Bagian Dua Puluh Lima

928 99 28
                                    

Hanna bangkit dari duduknya, menyingkirkan sebuah kain putih yang menyelimuti tubuhnya. Dia memeriksa suhunya sendiri, dan ternyata sudah normal sepenuhnya. Gadis itu lalu berjalan ke pintu, memutar kenopnya namun terkunci.

Jadi yang ia lakukan adalah mengetuk pintu itu keras, "Hei! Buka pintunya!" teriaknya. Namun berapa kali pun ia mencoba, tidak ada jawaban dari luar. Ada sedikit keributan aneh yang terdengar, tapi Hanna sama sekali tidak yakin apa itu. Dia akhirnya mencoba membuka pintu sekali lagi, namun hasilnya tetap nihil.

"Apa ada seseorang di luar?!" Hanna berubah panik. Apa mungkin mereka meninggalkannya sendiri? Atau ada sesuatu yang buruk yang terjadi?

Sekali lagi ia mencoba memutar kenop pintu, menariknya dengan sekuat tenaga. Dan saat itu juga ia terdorong mundur, hampir terjerembab ke belakang. Dengan kebingungan, ia melihat kenop pintu yang sudah lepas sepenuhnya dan berada di tangannya.

Apa pintunya sudah tua? Kenapa bisa lepas seperti itu?

Hanna lalu melirik melewati lubang yang dihasilkan setelah ia menarik kenop pintu dari tempatnya. Sesuatu mendekat dan mendorong pintu, menunjukkan sesosok zombie yang mendesis mengerikan.

Refleks mundur, Hanna tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak memiliki senjata untuk melawan dan bahkan kehilangan teman-temannya. Zombie itu menunduk, mengendus Hanna beberapa kali, sebelum akhirnya pergi begitu saja melewatinya.

Melihat kesempatan, Hanna segera keluar dari ruangan itu, menutup kembali pintu ruang penyimpanan dan menemukan fakta bahwa ruang musik telah sepenuhnya berantakan dengan benda-benda yang berserakan di tengah ruangan. Ruangan itu juga dipenuhi zombie, namun anehnya mereka sama sekali tidak mengejar Hanna, seolah tidak mengetahui keberadaan manusia di sana.

Sambil gemetaran, Hanna berjalan ke pintu keluar. Sedikit ragu kemana ia harus pergi. Hingga saat gadis itu berjalan melewati lorong, beberapa zombie berlarian ke arah tangga, melewatinya ke lantai atas. Gadis itu mendengar suara, seperti perkelahian dari lantai atas.

Atap.

Benar, mereka mungkin pergi ke atap.

Ia harus pergi ke sana.

ㅡ 지금 우리 학교는 ㅡ

Kelompok berubah panik saat menemukan fakta jika pintu untuk akses mereka ke atap terkunci. Tidak ada yang tahu beraa kata sandi yang bisa digunakan untuk membuka dari dalam. Walaupun Daesu, Woojin, dan Gyeongsu sudah mencoba mendobrak pintu itu bersamaan, tidak ada efeknya. Pintu itu tetap tertutup rapat seperti sebelumnya.

Namra mendengar puluhan langkah kaki yang datang mendekat, segera menyimpulkan jika itu para zombie yang menuju ke mereka. Dia menepuk lengan Suhyeok di sampingnya, "Mereka datang."

"Siapa?"

"Zombie."

Nafas Suhyeok tercekat. Apa secepat itu? Ia ingat Daesu sudah menutup pintu agar bisa menahan zombie lebih lama, apa tidak berguna?

Cheongsan yang ikut mendengar pernyataan Namra segera meraih sebuah tongkat baseball. Suhyeok juga menemukan sebuah tongkat kayu yang pasti bisa berguna, "Terus coba buka, kami akan menahan mereka sebisanya."

Melihat sahabatnya hendak melawan para zombie, Gyeongsu juga ikut bergabung walaupun tidak ada senjata yang bisa ia temukan.

"Sebentar lagi," gumam Namra, berfokus pada suara-suara yang memenuhi telinganya. Tak perlu waktu lama lagi, zombie-zombie datang satu persatu, seperti yang dikatakan Namra.

Suhyeok memukulkan kayu pada zombie pertama, namun tongkat itu tidak cukup kuat dan akhirnya hancur berkeping-keping. Pemuda itu kemudian memutuskan untuk kembali menendang para zombie menjauh. Sedangkan Cheongsan berkali-kali memukulkan tongkat baseball yang lebih kokoh ke beberapa zombie, memukul mundur mereka. Saat dua zombie membuatnya kewalahan, Gyeongsu segera menyingkirkan zombie itu dari sahabatnya.

Attack On SchoolWhere stories live. Discover now