Bagian Empat

1.2K 130 0
                                    


Onjo, Soyeon, dan Cheongsan telah sampai di dalam gedung sekolah mereka. Keadaan di semua sudut sekolah juga sama kacaunya dengan di kafetaria. Tapi beruntungnya mereka bisa menghindari semua kekacauan yang ada hingga sampai di lantai empat gedung sekolah yang lebih tenang.

Dengan tangannya yang gemetar, Onjo memeriksa ruangan kelas satu persatu untuk melihat apakah ada ruangan kosong yang dapat mereka gunakan untuk bersembunyi. Ketiganya kemudian menyusuri lorong itu hingga sampai di depan kelas mereka sendiri.

Di dalam sudah ada beberapa murid yang berdiri sambil membicarakan sesuatu dengan raut cemas. Cheongsan berusaha menggeser pintu kelas namun tidak berhasil, sesuatu menahannya dari dalam.

Mereka bertiga akhirnya menggedor pintu geser itu, membuat orang-orang di dalam kelas mulai berdebat satu sama lain. Cheongsan menuju salah satu jendela kemudian menggesernya terbuka, "Hei! Buka pintunya!"

"Cepat!" Seseorang kemudian membukakan pintu untuk mereka, Onjo dan Cheongsan segera masuk ke dalam kelas. Soyeon berada di belakang mereka, melempar alat pemadam api ke beberapa zombie yang mendekat dan segera mengikuti dua sahabatnya. Begitu gadis itu masuk, pintu dan jendela langsung ditutup rapat.

"Apa kalian baik-baik saja?" Gyeongsu mendekati ketiganya yang disusul anggukan singkat dari mereka. Di dalam kelas ternyata cukup banyak murid yang selamat, dan hal yang melegakan bagi Onjo dan Soyeon adalah kehadiran Isak di sana.

"Onjo! Soyeon!" Isak berlari menuju kedua sahabatnya, memeluk keduanya dengan erat. Gadis itu kemudian menyeka noda darah dari pipi Soyeon.

"Kalian baik-baik saja, kan?" tanya Isak khawatir. Onjo dan Soyeon mengangguk tanpa suara.

"Bagaimana keadaan di luar sana? Apa juga sama?" Gyeongsu bertanya pada Cheongsan yang malah melangkah menuju jendela.

Jeritan para siswa masih terdengar berentetan dari luar, sejenak pemuda itu menatap keluar sebelum kemudian pintu kelas kembali berbunyi, mengambil alih perhatian semua orang. Dari luar, siluet seorang pemuda tinggi dengan muka penuh noda putih tengah sibuk mencoba membuka pintu.

"Itu Daesu." Soyeon berkata. Woojin melangkah membukakan pintu dengan sedikit ragu. Begitu Daesu masuk ke dalam, pintu kembali di tutup dengan cepat. Nayeon kemudian memberikan sebuah sapu tangan dari loker kepada pemuda itu.

Segera menyeka wajahnya, ekspresi Daesu berubah kesal. "Sialan! Mereka sangat agresif!" dengusnya dengan nafas yang masih tidak beraturan.

Woojin berjalan kearahnya, "Apa yang terjadi denganmu?" tanyanya sambil melihat wajah Daesu yang kotor dan dengan sedikit jejak darah.

"Orang gila berlarian di lorong dan menyemprotkan isi alat pemadam ke wajahku."

"Itu aku." Soyeon menjawab jujur. Daesu menoleh kearahnya dengan wajah bersalah setelah memaki gadis itu tepat di depannya, "Maaf..."

Soyeon mengangguk kecil, tidak merasa tersinggung sama sekali. Tadi mereka sangat panik, jadi saat Soyeon melihat alat pemadam di dekat tangga, ia langsung mengambilnya dan menyemprotkannya ke segala arah. Lagipula dari sebuah serial televisi yang Soyeon lihat, alat pemadam kebakaran memang bisa digunakan menjadi alat pertahanan diri dari monster.

"Lalu darah itu?" Nayeon berganti bertanya, gadis itu dapat melihat mata Daesu yang agak memerah tapi tak semerah mahluk yang kini berkeliaran di luar, tidak ada tanda-tanda perubahan lainnya pada Daesu.

Daesu menggeleng, "Itu bukan darahku," jawabnya.

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi?"

"Siapa yang tahu?" Gyeongsu mengendikan bahunya, sama sekali tidak mempunyai ide tentang kekacauan ini.

Attack On SchoolWhere stories live. Discover now