❇Bagian 24➖ Ilusi❇

8.8K 752 192
                                    

Selatan. Aku tidak masalah dengan gunung ini menghadap ke arah manapun. Hanya saja, kenapa harus kebetulan sekali. Tapi, bukan berarti aku harus menyangkut pautkan perihal gunung dan tempat tinggal setan itu. Semuanya hanya kebetulan, tidak ada hubungannya sama sekali.

Selepas mengobrol singkat bersama Janu, dengan tubuhku yang baru saja pulih dari keguguran, aku memutuskan untuk tidur lebih awal.

Entah lah... rasanya aku sangat lelah sekarang. Mungkin baru pertama kali naik gunung sehingga baru segini sudah kelelahan. Memalukan!

"Gue tidur duluan boleh gak, sih?" Kataku pada teman-teman, dan juga Janu.

"Yaudah sono tidur duluan. Entar gue nyusul," jawab Aldo sebagai teman satu tenda bersama dengan Janu.

"Yaudah, tidur duluan yah," kataku, berpamitan pada mereka yang masih asik menikmati malam di atas gunung.

Namun, pada saat aku akan memasuki tenda, Janu datang.

"Janu. Kok ikutan ke tenda. Ngantuk juga?," tanyaku karena ini sudah jam 10 malam.

"Belum sih Ka. Cuman pengen istirahat aja. Sekalian nemenin," jawabnya, di akhiri dengan senyuman. Memang, Janu ini anak yang sopan, dan ramah tentunya.

"Yaudah," kataku, sedikit senang karena ada yang menemani. Awalnya aku sudah khawatir sendirian. Setelah mengenal setan yang bernama Caraka, aku jadi benci sendirian. Aku takut dia datang saat aku sedang sendirian.

Lalu, kami berdua masuk ke dalam tenda. Dilanjutkan dengan bebenah untuk tidur yang dibantu oleh Janu. Dia yang paling tau dalam hal seperti ini.

Setelah itu, aku mempersiapkan diri untuk tidur, berbaring melihat ke arah Janu yang sedang bermain ponsel.

Perlahan mataku mulai berat, dan Janu pun yang tahu aku kelelahan tidak mengajakku berbicara, melainkan membiarkanku untuk tenang.

Semakin lama semakin berat, lalu aku tak ingat apa-apa lagi. Dan pada saat aku membuka mata, hal pertama yang ku lihat adalah langit malam yang penuh dengan taburan bintang. Terlihat jelas, dan terasa lebih terang dari sebelumnya.

Memang, langit saat di atas gunung seperti ini akan terlihat lebih jelas. Hanya saja....

Bukannya tadi aku tidur di dalam tenda? Lantas itu, apa ini?

Tersadar, bukan lagi di dalam tenda melainkan di luar ruangan, bukan main lagi hatiku sangat terkejut.

Saat aku mencoba melihat sekeliling, dan ternyata.......

Aku sedang berada di atas pohon. Bukan, bukan di atas lagi. Melainkan benar-benar di atas pohon. Jika bergerak sedikit aja, hal itu akan memicu terjadinya benda terjatuh ke bawah.

Ini adalah ujung pohon di pohon yang paling tinggi. Sebab, aku tidak bisa melihat pohon yang lebih tinggi dari yang ku pijak saat ini. Sial!

Tak perlu dibicarakan lagi, pasti Caraka..

Kemana perginya dia?

Tidak peduli jika dia tidak juga muncul. Yang terpenting saat ini adalah, bagaimana caranya aku turun. Aku tidak bisa terbang, dan aku juga takut jatoh.

Demi apapun. Nyawaku seperti akan terlepas setiap kali melihat ke bawah. Betapa tingginya pohon ini. Hingga untuk bernafaspun rasanya sulit.

Caraka sialan!!

"Wooyyyy!!! Gue ada di sini! Tolongin oyyy!!," teriakku, berharap seseorang mendengar teriakanku, dan bisa membantuku. Terlebih lagi, aku harap teman-temanku juga bisa mendengar. —Ku mohon....

"Anjirr lah... tolongin gue, oyyy!"

"Janu..... "

"Ujang... Dean... Aldo...."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐓𝐨𝐮𝐜𝐡 𝐌𝐞 (𝐌𝐢𝐭𝐨𝐬) 𝐌-𝐏𝐫𝐞𝐠Where stories live. Discover now