Hello My Future Girlfriend!

7 8 3
                                    

[H-3]

Rencana sudah di mulai setelah empat bulan Ray dan Max dekat karena Brayden, dan Brayden berpacaran dengan siswi yang ia pilih, yaitu Caitlyn nama pacarnya.

Max dan teman temannya sedang makan di kantin seraya melemparkan canda tawa di sana. "Eh, gimana kabar lo sama Caitlyn, Awet?" Tanya Ray sambil meminum kopinya. "Aman bro" Brayden menjawabnya dengan singkat.

"Cewek yang sering ngejar lo gimana? Sekarang udah aman atau masih di kejar?" Tanya Max balik, ia tau Brayden rada cemas dengan pertanyaan itu. "Tau, itu cewek maunya apa sih, udah kaya doggy ngejar ngejar kalo ketemu ray" kata Raffael yang bosan dengan tingkah laku si cewek kuncir kuda itu.

Bangsat, my future girlfriend itu, enak aja ngata ngatain. Gumam Max di dalam hatinya yang paling dalam.

"Aelah bacot lo Raf, mulut lo kaya cewek bangke" ucap Ray mengumpat Raffael. Raffael hanya bisa tersenyum manis mendengar dirinya di beri umpatan. "Bisa gak, nggak usah bahas itu cewek? Muak gue lama lama" Lanjutnya menjelaskan situasi.

"Lo ada nomor hp itu cewek ga?" Tanya Max. Jelas itu membuat Ray curiga, untuk apa nomor cewek nyebelin itu?. "Lo minta aja sendiri ke orangnya, tuh orangnya lagi jalan ke sini." Hal itu membuat Ray langsung bergegas pergi dari tempat itu. Brayden dan Max di tinggalkan begitu aja.

"Sayang? Kamu enggak ada kegiatan eskul?" Tanya siswi yang memeluk Brayden dari belakang. "Enggak, aku lagi mau nyatai, kenapa?" Brayden mengelus tangan pacarnya itu dan menyuruhnya duduk di sebelahnya. "Aku kangen, mau dating sama kamu" Jelas Caitlyn. "Pulang sekolah, oke?" Ucap Brayden dan menyuruhnya pergi, sebagai perpisahan Brayden mengecup kecil bibir kecil pacarnya itu.

"Ehemm, lo anggap gue mati?" Mereka berdua buat Max rada Jijik ngeliat kelakuan bucin versi cuek dari Brayden. "Enggak, lo dari tadi minum es kan, lagian ngapain liatin gue sama doi gue? Kenapa nggak perhatiin cewek lo sendiri?" Ejek Brayden yang membuat Max memilih mencari Yorch.

Max menemukan keberadaan Yorch di sebuah ruangan kosong, tidak ada apapun di sana, yang jelas kata Yorch itu ruangan miliknya. Ia akan menguasai ruangan itu cepat atau lambat akan menjadi miliknya. Jelas memang Yorch sudah memilih eskul Jurnal yang di dirikan oleh kakak tingkat angkatan ke dua dan sudah berdiri selama enam belas tahun lamanya.

"Ngapain lo? Ganggu gue semedi aja" kata Yorch yang menyadari kedatangan Max. "Gue kesel sama kelakuan temen lo, bisa bisanya pacaran di depan gue" ucapnya seraya mengadu seperti wanita. Yorch hanya ketawa karir dan meledeknya karena kelamaan menjomblo.

Setelah meledeknya habis habisan, ia mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan ke arahnya. "Guys, ini Elvano, yang bakalan ngelakuin teori cinta selama dua puluh satu hari, say hello dong, El." Max menutup wajahnya sambil tertawa malu, lalu Yorch menyuruhnya untuk percaya diri dan melakukan dokumenter.

"Ayolah, El, Bilang apa gitu, nggak seru kalo buat eksperimen tanpa dokumentasi" dan mereka pun membuat vidio ulang, Max pun mengikuti kemauannya. "Gue yakin, dengan cara ini, cewek yang gue mau bakalan tergila gila sama gue" jelas nya percaya diri. "Hahaha, tergila gila sampe kaya gimana tuh? Enggak mau kehilangan?" kata Yorch menimpalinya dengan ledekan.

Max dan Yorch jadi tertawa kegirangan karena saling meledek satu sama lain. "Udah gue simpen ya, dokumentasinya, kita buktiin, kalo kurang dari dua puluh satu hari lo menang, tapi kalo lebih dari dua puluh satu hari, lo harus jajanin gue sampe kuliah." Max tersenyum dan mengacungkan jempol sebagai jawabannya.

Sebenarnya, Max sudah tak sabar untuk memulainya. Akan tetapi, ia mulai sibuk di semester pertama dan kedua saat kelas 10, bahkan jarang pulang ke Indonesia karena ia harus mengikuti Traning dan juga mengikuti banyak acara di Canada. Demi sekolah.

Kenapa demikian? Karena Sang Ibunda alasannya, ia selain menjadi Donatur sekolah, ia juga adalah Ketua Komunikasi Internasional sekolahnya. Jadi, anaknya wajib mengikuti semua acara yang berhubungan dengan luar negeri dan akan bebas saat lulus nanti, sepertinya. 

Bahkan saat dirinya di Canada, hampir melupakan bentukan dan wajah cewek yang ia sukai. Untung saja Yorch berhasil menjadi ketua Jurnal dan memberi banyak berita absurd yang selalu di post setiap hari rabu. Ia selalu bersyukur dan berterimakasih pada Yorch karena menolongnya untuk mengingat siswi itu.

Sejak awal Max hanya di perbolehkan untuk membawa nama baik sekolah seorang diri, tapi ia membantah. Dengan baik hati dan penuh kemenangan, ia mengajak teman baiknya, siapa lagi kalo bukan Brayden. Ia tak ingin temannya itu menjadi BuLol (Bucin Tolol). Untungnya Brayden tak menolak permintaannya walaupun Yorch membantahnya, karena akan membuat rencananya gagal setengah persen.

Brayden sengaja ikut Max ke Canada, karena ia benar benar jatuh cinta pada Caitlyn dan tak ingin mempermainkan hati wanita yang ia cintai. Memang awalnya ia hanya ingin mempermainkannya karena ia suka dengan sikap Yorch, tapi rasa nyaman yang di buat oleh Caitlyn lebih tergoda daripada sikap Yorch.

Sempat waktu semester awal kelas 11, Yorch memasang kamera tersembunyi hanya untuk Max melihat kelakuan cewek yang ia sukai itu. Dan ada suatu hal yang membuatnya memutuskan bahwa semua kegiatan di Canada harus di selesaikan di semester itu juga. Tapi takdir berkata lain.

21 Days Theory of Love | ETINAZNATTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang