TWENTY SEVEN ( JUU NI NANA )

6 3 4
                                    

( RYU )

"TOUSAN?!" seruku dan Kei berbarengan.

WHAT?! Apa yang mereka lakukan disini? Kenapa mereka ada disini?

Itu yang ku katakan beberapa waktu lalu. Dan sekarang, kami duduk bersama di ruang keluarga. Tousan yang asik menikmati tehnya, Paman Kazuto yang duduk dengan tegap di samping Tousan, Kei yang canggung menatap kami bertiga, dan aku yang duduk santai menatap Tousan dengan tatapan butuh penjelasan.

Kali ini Megumi-nee sedang tidak ada di rumah karena harus menemani Aniki selama beberapa hari di Jepang.

"Lalu, untuk apa kalian datang?" tanyaku.

"Eh ... aku datang hanya karena merindukanmu, Ryu. Kau sudah tidak marah padaku, kan? Jadi, ku putuskan untuk menemui putra tercintaku, " jawab Tousan penuh dengan bangga.

"Ne..." sahutku. "Apa aku terlihat sedang bercanda di matamu, hah?" senyumku tapi dengan aura menggeram yang kutunjukkan padanya.

Tousan yang menyadarinya langsung terdiam dan mengalihkan pandangannya dariku.

"Danna-sama, Oku-sama, dan aku kesini untuk menjelaskan apa yang ingin kau tanyakan, Waka," ucap paman Kazuto memotong deathglare ku pada Tousan.

"Eh? Kaasan juga datang?" sahutku terkejut. "Tapi, aku tidak melihat Kaasan datang bersama kalian?"

"Yukiko langsung berbelanja setelah sampai di bandara. Dia ingin langsung membuatkanmu makan malam setelah sekian lama tidak bertemu denganmu," jawab Tousan.

Haha ... Kaasan memang tidak berubah. Sempat-sempatnya Kaasan berpikir untuk berbelanja di saat seperti ini, apa yang Kaasan pikirkan?

Keadaan menjadi hening. Aku masih menatap Tousan yang masih sibuk mengabaikan pandanganku. Matte!* Bukankah seharusnya itu aku yang marah padanya dan mengabaikannya?
*Tunggu!

"Kazuto, kau bisa memberikan 'itu' padanya," ucap Tousan memecah keheningan.

Tanpa membalas ucapannya, Paman Kazuto mengeluarkan beberapa berkas dan meletakkannya di meja tepat di hadapanku. Tanpa bertanya, aku pun langsung membuka berkas yang pertama.

Saat membacanya, tentu saja aku terkejut mengetahui hal yang tidak pernah ku tahu sebelumnya. Atau lebih tepatnya, mereka tidak memberitahuku sampai hari ini.

Setelahnya, aku pun membuka berkas itu satu per satu. Begitupun dengan Kei yang ada di sampingku, dia sama terkejutnya denganku setelah membaca semua berkas ini.

Apa-apaan semua ini?! Hampir semua jawaban dari pertanyaan yang memenuhi pikiranku selama ini, ada di semua berkas yang Tousan berikan padaku. Tentang klan Inoue, tentang kematian kepala klan Inoue, tentang asal drug yang saat ini menyebar, dan sebagian tentang beberapa grup yang mengincarku walaupun itu masih kecurigaan semata.

Aku mengerutkan keningku. Marah? Kesal? Tentu saja! Kenapa selama ini aku tak mengetahui hal sepenting ini?

Tanpa kusadari, aku meremas salah satu berkas yang sedang ada di tanganku saat ini.

"Ne, Tousan. Apa kau benar-benar ingin menjadikanku sebagai penerusmu? Apa kau mempercayaiku? Atau kau hanya meremehkanku karena aku hanyalah anak SMA yang tidak tahu apa-apa?!" sentakku cukup membuat mereka terdiam.

"Tunggu dulu, Waka. Bukan seperti ..."

"Kalau begitu, jelaskan!" potongku saat Paman Kazuto ingin membela Tousan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gangster x LoverWhere stories live. Discover now