❇Bagian22➖Berkemah❇

5.4K 586 42
                                    

Setelah aku mengusirnya, aku tidak tahu kejadian selanjutnya kerena, setelah itu aku melihat dunia berubah menjadi gelap.

Saat mulai kembali lagi melihat dunia yang penuh dengan cahaya, aku menemukan diriku terbaring lemah di tempat tidur. Bahkan, tubuhku pun terbungkus selimut yang hangat.

Tanpa perlu dijelaskan, aku sudah tahu, siapa yang sudah merawatku.

Aku tidak ingat apapun, dan aku juga tidak ingat —sudah berapa lama aku terbaring seperti ini. Tapi, aku tidak lupa dengan kejadian sebelumnya.

Dia sudah membunuh anakku!

Dia tidak akan pernah tahu, bagaimana rasanya kehilangan, hanya aku benar-benar merasakannya. Aku sudah tidak merasakan keberadaannya lagi. Rasanya benar-benar kosong. Dengan kejadian ini, hal itu membuat ku yakin bahwa, dia tidak mengerti dunia manusia.

Teringat kembali bahwa, dia(calon bayi) pernah ada di dalam sini(perut), hatiku kembali merasakan rasa sakit yang luar biasa sakit nya. Aku yang payah ini, hanya bisa menangis merasakan sakit.

Bahkan, sampai detik ini, aku masih berharap, ada sebuah pergerakan yang ku rasakan. Semoga aja dia tidak serius melakukan itu.

Hatiku rasanya seperti teriris-iris, yang tercampur dengan amarah kebencian.

Sampai mati, aku tidak akan pernah bisa memaafkannya!!

Sekarang, rasanya aku tidak memiliki semangat lagi. Aku hanya berharap, semuanya hanya mimpi, entah itu dia atau apapun itu, aku harap semuanya hanya mimpi.

Aku lelah...

Melihat pada jam di dinding, itu sudah pukul 10 pagi. Tapi, aku tidak tahu, hari apa sekarang.

Saat aku akan mencari ponsel yang entah ada di mana, aku masih merasakan sakit saat akan menggerakkan tubuh.

Persetan!

Aku mengeram kesal, sekaligus kecewa.

Ternyata, tidak ada mimpi yang seperti ku harapkan. Sial nya, ini nyata!

Sedikit meremas perut, menarik nafas panjang, aku mencoba untuk bangun dari tempat tidur —aku harus bangkit, tidak boleh terus-terusan payah seperti ini.

Sakit, masih sakit!

Dia memang setan berengsek —yang taunya cuman nyakitin!

Setiap rasa sakit yang masih ku rasakan, kata umpatan akan selalu ku arahkan untuknya.

Setan sialan!

Setan berengsek!

Setan keparat!

Dengan susah payah —tertatih-tahih aku berjalan, akhirnya aku bisa mencapai meja belajar, untuk mengambil ponsel yang berada di sana.

Lalu, aku duduk di kursi, melihat waktu yang terlihat di layar ponsel. Itu adalah hari kamis. Sudah dua hari aku berbaring seperti itu. Tapi aku tidak mati.

Bukan kah seharusnya aku mati?

Selain itu, seharusnya aku juga mengalami perdarahan.

Saat aku mulai bisa menggunakan kembali otakku, aku mulai bisa memikirkannya satu persatu.

Aku keguguran, seharusnya ada perdarahan.

Saat teringat —seharusnya aku mengalami perdarahan, seketika, aku langsung membuka celana dan melihatnya sesaat.

Sial!

Terakhir kali, aku memakai celana dalam berwarna biru tua, sekarang menjadi putih.

Baju yang aku kenakan pun, telah berganti. Berganti dengan sepasang piyama.

𝐓𝐨𝐮𝐜𝐡 𝐌𝐞 (𝐌𝐢𝐭𝐨𝐬) 𝐌-𝐏𝐫𝐞𝐠Where stories live. Discover now