Bagian Dua Puluh Enam

907 112 23
                                    


Seperti yang dikatakan Cheongsan, mereka semua mulai menata barang-barang yang bisa mereka temukan di atap hingga membentuk tanda SOS besar. Daesu membentuk huruf S sambil melamun, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya sejak tadi.

"Apa artinya SOS?" tanya Daesu pada Onjo yang duduk di salah satu kursi. Ayahnya seorang pemadam kebakaran, jadi ia seharusnya mengetahui apa artinya, kan?

"Itu tanda bahaya."

"Aku tahu, tapi apa kepanjangannya?" Daesu menjelaskan maksud ia bertanya.

"Tidak ada, SOS artinya hanya SOS," jawab Onjo setelah berpikir agak lama. Dia tidak pernah menanyakan ini juga pada ayahnya, jadi yang ia ketahui hanya sekedar fungsinya.

"Tidak mungkin, pasti ada artinya." Daesu masih bersikeras dan tidak percaya dengan apa yang Onjo katakan.

Cheongsan yang mendengar sedikit perdebatan menghampiri mereka, "Ada apa?"

Melirik ke sahabatnya itu, Daesu kembali menjelaskan yang terjadi. Setelah mendengar keluhan dan pertanyaan Daesu tentang SOS, Cheongsan menghela nafas. Kenapa hal sekecil itu harus diperdebatkan?

"Bilang saja tidak tahu." Daesu mengerucutkan bibirnya.

Onjo mendengus kesal, "Itu benar-benar tidak ada artinya!"

"Iya, Onjo benar." Cheongsan akhirnya memilih untuk membela Onjo. Mendengar itu, Onjo tersenyum senang dan mengejek kecil pada Daesu yang meliriknya kesal.

"Tentu saja kamu akan membela pacarmu!" Daesu balik mengejek pada Cheongsan. Dia kemudian melihat Namra yang membawa beberapa barang di tangannya, "Ketua Kelas!"

Daesu perlu membuktikan jika benar ada arti dari kata SOS, dan pasti Namra si murid jenius mengetahuinya. Dia menghampiri Namra yang menatapnya penasaran, "Kenapa?"

"Apa arti SOS?" tanya Daesu.

Namra berpikir sejenak. Seingatnya, ayahnya dulu mempunyai buku tentang tindakan pertama saat bahaya, dan itu pernah diam-diam Namra baca karena penasaran. Tapi itu sudah lama...

"Save our soul (Selamatkan jiwa kami), mungkin?" Akhirnya karena tidak menemukan jawaban lain, ia mencoba menggunakan kemampuan berbahasa Inggris.

Daesu mengernyitkan dahinya, "Bukan Speed of save (Kecepatan menyelematkan)?"

"Tentu saja bukan." Namra menggeleng, menurutnya Save our soul lebih masuk akal.

"Itu bukan jawabannya."

"Oh astaga!" Daesu hampir melompat terkejut karena Hanna tiba-tiba berdiri di belakangnya dengan membawa setumpuk balok kayu yang terlihat berat. Entah sejak kapan Hanna jadi lebih kuat sampai bisa membawa benda sebanyak itu tanpa masalah.

"Menurutmu apa artinya?" tanya Namra, penasaran dengan apa yang dipikirkan gadis itu. Jika dilihat sebelumnya, Namra dan Hanna hampir tidak pernah berdiskusi tentang suatu hal, mengobrol bahkan juga jarang-jarang. Jadi sepertinya ini kesempatan bagus.

"Ini bukan menurutku, tapi aku pernah baca suatu artikel di internet," jawab Hanna, "Pertama kali dipakai Jerman dan menggunakan kode morse, SOS jika dirubah akan menjadi tiga titik, tiga garis, dan tiga titik. Itu mudah diingat dan lebih cepat ditangkap sebagai sinyal bahaya."

"Lalu pendapatku, jika SOS ditulis dengan alfabet, maka itu akan tetap terlihat seperti tulisan aslinya dari sudut manapun. Jadi regu penyelamat tidak akan salah membaca dan bisa mengetahuinya bahkan dari jarak jauh," tambah Hanna.

Namra mengangguk paham, cukup setuju dengan pendapat Hanna. Sedangkan Daesu yang berdiri di depan gadis itu hanya melamun, mencoba mencerna informasi yang masuk ke kepalanya dengan cepat.

Attack On SchoolWhere stories live. Discover now