Bagian Tiga

1.3K 156 1
                                    


Sesi pertama telah usai. Kini semua murid berbondong-bondong pergi menuju kafetaria untuk mengisi ulang tenaga mereka yang sudah terkuras. Namun kejadian mengerikan yang terjadi pada Hyeonju tadi nyatanya membuat beberapa siswa 2-5 kehilangan nafsu makan mereka. Apalagi dengan bau anyir darah yang masih samar-samar tercium dan noda merah di depan kelas yang belum sepenuhnya bersih.

Hanna sejak tadi termenung di kursinya, memikirkan banyak pertanyaan di kepalanya. Jika memang benar itu perbuatan guru sains mereka, Pak Lee Byungchan, apa motif dibalik pengurungan itu? Apa ada sesuatu yang dilakukan Hyeonju saat di ruangan itu? Atau karena status Hyeonju sebagai salah satu perundung anak dari Pak Lee sendiri? Ini terlalu mencurigakan bagi Hanna, tapi pasti pihak sekolah akan menyelidikinya lebih lanjut nanti.

"Kau mau ke kantin?" Jimin bertanya pada Nayeon.

Nayeon menggeleng lalu mengeluarkan kotak bekalnya dari tas, "Ibuku sudah membuatkan bekal makanan."

"Wah, aku iri... Makanan Bibi Segye pasti enak..." timpal Hyoryeong menatap kotak bekal di tangan Nayeon dengan tatapan berbinar-binar.

"Kau mau? Kita bisa berbagi-"

"Tidak, tidak. Ibumu membuatkan itu untukmu, kau harus memakannya sendiri." Jimin langsung memotong perkataan Nayeon.

"Tidak apa-apa, sungguh..."

"Tidak usah, aku akan ke kafetaria saja. Tapi besok aku akan minta ibuku membuatkan bekal untukku juga!" seru Hyoryeong.

"Baiklah, kita makan bersama disini ya besok!" ucap Nayeon yang disusul anggukan Jimin dan Hyoryeong.

"Hanna bagaimana? Kau ikut kami atau-"

"Tidak, aku tidak lapar."

Hyoryeong langsung menggigit bibir bawahnya karena sedikit malu setelah bertanya. Menurut gadis itu, Hanna benar-benar tertutup kecuali dengan Nayeon (Walaupun sebenarnya butuh waktu yang lama juga agar Nayeon bisa melelehkan kepribadian dingin Hanna).

Hanna siswi pendiam dan tidak terlalu cocok dengan kepribadian Hyoryeong yang banyak bicara. Gadis kaya yang tinggal di komplek perumahan yang sama dengan Nayeon ini cukup populer karena kepintaran juga wajah cantiknya, hanya saja ia tidak punya banyak teman.

Jimin menepuk bahu Hyoryeong yang melamun, "Baiklah, sepertinya kita harus cepat sebelum kafetaria diserbu murid yang kelaparan."

"Ya, kau benar. Dah, Nayeon!" Kedua gadis itu melambaikan tangan pada teman mereka dan segera keluar dari kelas.

Nayeon membalikkan tubuhnya ke arah depan kembali setelah keduanya menghilang dari pandangan. Ia kemudian menaruh kotak bekal di meja dan membukanya perlahan. "Kau harus lebih ramah dengan orang lain," kata Nayeon pada Hanna yang masih saja setia membaca buku.

"Kau tahu aku tidak ahli dalam hal itu," jawab Hanna sekenanya.

"Tidak perlu ahli, berusaha dari hal mudah seperti... tersenyum?" Nayeon berkata seperti itu seraya menarik bibir Hanna keatas agar membentuk lengkungan dengan tangannya.

Hanna menggelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan tangan Nayeon dari wajahnya, "Aku tidak cocok saat tersenyum," katanya datar seraya bersandar pada tembok kelas, mencari pandangan lain selain bukunya.

"Tidak, kau sangat cocok. Orang yang kau sukai pasti juga berpikir kau cocok."

Hanna secara otomatis melihat ke arah meja di sampingnya. Matanya bertemu dengan mata Joonyeong yang tampaknya sudah menatapnya sejak tadi, ia lalu refleks tersenyum canggung, merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdebar.

Attack On SchoolHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin