapa, Nak?" tanya Ayah Malik.

"Eumm ... Ayah, Bunda. Maaf kalau Aby udah lancang membawa pulang wanita ke rumah ini, tapi ... Wanita ini sepertinya sedang memerlukan bantuan, dia tidak punya keluarga dan dia juga tidak punya rumah. Aby menemuinya di jembatan dan dia juga meminta pertolongan dari Aby, jadi apa boleh kalau dia tinggal di sini untuk beberapa hari?"

"Om, Tante. Kenalin namaku Ishara, apa yang dikatakan sama anak Om dan Tante tadi itu memang tidak salah, tapi...." Ishara menggantung ucapannya dan menatap wajah Abyan. "Sebenarnya saya punya rumah dan saya juga masih mempunyai keluarga."

Abyan terkesiap, jadi ternyata Ishara sudah membohonginya.

"Kalian memang belum mengenali saya, tapi saya tetap harus jujur supaya kalian bisa yakin dengan saya. Om, Tante! Saya ke sini cuma mau minta bantuan saja, itupun kalau Om dan Tante mengizinkan, soalnya saya sedang bersembunyi dari Papa saya yang sedang menjodohkan saya dengan pengusaha kaya raya, Papa saya beda Om, papa saya adalah orang yang gila harta, dan dia juga berniat menjodohkan anaknya sendiri atas dasar harta, itu sebabnya saya memilih kabur, dan tadi ... saya juga sempat berniat mengakhiri hidup saya sendiri. Saya lelah, Tante. Saya sudah lelah dengan kehidupan yang selalu ditekan dan penuh penyiksaan dari papa saya. Makanya tadi saya sempat berniat untuk bunuh diri, tapi beruntung sekali saya dipertemukan dengan anak Om dan Tante ini, jadi saya berpikir dia bisa membantu saya."

Semua orang terdiam dengan kejujuran yang Ishara ungkapkan, dan Abyan, laki-laki itu pun ikut terharu, ternyata itu penyebab mengapa tadinya Ishara sempat ingin mengakhiri hidupnya. Sungguh, kehidupan yang sangat memprihatikan.

HAZEL : Pemilik Mata Indah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang