Menerima Kenyataan

14 8 2
                                    

[H-10]
Tok, tok, tok

"Sayang bangun nak, sudah siang, bunda di dapur ya bikin sarapan.." Dara mengetuk pintu kamar Ciela dan langsung pergi ke dapur tanpa menunggunya bagun.

Ciela membuka matanya dan melihat ke jendela kamarnya yang tertutup korden. Dirinya bangun dan duduk di pinggir kasur, berdiam sejenak dan setelahnya pergi ke kamar mandi lalu bersiap-siap.

Cklekk, Ciela membuka pintu dengan seragam yang sudah ia pakai dan tas yang ada di pundaknya.

"Yona sayang, kita makan dulu, habis itu baru kamu berangkat ya" ucap sang Bunda yang menyiapkan piring porsi anaknya. Ciela duduk di kursi dan meletakkan tasnya di atas meja makanan.

"Bun, hmm, Yona takut bun, takut ngeliat ekspresi temen-temen Yona" ucap Ciela yang memegang roti selai blueberry yang di siapkan bundanya.

"Sudahlah Yona, bunda yakin mereka akan mengerti kamu dan mendukung kamu selalu" ucap sang Bunda yang duduk di depan anaknya.

"Tapi bun~" ucapan Ciela terpotong oleh sang Bunda yang meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Like 'stttt'.

"Oh ya, Bunda mau antar kamu sekolah nanti, jadi kamu gak perlu bawa kendaraan dari rumah, sekalian bunda mau ada pertemuan sama guru-guru kamu," ucap sang Bunda sambil memakan Roti miliknya. Ciela mengangguk mengerti dan menyelesaikan makannya.

Dalam perjalanan Ciela menatap Bundanya ragu, takut akan dirinya mengetahui tentang orang yang dia ceritakan.

Mereka berdua jalan bersamaan masuk ke gerbang sekolah, sudah seperti pemikirannya, mereka berdua di lihat oleh siswi-siswi dan berbisik-bisik. Ciela yang langsung menengok ke Bundanya sedikit terkejut karena Bundanya tersenyum lebar pada semua orang.

"Kalo gitu bunda ke kantor guru dulu ya, nanti pulang bunda jemput, jangan main-main dulu, oke?" Ciela mengangguk dan mereka berdua berpisah.

Ciela berjalan masuk ke kelasnya, dan duduk diam di tempatnya.

"Ci, tante Dara mau selesain berita yang waktu itu tersebar ya?" ucap Alma yang duduk di depannya. Ciela menggeleng tidak tahu.

"Bukan lah, kayanya perwakilan orang tua deh, soalnya Brayden bilang semua orang tua perwakilan kelas ada rapat hari ini" jelas Caitlyn.

"Lah, Cici kan bukan perwakilan kelas, kenapa tante Dara ikut rapat itu?" bingung Alma.

"Sas, Ibu lo jadi dateng buat jadi perwakilan orang tua kelas?" tanya Sylvie pada Saskia yang ada di sebrang bangkunya, Saskia merupakan anak perwakilan kelasnya.

"Iya Sil, Ibu gue udah gue anter tadi ke ruang rapat, emang kenapa Sil?" ucap Saskia.

"Enggak, nanya doang, thanks" ucap Sylvie yang langsung mengubah posisi tubuhnya menghadap pada Ciela.

"Itu berarti tebakan gue gak salah dong?, Karena gue denger dari Fanny anak jurnal, berita tentang Ciela sama Max udah tersebar sampai grup orang tua," jelas Alma.

"Max menggugat berita itu buat di hapus emangnya? Atau Tante Lidya yang mau hapus berita itu" tanya Caitlyn yang menatap Kinan bukan Alma. Lidya a.k.a Ibunya Max.

"Kinan gak tau Ca, di grup perkumpulan istri Max gak ada info apa-apa," jelas Kinan dan Caitlyn langsung menghadap Sylvie.

"Nih, kata Diara, gak ada yang menggugat berita itu, dia juga bilang kalo ortu Elvano nerima berita itu" jelas Sylvie menunjukan ponselnya sebagai tanda bukti dirinya yang sudah bertanya lewat Line.

"Gue penasaran deh, Tante Dara kenapa ya pulang tiba-tiba terus datang ke sekolah???" Alma sangat penasaran dan memegang pipi Ciela dengan kedua tangannya.

21 Days Theory of Love | ETINAZNATTWhere stories live. Discover now