Bagian Dua Belas

728 93 1
                                    

Langit sudah mulai gelap, beberapa bintang pun telah muncul menghiasi langit. Namun pemandangan indah itu sama sekali tidak cocok dengan situasi yang ada di lapangan SMA Hyosan. Para mayat hidup masih berkeliaran kesana kemari, berburu sesuatu untuk di makan.

Beberapa kali saat burung hinggap di tanah, menimbulkan suara cicitan, mereka akan langsung berlari ke arahnya, sebelum akhirnya saling bertabrakan karena sang burung telah terbang bebas kembali ke udara.

Semua ruangan yang ada di gedung sekolah gelap, kecuali ruang siaran yang ada di lantai dua. Mereka yang ada di dalam ruangan kini sudah lebih tenang dari sebelumnya, masalah kini berganti pada tenaga mereka yang makin lama makin berkurang. Makanan terakhir yang mereka makan adalah saat waktu makan siang, detik-detik sebelum bencana mengerikan ini terjadi.

Cheongsan dan Onjo menatap ke luar jendela, melihat bagaimana zombie berlalu lalang di lapangan, tidak punya tujuan. Onjo menoleh ke arah Cheongsan, "Kita harus bersyukur Gyeongsu baik-baik saja," Onjo berkata dengan pelan.

"Ya, aku sangat bersyukur dia masih di sini bersama kita semua. Bahkan hubungannya dengan Nayeon meningkat," jawab pemuda itu main-main.

Tidak tertawa, Onjo malah menghela nafas berat, "Cheongsan," panggilnya.

"Kenapa?"

"Apa kau mau mendengarkanku...?" Onjo bertanya ragu.

Sahabatnya tampak paham kemana ini akan berlanjut, ia kemudian mengangguk, "Ya, lanjutkan."

"Aku merasa tidak yakin dengan ini."

"Dengan?"

"Apa kita benar-benar bisa keluar dari sini hidup-hidup? Aku hanya merasa..." Onjo tidak melanjutkan kata-katanya.

"Aku akan menjagamu Onjo, jangan khawatirkan itu. Bahkan jika aku harus berkorban-"

"Jangan katakan hal seperti itu. Tidak ada lagi yang harus berkorban," dengan cepat gadis itu memotong perkataan Cheongsan yang seolah putus asa, "Awalnya aku tidak tahu jika Isak sangat berharga bagiku, tidak sebelum ia akhirnya meninggalkanku."

"Jadi kumohon, jangan membuatku merasakan itu lagi," setelah Onjo berkata seperti itu, Cheongsan mengarahkan tangannya menuju helaian rambut Onjo, menyibakkan sedikit dari wajahnya.

Cheongsan menggeleng, "Aku tidak bisa berjanji tentang itu," ia berkata sebelum pergi dari sana, meninggalkan Onjo sendirian.

ㅡ Attack On School ㅡ

Semua orang segera menatap jendela saat cahaya terang tiba-tiba muncul dari luar, menyinari seluruh isi ruang siaran, "Itu helikopter?" Daesu bangkit dan segera melangkah tertatih-tatih ke jendela, mencoba mengintip keluar.

"Walaupun itu helikopter, itu jelas bukan untuk penyelamatan," kata Namra singkat yang langsung menghancurkan harapan semua orang. Tak lama memang helikopter pergi, menyinari seisi lapangan dan membuat para zombie mengikuti cahaya yang berjalan melintasi sekolah.

"Apa kita benar-benar ditinggalkan?" Pertanyaan yang dilontarkan Hyoryeong jelas merupakan hal yang sejak awal mereka tanyakan dalam pikiran mereka. Tidak ada bantuan sama sekali, tidak ada yang datang. Tapi mereka bahkan juga tidak tahu apakah masih ada yang tersisa untuk datang menyelamatkan mereka.

"Memangnya apa salah kita, kenapa kita yang harus terjebak di sini?" Jimin menarik rambutnya frustasi, Hyoryeong yang berada di sampingnya mencoba menepuk-nepuk pundak gadis itu namun tangannya langsung ditepis oleh Jimin.

"Lebih baik terjebak di sini hidup-hidup daripada menjadi salah satu dari zombie," perkataan blak-blakan Soyeon membuat dirinya mendapatkan tatapan terkejut semua orang, "Itu yang kupikirkan."

Attack On Schoolحيث تعيش القصص. اكتشف الآن