Bagian Tiga Puluh

779 76 17
                                    


Kelompok Cheongsan menunggu dengan cemas di atap. Suara tembakan memenuhi indra pendengaran mereka. Zombie dari lapangan yang mendengar suara kencang itu berlarian masuk kembali ke gedung. Hal itu membuat mereka khawatir.

Empat tentara yang turun memang memiliki peralatan lengkap, tapi apa itu cukup untuk melawan hampir semua warga SMA Hyosan yang telah berubah jadi mahluk mengerikan itu?

Namra melihat kearah Suhyeok yang merangkul pundaknya. Ia tidak menyadari batapa dekatnya mereka satu sama lain hingga saat ini. Suhyeok tengah melamun, entah memikirkan apa.

"Suhyeok," panggil Namra.

Merasa namanya dipanggil, pemuda itu segera menoleh kearahnya. "Hm, kenapa?"

"Bagaimana jika... mereka menemukan ini?" Namra menyibak poni yang menutupi mata kirinya yang memerah. Dia khawatir, sangat khawatir akan ketahuan.

"Mereka mungkin hanya akan mengira itu terluka," jawab Suhyeok sambil kembali menurunkan poni Namra, "Atau kita bisa menutupinya dengan sesuatu nanti."

Suhyeok lalu memeriksa lengan Namra yang sebelumnya digigit oleh Gwinam. Lukanya sudah sembuh, bahkan tidak ada bekas luka. Secepat itu. Hebat.

"Jangan khawatir. Kita akan—" Kalimat Suhyeok terpotong saat satu persatu tentara mulai muncul kembali dari sisi gedung. Helikopter juga tampak mendekat.

Ini waktunya mereka pergi.


ㅡ 지금 우리 학교는 ㅡ


"Kami akan menarik kalian satu per satu. Tolong tetap diam walau merasa takut. Mengerti?" Salah satu tentara memberikan instruksi kepada mereka.

"Helikopter tidak akan mendarat?" tanya Nayeon.

Sang tentara menggeleng, "Tak memungkinkan karena gedung tak aman," jelasnya.

Helikopter hanya terbang rendah di dekat gedung. Lampunya menyorot mereka semua. Hanna merasa telinganya berdengung mendengar suara baling-baling helikopter. Dia melirik kearah Namra yang juga menutup telinga dengan tangannya.

Sepertinya ini akibat dari memiliki pendengaran super zombie.

"Dia akan menarik kalian. Jadi, kalian tak perlu khawatir." Perkataan dari tentara itu menjelaskan kenapa sebuah tali bergantung dari helikopter.

Mereka akan ditarik dengan tali ke atas helikopter. Itu tampak lebih menakutkan dari wahana apapun di taman bermain.

Setelah salah satu tentara sudah menginjakkan kaki di dalam helikopter, giliran mereka untuk bersiap naik.

"Kalian tidak bisa naik sekaligus, jadi harus satu per satu."

Cheongsan mengernyit, "Tidak semua bisa naik?"

"Kalian semua akan ikut tapi naik satu per satu."

Onjo berbalik ke arah Nayeon, "Nayeon, kamu duluan."

"Aku?" Nayeon tak tahu kenapa dia yang harus naik duluan.

"Iya, kamu dulu. Cepat." Gyeongsu menyetujui itu.

Nayeon berjalan ke arah dua tentara yang sedang menyiapkan tali untuk naik. Dia gugup, tapi dia sudah melewati yang terburuk tadi siang. Naik ke helikopter dengan tali pengaman tidak semenakutkan turun dengan selang pemadam.

Setelah semua sudah terpasang dengan baik, tali itu mulai menarik Nayeon ke atas. Gadis dengan cardigan merah muda itu bernafas lega. Dia akhirnya benar-benar bisa pulang. Nayeon berdoa agar Ibunya juga sudah berada di pengungsian sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Attack On SchoolWhere stories live. Discover now