Bab 11: Pengaruh Fian

31 9 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝


≪━─━─━─━─=== • ✠ • ====─━─━─━─━≫

Tak terasa satu bulan telah terlewati setelah pertengkaran besar yang terjadi antara Ana dan Mukhlis. Awalnya, satu minggu setelah pertengkaran itu Ana merasakan perubahan pada Mukhlis yang sesuai Ana harapkan. Namun selepas dari satu minggu itu, Ana merasa bahwa Mukhlis telah kembali lagi ke sifat awalnya.

Ana mulai merasa bahwa Mukhlis tak benar-benar serius ingin berubah. Ia hanya berusaha mengambil hati Ana, memanfaatkannya saja, dan memang benar-benar tidak bisa berubah.

Ana yang sudah mulai lelah pun perlahan mengurangi rasa sayangnya. Ia sengaja melakukan itu untuk waspada jika suatu saat ia putus, ia sudah siap dan bisa cepat move on serta tidak terlalu merasakan sakit hati.

Saat itu pun hubungannya dengan Irwan sudah mulai merenggang, karena Irwan susah jarang sekali memberinya kabar. Entahlah, atau dia sudah mempunyai perempuan baru, Ana pun tidak tahu.

Sampai akhirnya, Ana berkenalan dengan seorang lelaki lewat media sosial yang bernama Fian. Awalnya, Fian pintar sekali mengambil hati Ana. Sehingga, Ana pun terperdaya dan akhirnya ia percaya pada semua yang Fian katakan. Bahkan Fian pun mendesak Ana untuk berpacaran dan Ana pun mau.

Ana mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada hubungannya. Mulai dari toxic-nya hubungannya, ia sudah tak perawan, sampai akhirnya ia berselingkuh.

Akhirnya, kesempatan tersebut dimanfaatkan Fian untuk memanfaatkan Ana tanpa Ana tahu.

Bahkan Fian meminta foto-foto Ana, video bugil Ana, dan juga mengajaknya vcs beberapa kali. Dengan segala cara ia mensugesti Ana, Ana pun menuruti semua kemauan Fian.

Bahkan Fian pun menyuruh Ana untuk memutuskan Mukhlis karena hubungannya yang sudah sangat tidak sehat. Entahlah, Ana justru lebih percaya pada Fian dan berusaha untuk memutuskan Mukhlis.

Padahal, ia dan Fian baru kenal selama tiga hari. Namun dengan mudahnya, ia percaya begitu saja.

Keesokan harinya, tidak ada angin tidak ada hujan Ana langsung mengirimkan pesan pada Mukhlis dengan topik yang sangat serius. Ia terang-terangan mengatakan kepada Mukhlis bahwa ia ingin berhenti berhubungan badan lagi.

Mukhlis yang membaca itu langsung emosi. Bukankah perjanjian awal sebelumnya mereka tetap melanjutkan kegiatan itu? Namun Ana merasa bahwa Mukhlis telah melanggar janji, karena perlahan Ana mulai dikekang lagi. Padahal perjanjiannya Ana tidak dikekang, namun mereka tetap berhubungan badan.

Mukhlis pun bertanya mengapa Ana tiba-tiba mengajaknya demikian. Lalu Ana mengatakan bahwa selama ini ia sudah cukup sabar menghadapi semuanya, terutama masalah keluarganya. Bahkan ia terang-terangan mengatakan bahwa ia ingin kabur dari rumahnya.

Akhirnya setelah melalui percekcokan yang panjang, Mukhlis pum menelpon Ana dan mengatakan pada Ana.

“Kamu kenapa sampai segitunya? Sampai bawa-bawa pengen kabur. Emang cuma kamu aja yang punya masalah besar dan tertekan di keluarga? Tanpa kamu tahu, aku juga ngerasain hal yang sama, Bahkan aku lebih parah. Apalagi usaha aku sekarang bangkrut, hutang keluargaku banyak, dan sekarang aku pengangguran belum dapat kerja. Bahkan keluargaku juga sering ngata-ngatain aku. Di situasi ini, aku butuh seseorang yang bisa support aku. Dan kamu, seseorang yang aku harap bisa jadi sandaran aku malah kayak tai! Kalau kayak gini malah mengacaukan pikiran aku. Gimana gak tertekan jadi aku?” Mukhlis menjelaskan semua dengan nada tinggi, hingga membuat Ana kembali menangis.

Namun Ana sadar, semua yang Mukhlis katakan samata-mata hanya untuk membuat Ana luluh kembali. Ana pun tetap berpegang teguh pada pendiriannya.

“Ya kan aku cuma minta buat stop aja buat nggak berhubungan badan lagi. Kenapa malah topiknya jadi ke mana-mana gini, sih?” tanya Ana karena heran.

“Udahlah nggak usah bahas itu dulu. Aku mau bahas soal kamu mau kabur. Yakin kamu mau kabur dari aku? Jangan harap kamu bisa kabur dan lepas dari genggaman aku. Kalau kamu kabur, justru aku yang bakal nyalakain keluarga kamu, dan aku nggak main-main soal itu!” ancam Mukhlis lewat telepon.

“Eh ya nggak bisa gitu. Kamu nggak bisa seenaknya sama keluargaku. Mereka nggak salah, bahkan keluarga aku nggak tahu apa-apa soal masalah ini,” sarkas Ana karena tak terima.

“Tetep aja, karena mereka gak ngerestuin kita. Kalau aku nggak bisa dapetin kamu, ya aku bakal hancurin keluarga kamu. Aku bisa ngelakuin semua yang aku mau, termasuk ngehancurin siapa pun yang ngehalangi aku buat dapatin kamu!” ancam Mukhlis lagi.

“Ya tapi nggak usah gitulah. Lagipun juga aku cuma bilang aja, nggak bener-bener mau kabur,” tukas Ana karena tak tahu harus menjawab apa.

Percekcokan pun terus terjadi hingga satu jam lamanya. Bahkan Mukhlis memaksa Ana untuk menemuinya di sebuah taman di daerah mereka, namun Ana dengan tegas menolak karena hari sudah sore. Jelas ia tak mungkin diizinkan keluar oleh orang tuanya.

Mukhlis tetap memaksa, namun kali ini Ana benar-benar berani menolak, karena ia sudah dipengaruhi oleh Fian yang membuatnya berani membantah.

Akhirnya Muklis memutuskan untuk datang ke rumah Ana guna menyelesaikan masalah hari itu juga.

Anak yang ketakutan pun hanya bisa menangis dan bertanya apa yang harus ia lakukan. Lalu Fian menenangkannya dan memberinya saran supaya Ana meminta dari salah satu keluarganya untuk menemaninya ketika Muklis datang guna mencegah hal-hal yang tidak inginkan terjadi. Karena saat itu, Mukhlis dalam keadaan emosi.

Awalnya, Ana takut karena selama ini ia selalu menyimpan semuanya dari keluarganya. Namun kali ini ia merasa bahwa sudah waktunya semua harus terbongkar. Sehingga dengan berat hati ia pun mengatakan kepada ibunya. Namun, ibunya tak mau tahu. Akhirnya ibunya menyuruh Ana untuk mengatakan kepada ayahnya.

Sesuai arahan Fian, Ana mengatakan kepada ayahnya bawa Mukhlis akan datang ke rumahnya sebentar lagi. Ana mengatakan bahwa ia ingin fokus sekolah, namun Mukhlis tetap bersikeras ingin serius dengannya. Bahkan setelah wisuda beberapa bulan yang lalu, ayah Mukhlis sempat berbicara dengan Ana menanyakan bagaimana selanjutnya hubungan mereka.

Meskipun Ana sedang menangis, beruntunglah ayahnya sabar. Sehingga ia mengatakan pada Ana bahwa mereka akan menghadapi Muklis sama-sama nanti.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...

Salam
Eryun Nita

ALANA: Bad Girl VS Bad Boy [End]Where stories live. Discover now